loading...
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Hingga saat ini sampah masih menjadi masalah seriusdiberbagai kota besar di Indonesia. Sistem penanganan sampah kota yang ada
sekarang masih mengandalkan pada Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) sebagai
tempat pembuangan sampah, mulai dari tingkat rumah tangga hingga kecamatan.
Persoalan dalam penanganan sampah kota, selain adanya keterbatasan ruang untuk
TPA juga masalah polusi udara dari aroma tidak sedap sampah dan belum optimalnya pemanfaatan sampah
organik dan non organik menjadi sesuatu yang memiliki nilai positif baik dari
sisi ekonomi maupun lingkungan. Selain itu tempat pembuangan sampah yang jauh
juga dapat membuat anggaran pengelolaan sampah membengkak, karena semakin jauh
semakin besar pula biaya transportasinya.
Karena masalah ini pula penulis mencoba menggali potensi
dari sampah organik yang terdapat di pasar untuk diolah menjadi bahan lebih
mempunyai manfaat daripada hanya di buang begitu saja dan tidak memberikan
dampak positif.
Ide ini di ilhami
karena rasa keprihatinan penulis terhadap sampah pasar, khususnya yang terdapat
di Pasar Baru Kota Bekasi karena kebetulan dekat dengan sekolah penulis. Setiap
pagi setidaknya 60m³ terbuang begitu saja tanpa memberikan manfaat dan parahnya
lagi membuat masalah semakin besar Karena pemerintah kota menganggarkan dana
yang sangat besar bagi pengelolaan sampah pasar tersebut.
Sebenarnya pengelolaan sampah modern sudah akan di buat
tetapi dari sistem pengelolaan ini menurut penulis dapat mematikan mata
pencaharian para pemulung karena pada sistem ini sampah organik dan non organik
di campur dan di bakar tanpa menyisakan sedikitpun untuk para pengumpul barang
bekas. Selain itu metode dengan membakar sampah non organik dapat
mengeluarkan polutan yang sangat berbahaya.
Dari beberapa cara pengelolaan secara modern, metode ini
lebih efisien karena hanya mengelola limbah organik tanpa “merebut jatah” para
pengepul barang bekas. sehingga para
pemulung maupun pengepul barang limbah non organik tidak kehilangan mata
pencaharian. Berdasarkan penelitian penulis terhadap pengepul barang bekas dalam
satu hari dapat mendapatkan penghasilan yang dapat menghidupi keluarganya secara
berkecukupan.
Melalui cara ini diharapkan setidaknya masalah
persampahan dapat dipecahkan, disamping itu proses daur ulang limbah yang ada
dapat bermanfaat untuk bahan baku sektor industri manufaktur (untuk sampah non
organik), industri pertanian /agribisnis, maupun untuk penataan pertamanan dan
penghijauan kota (untuk sampah organik).
Hasil dari
penelitian ini memberikan beberapa manfaat, antara lain :
ü
Mengurangi pencemaran lingkungan, baik karena bau sampah
maupun karena limbah cair dan padat yang berbahaya.
ü
Mengoptimalkan pemanfaatan sampah organik dan non organik
yang berasal dari sampah pasar sehingga memberikan nilai tambah yang lebih
berguna.
ü
Dapat menjadi contoh kepada masyarakat akan pentingnya
kebersihan lingkungan.
ü
Memanfaatkan limbah non organik untuk didaur ulang
kembali sebagai bahan baku industri (plastik, kertas, kaca dsb.), sehingga
dalam jangka panjang dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku
industri.
ü Limbah
organik akan lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi karena mampu
menghasilkan alkohol yang dapat di gunakan untuk dijadikan bahan bakar.
ü
Di peroleh kompos / pupuk organik dari proses
pengeringan yang bermanfaat untuk sektor pertanian yang ramah lingkungan
Walaupun
bukan satu-satunya cara dalam menghemat APBD untuk pengelolaan sampah pasar dan
dalam rangka menjaga lingkungan, tapi penulis harapkan dapat menjadi salah satu
cara dalam menghadapi persoalan yang ada karena sampah yang di hasilkan oleh
suatu pasar juga dapat bermanfaat.
I.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan, maka
identifikasi masalah yang dapat penulis sampaikan antara lain :
a.
Masalah sampah pasar yang sangat besar karena menelan
dana sangat besar untuk pengelolaanya.
b.
Akibat yang ditimbulkan akibat sampah yang tidak dikelola
dengan baik atau sampah yangtidak terangkut.
c.
Sistem pengelolaan sampah saat ini yang tidak efisien.
d.
Sistem pengelolaan sampah yang baik dengan
mempertimbangkan berbagai aspek.
e.
Peluang usaha yang ada dalam mengelola sampah.
f.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan.
g.
Solusi yang dapat mengurangi permasalahan.
I.3 Batasan Masalah
Batasan penelitian ini adalah pemanfaatan limbah organik
yang diproses secara fermentasi dan destilasi untuk mendapatkan alkohol, dan
proses pengomposan sebagai pupuk. Dalam upaya mengatasi masalah sampah yang
semakin hari semakin rumit dalam pengelolaanya maupun dampak buruk bagi
lingkungan.
I.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka perumusan
masalahnya adalah “Metode apa yang dapat dijadikan sebagai solusi atas masalahyang ditimbulkan oleh sampah pasar ?”.
I.5 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah penyampaian
tinjauan pemanfaatkan limbah organik khususnya limbah pasar yang di konversikan
menjadi alkohol melalui proses destilasi dan sisa/ampas dari buah dan sayuran
yang dapat dijadikan pupuk.
Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk menyampaikan
gambaran dari proses fermentasi dan destilasi limbah organik sampah pasar, dan
diharapkan menjadi salah satu metode untuk mengatasi masalah sampah pasar.
Karena masalah yang ditimbulkan oleh sampah banyak sekali dampak negatifnya
apabila tidak dikelola dengan benar dan efisien.
I.6 Peralatan Praktikum
Alat
yang di gunakan untuk praktikum destilasi limbah organik menjadi alkohol
dilaboratorium adalah :
- Labu destilasi,
berfungsi sebagai wadah atau tempat
suatu campuran zat cair yang akan di destilasi.Terdiri dari :
Ø Labu dasar
bulat.
Ø Labu erlenmeyer
khusus untuk destilasi atau refluks.
- Steel Head,
berfungsi sebagai penyalur uap atau gas
yang akan masuk ke alat pendingin (kondensor), dan biasanya labu destilasinya
sudah dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.
3.
Thermometer,
biasanya digunkan untuk mengukur suhu
uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung, dan
seringnya thermometer yang digunakan harus,
- Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
- Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor.
- Kondensor,
memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan
celah keluar, yaitu Untuk aliran uap hasil reaksi dan lubang untuk air
pendingin.
- Labu didih,
biasanya selalu berasa atau keset, yang
berfungsi untuk sebagai wadah sampel. Contohnya untuk memisahkan alkohol dan
air.
Memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan
celah keluar.
- Pipa dalam = pipa destilasi
berfungsi untuk menyalurkan hasil
destilasi yang sudah terkondisi untuk disalurkan ke penampung yang telah
tersedia.
I.7 Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
yaitu, memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah pasar yang didestilasi
menjadi alkohol dan pupuk tanaman, sehingga limbah/sampah tetap dapat memberikan
manfaat dan dengan metode ini, penulis yakin dapat menekan dana untuk anggaran
pengelolaan sampah pasar. Selain itu dapat membiasakan masyarakat untuk
mengelola limbahnya sendiri dan menerapkan secara langsung dan mudah proses 3R.
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1 Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses
produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal.
Reaksi dalam
fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk
yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh
ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia
C6H12O6 → 2C2H5OH
+ 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP)
Jalur biokimia
yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi
umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik
pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk
akhir yang dihasilkan.
Fermentasi makanan
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau peuyeum) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa
yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi
pada makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt, dan tahu.
II.2 Pengertian Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih
rendah akan menguap lebih dulu.
Gambar 1. Bagan perlengkapan destilasi di laboratorium
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada
teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap
pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Rumus untuk formulasi destilasi :
Aij = (Yi / Xi) / ( Yj / Xj ),
Dimana Aij adalah relative volatility
Yi adalah fraksi mol komponen ‘i’ dalam uap
Xi adalah fraksi mol komponen ‘i’ dalam cairan (liquid)
Jika relatif volatilitynya mendekati
satu maka komponennya sulit untuk dipisahkan, karena titik didihnya hampir
sama, sehingga harus digunakan metode khusus. Metode destilasi ada
beberapa jenis, yaitu :
- Destilasi sederhana
Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
zat cair yang titik didih nya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat
atau miniyak. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut
melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah, namun hasilnya
tidak benar-benar murni atau bias dikatakan tidak murni karena hanya bersifat
memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau
minyak.
- Destilasi bertingkat (fraksionasi)
Proses ini digunan untuk komponen yang memiliki titik
didih yang berdekatan.Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja
memiliki kondensor yang lebih banya sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan
substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak.
- Destilasi azeotrop
Digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran
campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam
prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau
dengan menggunakan tekanan tinggi.
Destilasi ini digunakan untu zat yang tak tahan suhu
tinggi atau bias rusak pada pemansan yang tinggi. Sehingga dengan menurunan
tekanan maka titik didih juga akan menurun, maka destilasi yang tadinya harus
dilakukan pada suhu tinggi tetap dapat dilakukan pada suhu rendah dengan
menurunkan tekanan.
- Refluks/ destrusi
Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam –macam
destilasi walau pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk
mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah
zat yang ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah
“lambat” maka campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan
menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar
campuran tersebut reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya
tetap reaksinya dilakukan secara refluks.
Pengertian Alkohol
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam
kimia, alkohol (atau alkanol)
adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada
atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
v Struktur
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil
yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Ada tiga jenis utama
alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah
karbon yang terikat pada karbon C-OH. Etanol dan metanol (gambar di bawah)
adalah alkohol primer. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah
propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2-metilpropan-2-ol.
v Rumus kimia umum
Rumus
kimia umum alkohol adalah CnH2n+1OH'
v Penggunaan
Alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif.
Ethanol dan methanol dapat dibuat untuk membakar lebih bersih dibanding gasoline
atau diesel. Alkohol dapat digunakan sebagai antifreeze di radiator.
Untuk menambah penampilan Mesin pembakaran dalam,
methanol dapat disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini akan mendinginkan masuknya
udara kedalam pipa masuk, menyediakan masuknya udara yang lebih padat.
v Nama-nama untuk alkohol
Ada
dua cara menamai alkohol: nama umum dan nama IUPAC.
Nama
umum biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus alkil,
lalu menambahkan kata "alkohol". Contohnya, "metil alkohol"
atau "etil alkohol".
Nama
IUPAC dibentuk dengan mengambil nama rantai alkananya, menghapus "a"
terakhir, dan menambah "ol". Contohnya, "metanol" dan
"etanol".
v Sifat fisika
Gugus
hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar.
v pH
Alkohol
adalah asam lemah.
v Metanol dan etanol
Dua
alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil
alkohol dan etil
alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:
H H H
| | |
H-C-O-H H-C-C-O-H
| | |
H H H
metanol etanol
Dalam
peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain
alcohol. Etanol dapat dibuat dari fermentasi buah
atau gandum dengan ragi.
Etanol sangat umum digunakan, dan telah dibuat oleh manusia selama ribuan
tahun. Etanol adalah salah satu obat
rekreasi (obat yang digunakan untuk bersenang-senang) yang paling
tua dan paling banyak digunakan di dunia. Dengan meminum alkohol cukup banyak,
orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik (beracun),
tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan
cepat.
v Alkohol umum
Ø
isopropil alkohol (sec-propil
alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH)-CH3, atau
alkohol gosok
Ø
etilena glikol
(etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen
utama dalam antifreeze
Ø
gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH
yang terikat dalam minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)
Ø
Fenol adalah alkohol yang
gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena
Alkohol
digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan
secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya alkohol
digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah
penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut
didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah
maka alkohol tersebut dikenal dengan nama spirtus.
II.4 Pengertian Titik Didih
Titik didih
suatu cairanialah suhu pada saat tekanan uap jenuh
cairan itu sama dengan tekanan luar. Titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar. Penurunan
tekanan uap suatu cairan akibat adanya zat terlarut membawa
konsekuensi bagi titik didih cairan tersebut. Pada setiap suhu, suatu
larutan memiliki tekanan uap yang lebih rendah daripada pelarut murninya,
akibatnya suatu larutan akan memiliki titik didih yang lebih tinggi dari
pelarut murninya karena energi diperlukan lebih benyak untuk dapat menyamakan
tekanan uap larutan dengan tekanan udara luar, energi yang lebih tinggi didapat
dari suhu yang dinaikkan.
Gambar 2.
Proses Penguapan Zat
Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih
pelarut disebut kenaikan titik didih larutan (∆Tb). Kenaikan titik
didih larutan dapat dihitung dengan rumus berikut.
∆Tb = titik didih
larutan – titik didih pelarut
∆Tb = Tb’ – Tb°
Tb’ = titik didih larutan
Tb° = titik didih pelarut murni
Bila dikaitkan dengan kenaikan titik didih ideal, maka
hal itu perlu dikaitkan dengan kemolalan larutan. Karena itu, rumus yang
berlaku adalah:
∆Tb = Kb x m
Keterangan:
∆Tb = kenaikan titik didih (boiling point elevation)
∆Tb = kenaikan titik didih (boiling point elevation)
Kb
= tetapan kenaikan titik didih molal
m
= kemolalan larutan.
Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat
terlarut)
Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan
sebagai:
Tb = (W/Mr) .
(1000/p) . Kb
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik
didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka
titik didih larutan dinyatakan sebagai:
Tb’ = (100 + DTb) °C
Sebagai pedoman penghitungan, berikut
disajikan tetapan harga Kb dan Kf dari beberapa pelarut.
Pelarut
|
Titik didih (°C)
|
Kb
|
Titik beku (°C)
|
Kf
|
Air
|
100
|
0,52
|
0
|
1,86
|
Asam
asetat
|
118,3
|
3,07
|
16,6
|
3,57
|
Benzena
|
80,2
|
2,53
|
5,45
|
5,07
|
Kloroform
|
61,2
|
3,63
|
-
|
-
|
Kamfer
|
-
|
-
|
178,4
|
37,7
|
Sikloheksana
|
80,7
|
2,69
|
6,5
|
20,0
|
Alkohol
|
78,2-86
|
Tabel 1. Tabel Titik didih dan Titik Beku
II.5 Pengertian Kompos
Menurut J.H. Crawford (2003), kompos adalah
hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari
campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik.
Gambar
3. Kompos
II.6
Pandangan Umum Tentang Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan
manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya
produk-produk yang tak bergerak.
Sampah
dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase
yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah
besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi
sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan
jumlah konsumsi. Dibawah ini adalah
berbagai jenis sampah :
v Berdasarkan sumbernya :
1. Sampah alam.
2. Sampah manusia.
3. Sampah konsumsi.
4. Sampah nuklir.
5. Sampah industri.
6. Sampah pertambangan.
v Berdasarkan sifatnya :
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable).
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable).
3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), merupakan sisa suatu usaha yang
yang mengandung bahan berbahaya atau beracun, baik secara langsung atau tidak
langsung dapat merusak atau mencemarkan dan membahayakan lingkungan Sampah/Limbah hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
v Sampah alam
Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
v Sampah manusia
Sampah
manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang
disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada
dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia
dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat
dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
v Sampah Konsumsi
Sampah
konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang,
dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah
sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori
ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan industri.
v Sampah
radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi
nuklir dan fisi
nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat
yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktifitas tempat-tempat yang
dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih
dilakukan).
II.6 Macam-Macam Metode Pembuangan Akhir Sampah
Metode
pembuangan sampah yang diterapkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) meliputi :
1.
Open Dumping
Open
dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana, dimana
sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi, dibiarkan terbuka tanpa pengamanan
dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemerintah Daerah
yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana,
dll).
Cara
ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran
lingkungan yang ditimbulkannya, seperti :
a.
Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll.
b.
Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan.
c.
Polusi air akibat banyaknya leachate (cairan sampah ) yang timbul.
d.
Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor.
2.
Controll Landfill
Controll
Landfill merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah
yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi
gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan
perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan
dan kestabilan permukan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di Indonesia, metode
controll landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk
dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas,
diantaranya :
a.
Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan.
b.
Saluran pengumpul air lindi dan kolam penampungan.
c.
Pos pengendalian operasional.
d.
Fasilitas pengendalian gas metan.
e.
Alat berat.
3.
Sanitary Landfill
Sanitary
Landfill merupakan metode standar yang dipakai secara internasional dimana
penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan timbul dapat
diminimalkan, namun diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal
bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk
kota-kota besar dan metropolitan
II.7
Hipotesa
Dari masalah yang telah disampaikan
diatas maka penulis menyimpulkan bahwa????
Bab III Metode Penelitian
III.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah
metode eksperimen dan deskriptif.
Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium SMA Bani Saleh Kota Bekasi. Metode
penelitian ini bersifat uji laboratorium dengan menekankan pada uji bakteri,
dan temperatur yang optimal untuk di dapatkan akohol yang berkadar tinggi.
Sedangkan untuk uji kadar alcohol yang didapat, sample hasil diuji oleh
Laboratorium Kimia Skofindo.
III.2 Bahan Penelitian
Bahan yang penulis gunakan sebagai sample untuk uji coba
dilaboratorium adalah:
- Buah dan sayuran busuk sisa dari proses jual beli yang penulis dapatkan di Pasar Baru Bekasi.
- Ragi untuk proses fermentasi.
III.3 Alat Praktikum
Alat yang digunakan untuk proses fermentasi dan
pengomposan, yaitu :
- 1(satu) buah drum untuk proses fermentasi.
- 1(satu) buah drum untuk prose pengomposan.
Sedangkan
alat yang di gunakan untuk praktikum destilasi limbah organik menjadi alkohol
dilaboratorium adalah :
- Labu destilasi,
berfungsi sebagai wadah atau tempat
suatu campuran zat cair yang akan di destilasi.
Terdiri dari :
Ø Labu dasar
bulat.
Ø Labu erlenmeyer
khusus untuk destilasi atau refluks.
- Steel Head,
berfungsi sebagai penyalur uap atau gas
yang akan masuk ke alat pendingin (kondensor), dan biasanya labu destilasinya
sudah dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.
- Thermometer,
biasanya digunakan untuk mengukur suhu
uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung, dan
seringnya thermometer yang digunakan harus,
- Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
- Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor.
- Kondensor,
memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan
celah keluar, yaitu Untuk aliran uap hasil reaksi dan lubang untuk air
pendingin.
- Labu didih
Biasanya selalu berasa atau keset, yang
berfungsi untuk sebagai wadah sampel. Contohnya untuk memisahkan alkohol dan
air.
Memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan
celah keluar.
- Pipa dalam = pipa destilasi
7. Adaptor
(Recervoir Adaptor),
berfungsi untuk menyalurkan hasil
destilasi yang sudah terkondisi untuk disalurkan ke penampung yang telah
tersedia.
8.
Mantel,
berfungsi untuk memanaskan bahan
didalamnya.
III.4 Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian yang
penulis lakukan saat proses fermentasi, yaitu :
- Siapkan sample sampah pasar.
- Tambahkan ragi pada sampah tersebut.
- Diamkan selama 9 hari.
Setelah proses fermentasi dilakukan, pemerasan cairan
dilakukan pada sampah tersebut dan cairan yang keluar selama proses fermentasi
ikut ditampung dalam suatu wadah atau dapat pula menggunakan jeriken, kemudian
setelah cairan didapatkan sebagian sample diambil untuk dilakukan uji kadar
alkohol dan sebagian lagi dilakukan proses destilasi untuk mendapatkan alcohol
dengan kadar yang lebih tinggi.
Pada penelitian kali ini dari berbagai macam metode
destilasi, penulis menggunakan metode destilasi bertingkat. Prosedur penelitian
yang penulis gunakan saat proses destilasi, yaitu :
- Siapkan sampel, ukuran maximum 1l, masukkan kedalam batu didih. Pasangkan dengan alat destilasi dengan posisi miring.
- Pada leher batu didih dan pada sambungan diberi vaselin untuk melicinkan, sehingga pada saat selesai kerja dapat dibuka tanpa pecah dan untuk menghindari pemuaian.
- Selang dimasukkan pada celah masuk dan celah keluar. Celah masuk terhubung dengan pompa aquarium, celah keluar dihubungkan dengan wadah tempat pembuangan erlenmeyer sebagai wadah tampungan dibawah.
- Nyalalakan pompa aquarium, air akan masuk mengisi kondensor, air harus berjalan terus, air harus keluar dari celah yang menunjukkan bahwa kondensor berisi penuh.
- Hidupkan bunsen.
- Sampel yang telah dipanaskan akan menguap dan masukan pipa destilasi, setelah dipasangkan dengan kondensasi, maka uap akan berubah menjadi air.
- Air akan menetes dari alat destilasi dan dihasilkan air destilata.
Setelah proses fermentasi dan destilasi dilakukan,
terdapat sisa/ampas dari proses pemerasan. Ampas tersebut kemudian penulis
proses kembali menjadi kompos, sehingga dari proses ini limbah yang dihasilkan
sangat minim. Di bawah ini adalah tahapan dari proses penelitian yang dilakukan:
III.5 Kesulitan-Kesulitan
Kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dalam penelitian ini, yaitu :
1. Data-data terbaru tentang volume pasar dari berbagai kota dan daerah.
2. Pembuatan penarapan teknologi murah dan ramah lingkungan tapi mempunyai
dampak positif yang besar.
3. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola limbahnya sendiri.
4. Temperatur saat destilasi harus konstan dan stabil (yaitu, antara
78º-86ºC) agar alkohol yang didapat berkadar tinggi.
5. Terbatasnya dana riset dan kurang lengkapnya peralatan laboratorium
sekolah
Bab IV Hasil dan Pembahasan
IV.1 Sumber Sampah
Salah satu penyebab
kerusakan alam dan lingkungan hidup di wilayah perkotaan yang menimbulkan
dampak negatif pada masyarakat adalah masalah sampah. Sampah merupakan sisa
buangan setiap aktifitas/kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat baik
langsung maupun tidak langsung. Permasalahan sampah dapat ditimbulkan akibat
adanya pertambahan jumlah penduduk setiap tahun, sarana prasarana berkurang,
berkembangnya wilayah perkotaan, sumber daya manusia yang kurang mencukupi,
sistem manajemen pengelolaan sampah yang tidak baik, terbatasnya lahan untuk
pembuangan sampah, tidak adanya pendidikan lingkungan di masyarakat, khususnya
masalah sampah serta kurangnya pemahaman masyarakat akan arti pentingnya
menjaga lingkungan.
Volume sampah yang
semakin besar akibat aktifikat kehidupan masyarakat baik masyarakat pemukiman,
perdagangan (pasar) dan perkantoran, apabila tidak dikelola secara benar, maka
akan berpotensi menimbulkan masalah. Pemahaman yang dianggap benar oleh
masyarakat bahwa permasalahan sampah adalah tanggung jawab
pemerintah saja haruslah diubah menjadi tanggung jawab kita bersama. Pemahaman
di masyarakat khususnya pada masyarakat pedagang yang selama ini ada adalah
mereka hanya berkewajiban untuk membayar retribusi sampah, untuk itu mereka
mendapatkan kompensasi atas retribusi yang dibayarkan lewat Dinas Pengelola
Pasar Pemerintah Daerah/Kota.
Pasar
sebagai tempat berlangsungnya jual beli barang yang dibutuhkan oleh setiap
komunitas, semakin besar dan kompleksnya suatu komunitas, maka semakin banyak
pasar yang dibutuhkan. Dalam lingkungan pasar, sunber-sumber sampah pasar dapat
diklasifikasikan berdasarkan jenis barang yang diperdagangkan. Pasar umum
memiliki jenis sumber sampah yang lebih banyak dibandingkan pasar khusus, yakni
pasar yang hanya memperjual belikan kelompok barang tertentu, misalnya pasar
buah dan sayur seperti di Pasar Baru Bekasi. Jenis barang yang diperjual
belikan dalam suatu pasar mempengaruhi volume serta sifat dari sampah yang
dihasilkan. Sampah pasar memiliki karakteristik khas, volumenya besar, kadar
air tinggi, serta mudah membusuk. Oleh karena itu pengelolaan sampah pasar
perlu dilakukan secara tepat. Selain ditinjau dari karakteristik sampahnya,
pasar umumnya terletak pada area yang strategis, sehingga keberhasilan
pengelolaan sampah secara baik dan benar akan terasa oleh masyarakat dan
lingkungan sekitarnyaData Volume Sampah Pasar dari Berbagai Sumber
No.
|
Nama Pasar
|
Lokasi
|
Sampah Yang di Hasilkan (m³/hari)
|
1.
|
Pasar Kramat Jati
|
Jakarta
|
300.000
|
2.
|
Pasar Baru Bekasi
|
Kota Bekasi
|
60
|
3.
|
Pasar
Bogor
|
Kab. Bogor
|
56
|
4.
|
Pasar Tambun
|
Kab. Bekasi
|
24
|
5.
|
Pasar Cikarang
|
Kab. Cikarang
|
40
|
6.
|
Pasar Cilegon
|
Kab. Serang
|
60
|
Tabel 2. Volume Sampah dikawasan JABOTABEK
Sumber : Harian
Sinar Harapan (tgl / bln / thn)
IV.2 Sistem
Pengelolaan Sampah Pasar Baru Bekasi Saat Ini
Secara
umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan,
yakni pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan
kegiatan tersebut dalam pengelolaan sampah seperti pada gambar berikut :
Gambar
5. Tahapan Pengelolaan Sampah Pasar Saat ini
Dari
sumber penghasil sampah dilakukan pewadahan dilanjutkan dengan pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan lalu dilanjutkan pembuangan di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Sistem ini merupakan sitem manajemen pengelolaan sampah yang
sering diterapkan dalam penanganan sampah selama ini. Pengumpulan diartikan
sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan
sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana
bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong
maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Pengumpulan (tanpa pemilahan),
umumnya melibatkan sejumlah tenaga pengumpul sampah setiap periode waktu
tertentu.
Tahapan
pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat
transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan ini
juga melibatkan tenaga yang pada periode tertentu mengangkut sampah dari tempat
pembuangan sementara ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dengan
metode ini tentu saja sampah tidak mempunyai manfaat sama sekali, belum lagi
proses pengankutan yang jauh mengakibatkan biaya transportasi begitu mahal.
IV.3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Pengelolaan
sampah akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Secara spesifikasi
teknis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai
tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar
tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan
penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat
dicapai dengan baik.
Selama
ini masih banyak persepsi keliru tentang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini
menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan
pendanaan bagi penyediaan fasilitas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
dirasakan kurang prioritas dibanding pembangunan sektor lainnya.
Di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah mengalami proses penguraian secara
alamiah dengan jangka waktu yang panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai
secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada bebrapa jenis sampah
dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya
plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan
beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan
pengawasan terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang telah ditutup.
Melalui
metode yang penulis sarankan ini diharapkan mampu memperpanjang umur TPA serta
tidak mengorbankan para pengepul barang bekas, karena metode ini hanya akan
memproses sampah organik.
IV.4 Sistem Pengelolaan Sampah Dengan Metode
Fermentasi dan Destilasi
Secara umum teknologi pengelolaan limbah organik ini adalah proses pembusukan
suatu bahan organik dan penyulingan suatu zat yang akan menguap pada titik
didihnya, dalam hal ini gugus alkohol adalah zat yang di cari dari proses
destilasi ini. Saat proses fermentasi penulis diamkan sampah organik yang telah
dicampur ragi selama 9 hari. Temperatur yang di gunakan saat destilasi berkisar
antara 78°-86°C celcius. Di bawah ini
konsep dari proses destilasi tersebut :
Gambar 6. Konsep Pengelolaan Sampah Pasar Yang Baru
Dari berbagai metode destilasi, penulis
menggunakan destilasi bertingkat tetapi penulis perkirakan apabila menggunakan
metode destilasi yang diterapkan untuk penyulingan minyak bumi, akan
menghasilkan alkohol yang lebih murni dan lebih tinggi kadar oktannya.
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi saat
proses destilasi dilakukan :
Ø Energi
input yang diberikan akan menaikkan tekanan uap
Ø Tekanan
uap berkaitan dengan peristiwa mendidih
Ø Makin
tinggi tekanan uapnya makin rendah suhu yang dibutuhkan untuk mendidih.
Ø Tekanan
uap dan titik didih pada campuran bergantung pada banyaknya komponen pada
campuran
Ø Peristiwa
destilasi dapat terjadi bila ada perbedaan tekanan uap dan titik
didih antara komponen pada campuran.
Beberapa bahan-bahan
organik padat yang dapat dijadikan kompos, seperti limbah organik rumah tangga,
sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,
limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Selain mengenal
bahan-bahan yang dapat dijadikan kompos kita juga harus memahami dengan baik
proses pengomposan agar dapat membuat kompos dengan kualitas baik.
Gambar 7. Proses Umum Pengomposan Limbah Padat Organik
Proses pengomposan akan segera berlangsung
setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat
dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama
tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi
akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50º - 70ºC. Suhu akan tetap tinggi
selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba
Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam
kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2,
uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan
berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos
tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan
akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan. Proses pengomposan dapat
terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada
oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana
mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses
dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses
anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena
akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam
asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Di bawah ini adalah tabel yang menggambarkan jenis
organisme yang terlibat dalam proses pengomposan
Kelompok
Organisme
|
Organisme
|
Mikroflora
|
-Bakteri
-Aktinomicetes
-Kapang
|
Mikrofauna
|
Protozoa
|
Makroflora
|
Jamur tingkat tinggi
|
Makrofauna
|
Cacing tanah, rayap, semut, kutu dll
|
Tabel
3. Organisme Yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan
Di bawah ini faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pengomposan :
Proses pengomposan tergantung pada karakteristik bahan
yang dikomposkan, aktivator pengomposan yang dipergunakan, metode pengomposan
yang dilakukan. Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi
lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka
dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat
organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme
tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan
kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan
proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses
pengomposan antara lain:
Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar
antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40
mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila
rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area danudara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba
dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel
juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang
cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan
suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke
dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob
yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas
Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam
tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan
volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan
mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air,
maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam
proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay
oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik
tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk
metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila
kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang,
akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik
yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan
langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi
temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula
proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos. Temperatur yang berkisar antara 30º - 60ºC menunjukkan aktivitas pengomposan
yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60ºC akan membunuh sebagian mikroba dan
hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi
juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang
lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5.
pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan
sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri.
Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari
senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase
awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan
dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
Kandungan bahan
berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan
yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn,
Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat
akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
Di bawah ini tabel yang menggambarkan kondisi yang
optimal untuk mempercepat proses pengomposan :
Kondisi
|
Kondisi yang bisa diterima
|
Ideal
|
Rasio C/N
|
20:1 s/d 40:1
|
25-35:1
|
Kelembaban
|
40-65%
|
45-62% berat
|
Konsentrasi oksigen tersedia
|
>5%
|
>10%
|
Ukuran partikel
|
1 inchi
|
bervariasi
|
Bulk Density
|
1000 lbs/cu yd
|
1000 lbs/cu yd
|
pH
|
5,5-9,0
|
6,5-8,0
|
Temperatur
|
43-66ºC
|
54-60ºC
|
Tabel 4. Kondisi Yang Optimal Untuk Mempercepat
Proses Pengomposan
IV.7 Manfaat Kompos
Adapun manfaat kompos ditinjau dari
beberapa aspek, seperti aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek bagi tanah /
tanaman adalah sebagai berikut :
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan
penimbunan limbah.
2. Mengurangi volume/ukuran limbah.
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi
dari pada bahan asalnya.
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena
pembakaran limbah.
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk
penimbunan.
Aspek Bagi Tanah / Tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah.
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik
tanah.
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah.
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa,
nilai gizi, dan jumlah panen).
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi
tanaman.
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit
tanaman.
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara
di dalam tanah.
IV.8
Lokasi Penempatan Alat Destilator
Untuk lokasi penempatan alat untuk
pengelolaan sampah ini, penulis sarankan alat tersebut disediakan di lokasi
dekat pasar agar tidak jauh dalam proses pengangkutan.
IV.9
Sistem Manajemen Pengelolaan Sampah Pasar
Sistem
manajemen pengelolaan sampah pasar dilakukan dengan mempertimbangkan atas
beberapa hal utama serta berkaitan erat dengan sistem pengelolaan sampah
modern, yaitu :
1.
Sumber dan Volume Sampah
Dengan
volume sampah yang dihasilkan oleh pasar dari aktifitas jual beli masyarakat,
tentunya jumlah sampah yang dihasilkan cukup signifikan jika dapat dikelola
dengan reduksi optimal. Jenis sampah yang berupa sampah organik tentunya akan
sangat menguntungkan apabila sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali menjadi
bahan baku kompos. Pemilahan sampah organik tersebut dengan sampah lainnya
tetap dilakukan untuk mendapatkan kompos yang baik. Valume sampah yang demikian
besar sangat disayangkan apabila tidak dikelola dengan baik, sehingga akan
menimbulkan problem sampah saja yang tidak terselesaikan.
2.
Secara Ekonomis
Dengan
sistem pengelolaan sampah yang baik dan benar serta tepat sasaran dapat menekan
biaya operasional dan biaya retribusi, sehingga beban pemerintah daerah akan
lebih ringan dalam pengeluaran biaya pengelolaan sampah.
3.
Kebersihan
Sistem
pengelolaan sampah akan sangat menentukan wajah dari suatu tempat dimana sampah
itu akan dihasilkan, apabila sistem kinerja pengelolaan sampah baik, maka wajah
tempat tersebut akan menjadi bersih dan indah. Nilai penting dari unjuk kerja
sistem pengelolaan sampah tidak saja nilai estetika, tetapi juga akan memiliki
manfaat terhadap :
a.
Perlindungan kesehatan masyarakat
b.
Perlindungan pencemaran lingkungan
c.
Pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat
d.
Peningkatan Nilai sosial Budaya Masyarakat
Pengelolaan
manajemen sampah yang baik dan benar akan memberikan (kesimpulan)
keuntungan
ditinjau dari segi ekologi, ekonomi dan kesehatan, antara lain:
Dari segi ekologis
1.
Proses destilasi dan fermentasi air sampah ini, serta pembuatan kompos dari
sisa destilasi akan mengurangi volume sampah/limbah yang ada, sehingga hal
tersebut akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan pasar dan
kebersihan
2.
Mengurangi pencemaran yang di akibatkan dengan menumpuknya limbah sampah di
pasar
3.
Alkohol mempunyai banyak manfaat ,dan pupuk kompos dapat bermanfaat untuk
kebutuhan lingkungan/tanah dan tanaman.
4.
Memberikan upaya alternatif pelestarian lingkungan.
5.
Menghilangkan kesan jorok, kumuh, kotor dll, karena banyaknya timbunan sampah
yang tidak terurus secara baik
Dari
segi ekonomi
1.
Mengurangi volume sampah yang diangkut, sehingga dapat menekan biaya
tranportasi, biaya tenaga kerja dan biaya peralatan
2.
Dengan berkurangnya jumlah sampah yang dikirim ke TPA akan menambah panjang
umur pemakaian TPA.
3.
Memberikan kesempatan kepada pengepul barang bekas untuk mengambil sampah non
organik yang dapat didaur ulang.
Dari
segi kesehatan
1.
Berkurangnya pencemaran yang diakibatkan dari sampah/limbah akan memberikan
dampak positif terhadap kesehatan.
2.
Berkurangnya penyebaran penyakit yang ditimbulkan oleh sampah.
IV.10 Sistem Pengelolaan Sampah Perlu Diubah
Pada
dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem TPA (tempat
pembuangan akhir) sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang semakin
sempit dan pertambahan penduduk yang pesat, sebab bila hal ini terus
dipertahankan akan membuat kota dikepung “lautan sampah” sebagai akibat kerakusan
pola ini terhadap lahan dan volume sampah yang terus bertambah. Pembuangan yang
dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan di tempat terbuka juga
berakibat meningkatnya intensitas pencemaran. Selain itu yang paling dirugikan
dan selama ini tidak dirasakan oleh masyarakat adalah telah dikeluarkannya
miliaran rupiah untuk membuat dan mengelola TPA.
Penanganan
model pengelolaan sampah perkotaan secara menyeluruh adalah meliputi
penghapusan model TPA pada jangka panjang karena dalam banyak hal pengelolaan
TPA (tempat pembuangan sampah) masih sangat buruk mulai dari penanganan air
sampah (leachet) sampai penanganan bau yang sangat buruk.
Cara
penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara
membuang sampah sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan
lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan
mengurangi biaya penanganannya.
Partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk
diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof
(1977) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan
terbagi atas 4 tahap, yaitu : a) partisipasi pada tahap perencanaan, b)
partisipasi pada tahap pelaksanaan, c) partisipasi pada tahap pemanfaatan
hasil-hasil pembangunan dan d) partisipasi dalam tahap pengawasan dan
monitoring. Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi terhadap proses-proses
pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung, antara lain : kebutuhan,
harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral,
dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal.
Keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk
menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun
ke tahun yang semakin kompleks. Pemerintah Jepang saja membutuhkan waktu 10
tahun untuk membiasakan masyarakatnya memilah sampah. Reduce (mengurangi),
Reuse (penggunan kembali) dan Recycling (daur ulang) adalah model relatif
aplikatif dan dapat bernilai ekonomis. Sistem ini diterapkan pada skala kawasan
sehingga memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Model ini akan dapat
memangkas rantai transportasi yang panjang dan beban APBD yang berat. Selain
itu masyarakat secara bersama diikutsertakan dalam pengelolaan yang akan
memancing proses serta hasil yang jauh lebih optimal daripada cara yang
diterapkan saat ini.
IV.11 Pengelolaan Sampah Terpadu Menuju
Pembangunan Berkelanjutan
Volume
sampah di kota-kota besar, misalnya di Jakarta yang mencapai 24000 hingga 27000
m³/hari menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Jakarta sudah pada tahap
menghawatirkan bila tidak dikelola secara baik, dimana potensi konflik dapat
meledak sewaktu-waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan ulang secara menyeluruh tentang
konsepsi pengelolaan sampah di perkotaan. Persoalan yang mendesak dan sulit
untuk diatasi pada masyarakat di kota besar adalah rantai distribusi yang
terlalu panjang dan pola TPA (tempat pembuangan akhir) yang sentralistis, dimana jika satu unit mengatasi masalah,
maka seluruh sistem akan terganggu. Puluhan miliar dikeluarkan oleh Pemerintah
Provinsi hanya untuk menangani sampah.
Konsep
rencana pengelolaan sampah perlu dengan metode yang penulis rekomendasikan ini dapat
diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Sistem tersebut
harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan
masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk
berpartisipasi aktif. Pendekatan yang digunakan dalam konsep rencana
pengelolaan sampah ini adalah “meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang
dapat memenuhi tuntutan dalam paradigma baru pengelolaan sampah”. Untuk itu
perlu dilakukan usaha untuk mengubah cara pandang “sampah dari bencana menjadi
berkah”. Hal ini penting karena pada hakikatnya pada timbunan sampah itu
kadang-kadang masih mengandung komponen-komponen yang sangat bermanfaat dan
memiliki nilai ekonomi tinggi namun karena tercampur secara acak maka nilai
ekonominya hilang dan bahkan sebaliknya malah menimbulkan bencana yang dapat
membahayakan lingkungan hidup.
Bab
V Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Ø Perubahan
pengelolaan sampah dari sistem lama ke sistem baru yang menekankan pada proses
pemilahan, pengumpulan, pemprosesan manjadi bahan yang bernilai ekonomis,
sedikit demi sedikit perlu dikenalkan kepada masyarakat khususnya pengelola,
pedagang dan pengunjung pasar.
Ø Sistem
pengelolaan sampah pasar menjadi alkohol dan kompos memberikan banyak
keuntungan secara ekonomis karena dapat menyumbangkan untuk
pembiayaanpengelolaan sampah itu sendiri sehingga mengurangi beban APBD Kota
Bekasi.
Ø Manajemen
pengelolaan sampah pasar secara makro akan memberikan dampak yang sangat
positif kepada perkembangan perekonomian Kota Bekasi karena masyarakat akan
lebih senang datang ke pasar tradisional.
V.2 Saran-Saran
Ø Pengelola kebersihan
pasar Kota Bekasi perlu untuk menyediakan tempat sampah sesuai dengan jenis
sampah yang dhasilkan oleh pedagang.
Ø Metode pengelolaan
sampah pasar yang penulis rekomendasikan ini dari perlu mendapat perhatian
khusus dari semua pihak agar benar – benar terlaksana.Slogan – Slogan tentang
kebersihan perlu dipasang ditempat- tempat yang strategis.
Ø Komposting dari sampah
pasar perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak agar benar – benar
terlaksana.
Ø
Slogan – Slogan tentang
kebersihan perlu dipasang ditempat- tempat yang strategis.
Daftar Pustaka
"http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol"
""http://id.wikipedia.org/wiki/Destlasi"
"http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah"
Mamun Sjefudin, 2007, Majalah Proses Jawa Barat, Bandung
Chem-Is-Try.Org
Sinar Harapan 2002
loading...
No comments:
Post a Comment