loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
DiundangkannyaUndang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bukti
pengakuan terhadap profesionalitas pekerjaan guru dan dosen semakin mantap.
Terlebih lagi di dalam pasal 14 dan 15 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji,
serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Bagi paraguru pengakuan dan penghargaan di atas harus dijawab dengan meningkatkan
profesionalisme dalam bekerja. Guru tidak selayaknya bekerja as usual seperti era sebelumnya,
melainkan harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. Setiap
kinerjanya harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara publik maupun
akademik. Untuk itu ia harus memiliki landasan teoretik atau keilmuan yang
mapan dalam melaksanakan tugasnya mengajar maupun membimbing peserta didik.
Dalam
kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai
persoalan baik menyangkut peserta didik, subjectmatter, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus
mampu membuat prefessional judgement yang didasarkan pada data sekaligus teori yang
akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran
secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal disertai
dengan kepuasan yang tinggi.
Untuk
mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususnya
Penelitian Tindakan Kelas. Dalam hal ini peran pengawas sebagai pembina dan
pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan. Pengawas tidak hanya berperan
sebagai resources person atau
konsultan, bahkan secara kolaboratif dapat bersama-sama dengan guru melakukan
penelitian tindakan kelas bagi peningkatan pembelajaran.
Dengan
latar belakang di atas, maka materi pelatihan penelitian tindakan kelas ini
sangat penting untuk dikuasai oleh para pengawas.
B.
Dimensi Kompetensi
Dimensi
kompetensi yang diharapkan dibentuk pada
akhir pendidikan dan pelatihan ini adalah dimensi penelitian dan pengembangan
C.
Kompetensi yang
Diharapkan Dicapai
Setelah
mengikuti pelatihan ini Pengawas diharapkan dapat menguasai serta prosedur
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga mampu membimbing guru melaksanakan
PTK.
D.
Indikator Pencapaian
Setelah
menyelesaikan materi pelatihan ini pengawas diharapkan dapat:
1.
Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan kelas.
2.
Menjelaskankan prosedur penelitian tindakan kelas.
3.
Menyusun proposal penelitian kelas
4.
Melakukan penelitian tindakan kelas
5.
Menyusun laporan penelitian tindakan kelas
6.
Membimbing guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
E.
Alokasi Waktu
No.
|
Materi Diklat
|
Alokasi
|
1.
|
Konsep Dasar PTK
|
2 jam
|
2.
|
Prosedur pelaksanaan PTK
|
4 jam
|
3.
|
Penyusunan proposal PTK
|
4 jam
|
4.
|
Penulisan laporan PTK
|
2 jam
|
5
|
Penilaian laporan KTI
|
4 jam
|
F.
Skenario
1.
Perkenalan
2.
Penjelasan tentang
dimensi kompetensi, indikator, alokasi
waktu dan skenario pendidikan dan pelatihan PTK.
3. Pre-test
4.
Eksplorasi pemahaman
peserta berkenaan dengan PTK melalui pendekatan andragogi.
5.
Penyampaian Materi Diklat:
a.
Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu
lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan,
menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih
lebih sebagai fasilitator.
b.
Diskusi tentang indikator keberhasilan
pelatihan PTK.
c.
Praktik penyusunan Proposal PTK.
6. Post test.
7.
Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai
jalannya pelatihan.
8. Penutup
BAB II
KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Pada
awalnya, penelitian tindakan (actionresearch) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap
problema sosial (terma- suk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu
kajian terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988).
Hasil kijian ini dija- dikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja
(tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya
adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil
observasi dan eva- luasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa
yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan
landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan
adalah suatu bentuk peneli- tian refleksi diri yang dilakukan oleh para
partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan
dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam
tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan
profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang
dilaksana- kannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana
praktik tersebut dilaksanakan.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik
pembelajaran, pene-litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Reserach
(CAR). PTK adalah
penelitian
tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran
berlangsung. PTK dilaku- kan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran
yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi
(2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu
“Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai
berikut.
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan
menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.
Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk
suatu rangkaian siklus kegiatan.
Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar
tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga
ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau
belajar tempat lain di bawah arahan guru.
Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat
dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut.
- Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.
- Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan sebagainya.
- Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.
- Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.
- Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru, atau perilaku belajar siswa itu sendiri.
- Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya.
- Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.
Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang
sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar, maka
permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut.
- Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan pem- belajaran di kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain sebagainya.
- Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembela- jaran.
- Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifi- kasi perilaku, teknik memotivasi, dan teknik pengembangan potensi diri.
- Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelo- laan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu).
- Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola berpikir ilmiah dalam diri siswa.
- Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas.
- Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen penilaian berbasis kompetensi, atau penggunaan alat, metode evaluasi tertentu
- Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian meteri pokok, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, atau interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.
Berdasarkan
cakupan permasalannya, seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah
yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan
berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK
dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan tugas utama guru yaitu
mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian,
PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat
masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan
PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus
peneliti.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan
Kalas
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan
nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga
bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.
Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna
memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
(1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses,
dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
(2) Membantu guru dan tenaga kependidikan
lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar
kelas.
(3)
Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga
kependidikan.
(4)
Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Output atau
hasil yang diharapkan melaltu PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas
proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa
di sekolah.
(2) Peningkatan atau perbaikan mutu proses
pembelajaran di kelas.
(3) Peningkatan atau perbaikan kualitas
penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.
(4)
Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat
evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
(5)
Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan
anak di sekolah.
(6) Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam
penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapai dapat
dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut.
(1)
Menghasilkan
laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik
(guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang
dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk
berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di
jurnal ilmiah.
(2)
Menumbuhkembangkan
kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di
kalangan pendidik. Hal ini ikut
mendukung professionalisme dan karir pendidik.
(3)
Mewujudkan
kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah atau
beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan
meningkatkan mutu pembelajaran.
(4)
Meningkatkan
kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran
sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi
kebutuhan peserta didik.
(5)
Memupuk
dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan
kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
(6)
Mendorong
terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan,
serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang
digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara
sungguh-sungguh.
C. Karakteristik Penelitian Tindakan Kalas
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang
diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya
tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam
rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut dilakukan pada situasi alami serta
ditujukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan
kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK
dilakukan dalam suatu siklus kegiatan.
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan
PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut.
(1)
PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan
masalah tersebut.
(2)
PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi
guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru
untuk menulis dan membuat catatan.
(3)
Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan
dihasilkan dari kajian teoretik atau dan penelitian terdahulu, tetapi berasal
dari adanya permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam
pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada pemecahan masalah praktis bukan
masalah teoretis.
(4)
PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata,
jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
(5)
Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan
kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang
tindakan (action) .
(6)
PTK dilakukan hanya apabila; (a) Ada keputusan kelompok
dan komitmen untuk pengembangan; (b) Bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme guru; (c) Alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin
meningkatkan; dan (d) Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya
pemecahan masalah.
Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru) dan
peneliti (dosen atau widyaiswara) merupakan salah satu ciri khas PTK. Melalui
kolaborasi ini mereka bersama menggali dengan mengkaji permasalahan nyata yang
dihadapi oleh guru dan atau siswa. Sebagai penelitian yang bersifat
kolaboratif, harus secara jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan
peneliti. Dalam PTK kolaboratif, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam
arti masing-masing mempunyai peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan
dan saling melengkapi. Peran kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK
terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan,
melaksanakan penelitian (tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan
refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan
hasil.
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru
melakukan PTK tanpa kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan
sebagai peneliti sekaigus sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional
seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka
guru melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan
tindakan (Suharsimi, 2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan
diri secara obyektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar. Melalui PTK, guru sebagai peneliti dapat:
(1) mengkaji/ meneliti sendiri praktik
pembelajarannya;
(2) melakukan PTK dengan tanpa
mengganggu tugasnya;
(3) mengkaji permasalahan yang dialami dan
yang sangat dipahami; dan
(4) melakukan kegiatan guna mengembangkan
profesionalismenya.
Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK tanpa
kolaborasi dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK yang
dilakukan oleh guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai kelemahan karena
para praktisi umumnya (dalam hal ini adalah guru) kurang akrab dengan
teknik-teknik dasar penelitian. Di samping itu,
guru pada umumnya tidak memiliki waktu untuk melakukan penelitian
sehubungan dengan padatnya kegiatan pengajaran yang dilakukan. Akibatnya, hasil
PTK menjadi kurang memenuhi kriteria validitas metodologi ilmiah. Dalam konteks
kegiatan pengawasan sekolah, seorang pengawas sekolah dapat berperan sebagai
kolaborator bagi guru dalam melaksanakan PTK.
D. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Terdapat
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan
PTK yaitu sebagai berikut.
Pertama, tindakan
dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu
atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai
mengorbankan kegiatan pembelajaran. Pekerjaan utama guru adalah mengajar,
apapun jenis PTK diterapkan, seyogyanya tidak mengganggu tugas guru sebagai
pengajar. Terdapat 3 hal penting berkenaan dengan prinsip pertama tersebut
yaitu (1) Dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran, ada kemungkinan
hasilnya kurang memuaskan, bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dari
biasanya. Karena bagaimanapun tindakan tersebut masih dalam taraf uji coba.
Untuk itu, guru harus penuh pertimbangan ketika memilih tindakan guna
memberikan yang terbaik kepada siswa; (2) Siklus tindakan dilakukan dengan
mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan serta ketercapaian
tujuan pembelajaran secara utuh, bukan terbatas dari segi tersampaikannya
materi pada siswa dalam kurun waktu yang telah ditentukan; (3) Penetapan jumlah
siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap
perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana lazimnya dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.
Kedua, masalah
penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan berpijak
dari tanggung jawab profesional guru. Guru harus memiliki komitmen untuk
melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerla ekstra dibandingkan dengan
pelaksanaan tugas secara rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen profesional
guru untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
Ketiga, metode
pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga
berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh mungkin harus digunakan
prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara
guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena
itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman data yang cukup sederhana,
namun dapat menghasilkan informasi yang cukup bermakna.
Keempat, metodologi
yang digunakan harus terencana secara cermat, sehingga tindakan dapat
dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru
dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta
memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang
dikemukakan.
Kelima,
permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik, mampu
ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan
perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.
Keenam; peneliti harus tetap
memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu–rambu
pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap
konsisten dan peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini
penting ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam
suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata
krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh
pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga terkait,
dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap
mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.
Ketujuh; kegiatan
PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena
tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang
waktu.
Kedelapan, meskipun
kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru, namun tinjauan
terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran
tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah. Hal ini terasa penting
apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya melalui
kolaborasi antar guru dalam satu sekolah atau dengan dosen, widyaiswara, dan
pengawas sekolah.
BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai
permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam
mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah
memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting
dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut.
(1)
PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara
aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.
(2)
Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi)
dilakukan berdasar- kan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang
mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan
masalah yang terjadi.
(3)
Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi
pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan
dalam praktik pembelajaran).
Pembahasan berikutnya
akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus
permasalahan, perencanaan tindakan, pelak- sanaan tindakan yang diikuti dengan
kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila
diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tinda lanjut. Upaya tersebut
dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang
ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut.
(1)
Penetapan fokus permasalahan
(2)
Perencanaan tindakan
(3)
Pelaksanaan tindakan
(4)
Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
(5)
Refleksi (analisis, dan interpretasi)
(6)
Perencanaan tindak lanjut.
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat
pada gambar berikut.
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus
pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan
atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti
kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus
berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan
sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau
untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam
siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya
yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan
dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk
siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti
yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan
peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang
tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa
siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti
sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. Rincian
kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:
A. Penetapan Fokus Permasalahan
Sebelum suatu masalah
ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk
mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan
peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan
merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki
dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
1.
Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran
cukup memadai?
2.
Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup
efektif?
3.
Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
4.
Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
5.
Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi
inovatif tertentu?
Secara umum karaktersitik suatu
masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.
1.
Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori
dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini
terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian
dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan
dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK.
2.
Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan
diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar
atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.
3.
Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi
bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan
guru/peneliti.
Dianjurkan agar masalah yang dipilih
untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan
sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih
lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan
untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.
1.
Apakah masalah yang dirasakan secara jelas
teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?
2.
Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah
yang akan dipecahkan?
3.
Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna
untuk perbaikan praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
Pada tahap selanjutnya dilakukan
identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap
ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang
dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara
melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut.
(1)
Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu
diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang
berkaitan dengan pembelajaran.
(2)
Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan menurut
jenis/ bidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi
timbulnya masalah tersebut.
(3)
Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya
siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
(4)
Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang
dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi
masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan
praktis, metodologis maupun teoretis.
Setelah
memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjut- kan dengan
analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga
dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang
dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian
terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat
diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.
(1)
Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah
terjadi?
(2)
Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?
(3)
Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya
masalah?
(4)
Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat
diajukan?
(5)
Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah?
Analisis masalah dipergunakan untuk
merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan
peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai
dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang
diajukan.
Pada tahap selanjutnya,
masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara
jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan
peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang
mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut.
(1)
Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi
pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
(2)
Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(3)
Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(4)
Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS?
Dalam memformulasikan masalah,
peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi
hal-hal di bawah ini.
(1)
Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu
dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui
tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang
dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan
pendidikan/pembelajaran.
(2)
Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa
pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum
pernah dilakukan guru sebelumnya.
(3)
Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam
arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta
tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
(4)
Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan
yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran,
penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan
fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu,
disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi
bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat
memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya.
B. Perencanaan Tindakan
Setelah
masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan
yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke
dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara
optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu
dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis
tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
Hipotesis
tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan
dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan
permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini.
(1)
Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada
proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
(2)
Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(3)
Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(4)
Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS.
Secara rinci,
tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut.
(1)
Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan
jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan
berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang
paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
(2)
Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis
tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen
pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan
itu.
(3)
Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan mencakup; (a) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b)
Merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang
dipilih; serta (c) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen
pengumpul data.
C.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan
ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterap- kan. Skenario
tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang
dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2
sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian
beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh
aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK.
1. Dirancang penerapan metode tugas dan
diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil
sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota
kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara
yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan,
melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan
hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi.
4. Presentasi dan diskusi pleno;
masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru
sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil
pembelajaran.
5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa
makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam
diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah
(postes) tindakan dilak- sanakan.
D.
Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data
Tahapan
ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa- naan tindakan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung
dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia
bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar
siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil
kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
lain-lain.
Instrumen
yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi;
dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif
yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa
selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk
lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan
refleksi.
Sebagai
contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor tes essai;
(b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan
jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi dan
catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Berdasarkan
data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai instrumen;
(a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria penilaian/skoring
baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan selama diskusi;
(c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan
rubrik; dan (d) catatan lapangan.
Data yang
dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik
dapat dilakukan untuk tujuan ini,
misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang
diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain
sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah
penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik
analisis statistika dapat digunakan.
E. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan
kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya.
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil
pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses
refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang
meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang
sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
BAB IV
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Pengertian
Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan
langkah awal
yang harus dilakukan peneliti sebelum
memulai kegiatan PTK. Proposal PTK dapat membantu memberi arah pada
peneliti agar mampu menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama penelitian
berlangsung. Proposal PTK harus dibuat sistematis dan logis sehingga dapat
dijadikan pedoman yang mudah diikuti. Proposal PTK adalah gambaran terperinci
tentang proses yang akan dilakukan peneliti (guru) untuk memecahkan masalah
dalam pelaksanaan tugas (pembelajaran).
Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan
penelitian adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan
kegiatan penelitian secara keseluruhan. Proposal PTK penelitian berkaitan
dengan pernyataan atas nilai penting dari suatu penelitian. Membuat proposal
PTK bisa jadi merupakan langkah yang paling sulit namun menyenangkan di dalam
tahapan proses penelitian. Sebagai panduan, berikut dijelaskan sistematika
usulan PTK.
B. Sistematika
Proposal
Sistematika proposal PTK mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian dinyatakan secara singkat dan spesifik tetapi cukup
jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi
masalah serta nilai manfaatnya. Formulasi judul dibuat agar menampilkan wujud
PTK bukan penelitian pada umumnya. Umumnya di bawah judul utama dituliskan pula
sub judul. Sub judul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang
subyek, tempat, dan waktu penelitian. Berikut contoh judul PTK dalam pendidikan dasar.
(1) Meningkatkan hasil belajar melalui
pembelajanan kooperatif pada mata pelajaran IPS (dapat dituliskan topik bahasan
dan juga mata pelajarannya) di SD Negeri Banjarsari, Bandung.
(2) Penerapan
pembelajaran model Problem Based Learning
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah pada mata pelajaran Fisika Kelas VII di SMP XXX.
(3) Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri
pada Mata Pelajaran Geografi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep tentang
Perpindahan Penduduk.
(4) Pembelajaran
Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian Menggunakan Sedotan (Drinking
Straws) dan Kantong Operasi Hidung pada kelas 2 SD dengan Pendekatan
Pakempros.
(5) Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan Pendekatan
Realistik dengan Teknik Brainstorming by
Guided Reinvension di Kelas X SMAN
3 Kota Manna.
(6) Praktik
Radikal bebas dan Model Pembelajaran Problem Based Instruction Sebai Upaya
untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Pada mata Pelajaran Biologi.
(7) Pengunaan
Model Kreasi 10 Pola dan Pemanfaatan Bahan Ubi Jalar dalam Proses Pembelajaran
Desain Seni Batik Cap di SMA.
(8) Permainan
Drag and Drop sebagai Kemampuan Menggali informasi pada materi Akuntansi
sebagai Sistem Informasi di Kelas XI Jurusan Ilmu Sosial SMAN 1 Sulang Tahun
Pelajaran 2006/2007.
(9) Efektivitas
Permainan Sepak Bola Tuna Netra dengan Microkontroer Alternatif Alat Permainan
Sepak Bola dengan Menggunakan Sensor
Infra Red.
(10) Aplikasi
Model Pembelajaran Traffic light Card
Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa Kelas I SMKN 3 Banjarasri.
(11) Penerapan
Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Teknologi Bagi
Siswa Kelas III SDN Tanggungrejo 4 Malang.
(12) Menumbuhkan
Sikap Demokratis Siswa Kelas V SD Negeri No.2 Maros Melalui Permainan Simulasi
dengan Media Papan Kartu dan Kartu Beberan.
(13) .Integrasi Outdoor Learning dan Indoor
Learning dalam Meningkatkan Kemandirian di TK Anak Saleh Malang.
(14) Meningkatkan
Kreativitas Siswa SD Negeri 3 Kota Banjar Dalam Pembelajaran IPA melalui PAKEM.
(15) Peningkatan
Keterampiran Menulis Paragraf Deskriptif bahasa Inggris Melalui Kolaborasi
Kamus Gambar dan Kerja kelompok di Kelas VII A SMPN 19 Surabaya.
(16) Metode
Tiga Pencitraan Dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika dalam
pembelajaran Bilangan Bulat dengan Media Bimamun Opsiba di Kelas VII B SMPN 2
Pakisjaya Kabupaten Karawang.
(17) Implementasi
Model Cooperative Thinking and Moving (CTM) pada Pembelajaran PKn dalam
upaya meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa di Kelas IX SMPN 1
Pamulihan Kabupaten Sumedang.
(18) Optimalisasi
Penggunaan Asesmen Otentik untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Siswa pada
Pembelajaran Sains di SMP.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Untuk
itu, dalam uraian latar belakang masalah
yang harus dipaparkan hal-hal berikut.
(1) Masalah
yang diteliti adalah benar-benar masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah.
Umumnya didapat dari pengamatan dan diagnosis yang dilakukan guru atau tenaga
kependidikan lain di sekolah. Perlu
dijelaskan pula proses atau kondisi yang terjadi.
(2) Masalah yang akan diteliti merupakan suatu
masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat
dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat
memperlancar penelitian tersebut.
(3) Identifikasi masalah di atas, jelaskan
hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab dari masa!ah tersebut. Secara cermat
dan sistematis berikan alasan (argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan
tentang akar masalah itu.
B. Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan
Masalah
Pada bagian ini umumnya terdiri atas jabaran tentang
rumusan masalah, cara pemecahan masalah, tujuan serta manfaat atau kontribusi
hasil penelitian.
(1) Perumusan Masalah, berisi rumusan masalah
penelitian. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan
lingkup yang menjadi batasan PTK. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat
tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil
positif yang diantisipasi dengan cara mengajukan indikator keberhasilan
tindakan, cara pengukuran serta cara mengevaluasinya.
(2)
Pemecahan
Masalah; merupakan uraian altematif
tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep
yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti disesuaikan dengan kaidah
PTK. Cara pemecahan masalah ditentukan atas dasar akar penyebab permasalahan
dalam bentuk tindakan yang jelas dan terarah. Alternatif pemecahan
hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil
analisis masalah. Di samping itu, harus terbayangkan manfaat hasil pemecahan
masalah dalam pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program
pembelajaran. Juga dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari
kemanfaatan penelitian formal.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan sasaran antara dan sasaran
akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat
permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Sebagai contoh
dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa
dalam mata pelajaran IPA melalui penerapan strategi pembelajaran yang dianggap
sesuai, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan lain
sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi pembelajaran bukan merupakan
rumusan tujuan PTK. Ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara
obyektif.
Di samping tujuan PTK di atas, juga perlu diuraikan kemungkinan
kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik
keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh, khususnya bagi siswa, di samping
bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya serta bagi dosen LPTK
sebagai pendidik guru. Pengembangan ilmu, bukanlah prioritas dalam menetapkan
tujuan PTK.
BAB II KERANGKA TEORETIK DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan konseptual dalam arti teoritik yang
digunakan peneliti dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Untuk
keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan
kajian baik pengalaman peneliti PTK sendiri nyang relevan maupun
pelaku-pelaku PTK lain di samping terhadap teori-teori yang lazim hasil kajian
kepustakaan. Pada bagian ini
diuraikan kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan mendasar usulan
rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan
penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan
penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau
konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat
dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan
tindakan yang diharapkan/ diantisipasi. Sebagai contoh, akan dilakukan
PTK yang menerapkan model pembelajaran kontekstual sebagai jenis tindakannya.
Pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
(1)
Bagaimana teori pembelajaran kontekstual, siapa saja
tokoh-tokoh dibelakangnya, bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori
tersebut, persyaratannya, dll.
(2)
Bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam
penerapan teori tersebut pada pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario
pelaksanaannya, dll.
(3)
Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model
tersebut dengan perubahan yang diharapkan, atau terhadap masalah yang akan
dipecahkan, hal ini hendaknya dapat dijabarkan dari berbagai hasil penelitian
yang sesuai.
(4)
Bagaimana perkiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan
dilakukannya penerapan model di atas pada pembelajaran terhadap hal yang akan
dipecahkan.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur
penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan,
serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat
daur ulang atau siklus. Sistematika
dalam ini meliputi:
a.
Setting
penelitian dan karakteristik subjek penelitian. Pada bagian ini disebutkan di
mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik
dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang
sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan
lain sebagainya.
b.
Variabel yang diselidiki. Pada bagian ini ditentukan
variabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus utama untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input
yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur
evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses
pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya,
guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode
mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) variabel output seperti rasa
keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi
siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah
digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
c.
Rencana Tindakan. Pada bagian ini digambarkan rencana
tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
1)
Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan
dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan tindakan, pelaksanaan tes diagnostik untuk
menspesifikasi masalah, pembuatan
skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan
lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang ditetapkan.
Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan
dalam rangka perbaikan masalah
2)
Implementasi
Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan. Skenario kerja tindakan
perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3)
Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang
prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari
implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4)
Analisis dan
Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan
refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan
digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan
berikutnya.
d.
Data dan cara pengumpulannya. Pada bagian ini
ditunjukan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan
baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan
sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan
perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
e.
Indikator kinerja, pada bagian ini tolak ukur
keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan
verifikasinya untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi
kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang
diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
f.
Tim peneliti dan tugasnya, pada bagian ini hendaknya
dicantumakan nama-nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap
anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk
kegiatan penelitian.
g.
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang
menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
h.
Rencana anggaran, meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan
pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
BAB V
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Apabila guru sudah merasa
puas dengan siklus-siklus yang dilakukan, langkah berikutnya tidak lain adalah
menyusun laporan kegiatan. Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan
sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah
dilakukan. Untuk menyusun laporan penelitian diperlukan pedoman penulisan yang
dapat dipakai sebagai acuan para peneliti pelaksana, sehingga tidak ditemukan
adanya variasi bentuk. Di samping itu, juga perlu disesuaikan dengan pedoman
yang sudah ditetapkan Diknas dalam rangka memenuhi persyaratan penulisan karya
tulis ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/ golongan melalui
pengembangan profesi. Berikut ini disampaikan bentuk laporan PTK dalam rangka
mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilakukan dengan menglompokannya menjadi
tiga bagian yaitu sebagai berikut.
A.
Bagian Awal
Bagian awal terdiri
dari:
1. Halaman
Judul
2. Halaman
Pengesahan
3. Abstrak
4. Kata Pengantar
5. Daftar
Isi
6. Daftar
tabel/ lampiran
B. Bagian Isi
Bagian isi memuat hal-hal sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan
masalah
C. Tujuan
Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PUSTAKA
BAB III Prosedur/Metode Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Penjelasan dari sistematika tersebut adalah sebagai berikut.
Dalam Bab I, dimulai dengan mendikripsikan masalah
penelitian secara jelas dengan dukungan data faktual yang menunjukkan adanya
masa-ah pada setting tertentu,
pentingnya masalah untuk dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti
benar-benar nyata, berada dalam kewenangan guru dan akibat yang ditimbulkan
kalau masalah tidak dipecahkan
Selanjutnya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya, sehingga akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan
rumusan masalah ini dapat dirinci dalam proses, situasi, hasil yang diperoleh.
Dalam tujuan penelitian hendaknya dikemukakan secara
rinci tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan
pada bagian sebelumnya.
Manfaat penelitian agar dikemukakan secara wajar, tidak
perlu ambisius, rumuskan yang terkait dengan siswa, dan dapat juga diperluas ke
guru.
Dalam Bab II, kemukakan teori dan hasil
kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Serta
memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam
penelitian. Diperlukan untuk dapat membangun argumentasi teoritis yang
menunjukan bahwa tindakan yang diberikan dimung-kinkan dapat meningkatkan mutu
proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis
tindakan.
Pada Bab III, deskripsikan setting penelitian secara
jelas, tahapan di setiap siklus yang memuat: rencana, pelaksanaan/ tindakan,
pemantuan dan evaluasi beserta jenis instrumen yang digunakan, refleksi (perlu
dibedakan antara metode penelitian pada usulan penelitian dengan metode yang
ada pada laporan penelitian). Tindakan yang dilakukan berisfat rational, feasible, collaborative.
Kemudian pada
Bab IV, dideskripsikan setting penelitian
secara lengkap kemudian uraian masing-masing siklus dengan disertai data
lengkap berserta aspek-aspek yang direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu
menunjukkan terjadinya perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan
adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir
setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang
tenjadi dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/perbaikan yang
terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi
belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan
hasil keseluruhan siklus ke dalam suatu ringkasan tabel/ grafik. Dan
tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas perubahan yang terjadi
disertai pembahasan secara rinci dan jelas.
Terakhir dalam Bab V sajikan simpulan dan hasil penelitian
sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah disampaikan
sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang
diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya.
C. Bagian Penunjang
Daftar Pustaka
Memuat semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian
teori yang digunakan dalam semua bagian laporan, dengan sistem penulisan yang
konsisten menurut ketentuan yang berlaku.
Lampiran-Lampiran
Berisi lampiran berupa instrumen yang digunakan dalam
penelitian, lembar jawaban dari siswa, izin penelitian dan bukti lain yang
dipandang penting.
BAB VI
PENILAIAN KARYA
TULIS ILMIAH
Karya Tulis
Ilmiah (KTI) terbagi dalam dua besaran, yaitu KTI hasil Penelitian dan KTI Non
Penelitian. Untuk menilai karya tulis ilmiah hasil KTI yang dibuat oleh guru maupun
non penelitian, PTK merupakan KTI Penelitian. Suhardjono dkk (2009) menyusun rambu-rambu
penilaian KTI dan kriteria-kriteria
penilaian KTI sebagai berikut.
Perhatikan identitas guru yang akan dinilai
karya pengembangan profesinya
Ü
Tentukan
jenis karya pengembangan profesi yang diusulkan
Lakukan
langkah penilaian KTI sebagai berikut ini
1.
Baca secara teliti KTI yang dinilai
2.
Tentukan dengan tepat jenis KTI
3.
Bila KTI tersebut merupakan
pengajuan kembali (apelan), atau yang pernah ditolak, baca dengan cermat
isi surat penolakan terdahulu, dan pahami apa yang disarankan dalam surat
tersebut. Bila tidak ada surat terdahulu, tanyakan kepada sekretariat.
4.
Baca dengan cermat
dan teliti KTI dengan memastikan kesesuaiannya dengan persyaratan yang
ditentukan (APIK), kesesuaian kerangka isi, kelengkapan pengesahan dan
persyaratan serta bukti fisik lain
5.
Bila telah MEMENUHI SYARAT berikan nilai sesuai dengan
yang ditetapkan (lihat tabel besaran angka kredit KTI)
6.
Bila tidak memenuhi syarat TETAPKAN ALASAN PENOLAKAN
DAN SARAN sesuai dengan nomor kode alasan penolakan
7.
Tuliskan nomor kode alasan penolakan dalam format
penilaian untuk dapat diproses selanjutnya.
loading...
No comments:
Post a Comment