loading...
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang tua yang
menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya berprestasi yang baik. Namun untuk
mencapai hal itu bukanlah suatu hal yang mudah. Karena keberhasilan belajar
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain, Faktor internal, ialah
faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, mental,
tingkat kecerdasan, minat dan sebagainya. Faktor itu berwujud juga sebagai
kebutuhan dari anak. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri
anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan, keluarga, masyarakat, teman,
guru, media, sarana dan prasarana belajar.
Sudah disadari baik oleh guru,
siswa dan orang tua bahwa dalam belajar di sekolah, inteligensi (kemampuan
intelektual) memerankan peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi
kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk
berprestasi. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa,
maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
prestasi.1 Meskipun
peranan inteligensi sedemikian
besar namun perlu
diingat

bahwa faktor-faktor lain pun tetap berpengaruh. Di
antara faktor tersebut adalah “Minat”.
Dalam hal
ini minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan
dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan
dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh S. Nasution
bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada
minat.
Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak ada minat.2
Dalam
kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang
siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang
dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil
yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan
minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S
Praja bahwa “belajar
dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat”.3
Dari
keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki minat dengan
siswa yang tidak memiliki minat dalam belajar akan terdapat perbedaan.
Perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus menerus. Siswa yang
memiliki minat maka ia akan terus tekun ketika belajar

3
sedangkan siswa yang tidak memiliki minat walau
pun ia mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar.
Begitu
pula dalam proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam. Tinggi rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar
yang akan dicapai oleh siswa.
Mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata pelajaran yang
materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di sekolah guru
sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah
kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode tersebut dapat
mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan materi tersebut tidak
dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan siswa selain itu metode tersebut
membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Karena itu
jika terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa
untuk mengikuti proses belajar. Demikian juga pembelajaran SKI yang seperti ini
cukup kontektual dari sisi kebutuhan siswa untuk belajar mengembangkan dirinya
sementara belajar berangkat dari kebutuhan siswa akan mudah membangkitkan minat
siswa terhadap mata pelajaran tersebut, sehingga mereka dapat meraih prestasi
yang lebih optimal ketika siswa tidak lagi merasa berminat untuk mengikuti
pelajaran ini, tentunya hal ini akan memberikan dampak pada tinggi rendahnya
prestasi pembelajaran siswa di bidang mata pelajaran SKI.
4
Sehubungan dengan masalah tersebut dalam
kesempatan ini penulis bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul :
“HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUSSALAM PONDOK PINANG JAKARTA
SELATAN”.
B.
Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Kajian tentang minat belajar dan prestasi belajar
Sejarah Kebudayaan Islam terkait dengan aspek atau variabel yang akan diteliti
sebagai berikut:
a.
Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran SKI
b.
Peran guru dalam membangkitkan minat belajar SKI
c.
Langkah-langkah strategis membangkitkan minat
belajar SKI
d.
Aspek-aspek kompetensi yang perlu dicapai dalam
pembelajaran SKI
e.
Macam-macam penilaian terhadap prestasi belajar
SKI
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
dalam skripsi ini, melihat luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas
dalam skripsi ini, membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal yang dilakukan agar
pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
5
a. Minat
belajar yang dimaksud adalah arahan perhatian, perasaan senang, perasaan
tertarik, untuk mempelajari SKI timbul karena dorongan rasa ingin tahu akan apa
yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut.
b. Prestasi
belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa
Madrasah Tsanawiyah kelas II semester II, yang dibuktikan nilai raport.
3. Perumusan
Masalah
Dari pembatasan masalah di atas,
maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan
secara signifikan antara minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan prestasi
belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang.
C.
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas,
maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan minat belajar Sejarah Kebudayaan islam dengan prestasi siswa Madrasah
Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang.
2. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis
berharap ada manfaat yang dapat diambil oleh pihak terkait seperti penulis
sendiri, orang tua dan bagi para pendidik dalam hal ini khususnya guru. Dari
hasil penelitian nantinya akan diketahui
6
apakah ada hubungan antar minat dan prestasi
belajar, maka bagi penulis sebagai calon guru dan guru harus berusaha menumbuh
kembangkan minat yang ada pada siswa. Sedangkan bagi orang tua hendaknya
mengetahui dan mengarahkan minat anaknya, dan bagi sekolah sendiri berusaha
melengkapi sarana dan prasarana yang ada karena hal ini dapat menimbulkan minat
siswa untuk belajar.
D. Sistematika penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penyusun
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan : menguraikan tentang latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian teoritis yang
membahas tentang pengertian minat belajar, aspek minat belajar, indikator minat
belajar dan faktor yang mempengaruhi minat, dan hakekat prestasi belajar yang
terdiri dari pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, juga membahas tentang Sejarah Kebudayaan Islam sebagai mata
pelajaran yang terdiri dari pengertian Sejarah kebudayaan Islam, kompetensi,
jenis mata pelajaran, strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam secara
efektif, selanjutnya tentang kerangka berfikir dan terakhir tentang pengajuan
hipotesis.
7
Bab III Metodologi penelitian
yang meliputi tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, desain
penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, instrumen pengumpulan data,
teknik pengolahan data serta teknik anlisis data.
Bab IV Hasil penelitian yang
menguraikan mengenai gambaran umum lokasi sekolah madrasah Tsanawiyah
Nurussalam Pondok pinang, gambaran umum responden, minat belajar siswa pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, hasil belajar Sejarah Kebudayaan
Islam, analisis korelasional, interprestasi dan alternatif strategi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam secara efektif untuk meningkatkan minat
belajar siswa.
Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan
saran-saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA
BERFIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A.
Kajian teoritis
1. Minat Belajar Siswa
a. Pengertian Minat Belajar
Untuk dapat melihat keberhasilan
proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan
guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam
mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai timabal balik dari hasil
sebuah pengajaran.
Tingkah laku siswa ketika
mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa
tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik
dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu
tanda-tanda minat. Lebih lanjut terdapat beberapa pengertian minat diantaranya
adalah:
Menurut M. Alisuf Sabri Minat
adalah “kecenderungan
untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat
ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan
8
minat
itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada
sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu”.1
Menurut Muhibbin Syah Minat adalah “kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.2
Menurut Ahmad D. Marimba Minat
adalah “kecenderungan
jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu,
pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu”.3
Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin
Minat adalah “perhatian
yang mengandung unsur-unsur perasaan”.
Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan
seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat
menjadi sebab
dari suatu
kegiatan.4
Menurut Crow dan Crow bahwa “minat
atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk
cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa
pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.5

Dari kelima pengertian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan
dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat
menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif
didalamnya. Dan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari
objek yang menarik.
Dengan penjelasan ini, apabila
seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus
dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti
proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti
pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila
murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan
merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut.
b. Aspek-aspek Minat Belajar
Seperti yang telah di kemukakan
bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek
yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang
berkaitan dengan minatnya tersebut.
Minat yang diperoleh melalui
adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek
yang kemudian menghasilkan suatu penilaian –
penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang .
Penilaian-penilaian
terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan
suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang
terhadap objek yang dihadapinya.
Hurlock (1978) mengatakan “minat
merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar”.6
Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu:
1.
Aspek kognitif
Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan
seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun
aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari
lingkungan.
2.
Aspek afektif
Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun
konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang
menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam
memotivasikan tindakan
seseorang.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka mint terhadap mata pelajaran SKI yang dimiliki seseorang
bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif
dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain,
jika proses penilaian kognitif

dan
afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan
sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
c. Indikator Minat Belajar
Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia indikator adalah “Alat
pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk / keterangan”.7
Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang
dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses
belajar dikelas maupun dirumah.
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki
perasaan senang atau suka terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus
mempelajari ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan
terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Perhatian dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi
salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa
kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan
yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka
dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek

7 Depdikbud, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1991),
Cet. Ke-10, h.
329
tersebut. Misalnya,
seorang siswa menaruh
minat terhadap pelajaran
SKI, maka ia berusaha
untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.
c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua
siswa menyukai suatu
bidang studi pelajaran
karena faktor
minatnya sendiri. Ada
yang mengembangkan minatnya
terhadap bidang
pelajaran tersebut karena
pengaruh dari gurunya,
teman
sekelas, bahan pelajaran yang menarik.
Walaupun
demikian lama-kelamaan jika
siswa mampu
mengembangkan minatnya
yang kuat terhadap
mata pelajaran niscaya
ia bisa memperoleh
prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa
yang berkemampuan
rata-rata.
Sebagaimana dikemukakan
oleh Brown yang
dikutip oleh Ali
Imran
sebagai berikut:
“Tertarik
kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap
acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan,
mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada
gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya
diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam
kontroldiri, selalu mengingat pelajaran ”dan
mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya .8
d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran
Selain adanya
perasaan senang, perhatian
dalam belajar dan
juga
bahan pelajaran serta
sikap guru yang
menarik. Adanya manfaat

dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran SKI)
juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai
manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran SKI banyak memberikan
manfaat kepada siswa bila SKI tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi juga
dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran SKI maka siswa tidak
dapat merasakan manfaat yang terdapat dalam pelajaran SKI tersebut.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Belajar
Salah satu pendorong dalam
keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak
muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi
munculnya minat.
Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain:
1) Motivasi
Minat seseorang akan semakin
tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal.
Menurut D.P. Tampubolon minat merupakan “perpaduan
antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi”.9
seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir

misalnya,
tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir,
mendiskusikannya, dan sebagainya.
2) Belajar
Minat dapat diperoleh melalui
belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu
pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai
pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi
mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D.
Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa “minat
akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu
dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang
minat”.10
3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru
Faktor yang dapat membangkitkan
dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada
siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh
siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik
minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir
oleh Slameto bahwa “Minat
mempunyai

pengaruh yang sangat besar
terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena
tidak ada daya tarik baginya”.11
Guru juga
salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa.
Menurut Kurt Singer bahwa “Guru
yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya,
berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat
dilakukan demi kepentingan murid-muridnya”.12
Guru yang
pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya
dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan
tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan
perhatian murid.
Bentuk-bentuk
kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena
itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia
harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan
sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami
kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.

4) Keluarga
Orang tua adalah orang yang
terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam
menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh
keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses
perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga
khususnya orang tua.
5) Teman Pergaulan
Melalui pergaulan
seseorang akan dapat
terpengaruh arah
minatnya oleh
teman-temannya, khususnya teman
akrabnya. Khusus
bagi
remaja, pengaruh teman
ini sangat besar
karena dalam pergaulan
itulah
mereka memupuk pribadi
dan melakukan aktifitas
bersama-
sama untuk
mengurangi ketegangan dan
kegoncangan yang mereka
alami.
6) Lingkungan
Melalui pergaulan
seseorang akan terpengaruh
minatnya. Hal
ini ditegaskan
oleh pendapat yang
dikemukakan oleh Crow&
Crow
bahwa “minat dapat
diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman
mereka dari lingkungan di
mana mereka tinggal”.13
Lingkungan sangat berperan dalam
pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Lingkungan adalah keluarga
yang mengasuh dan
membesarkan anak,
sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat
bergaul, juga
tempat bermain sehari-hari
dengan keadaan alam
dan
iklimnya, flora serta
faunanya
Besar kecilnya
pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan
dan perkembangan
bergantung kepada keadaan
lingkungan anak itu
sendiri serta jasmani dan
rohaninya.14
7) Cita-cita
Setiap manusia memiliki
cita-cita di dalam hidupnya, termasuk
para siswa.
Cita-cita juga mempengaruhi
minat belajar siswa,
bahkan
cita-cita juga
dapat dikatakan sebagai
perwujudan dari minat
seseorang
dalam prospek kehidupan
di masa yang
akan datang. Cita-
cita
ini senantiasa dikejar
dan diperjuangkan, bahkan
tidak jarang
meskipun
mendapat rintangan, seseorang tetap
beruaha untuk
mencapainya.

8) Bakat
Melalui bakat seseorang akan
memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil
memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal
menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia
akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu,
dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya
disesuaikan dengan bakat dimiliki.
9) Hobi
Bagi setiap orang hobi merupakan
salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya
timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang
lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.
10) Media Massa
Apa yang ditampilkan di media
massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang
khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut
istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak
dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa.
11) Fasilitas
Berbagai fasilitas berupa sarana
dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas
yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk
menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat
pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota
besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan
istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim
digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian
tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan
materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar.
Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu
aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian
belajar .
“Prestasi
merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang
telah dilakukan dan dikerjakan”.15
atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah “hasil
yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan)”.16
Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah “hasil
yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan”.17
Menurut Mas’ud
Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah “apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.18
Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas’ud,
Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa prestasi adalah “hasil
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok
dalam bidang kegiatan tertentu”.19
Dengan demikian, dapat dinyatakan
beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa “prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata

pelajaran”.20
Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah “kemampuan
yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.21
Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah “tingkat
keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi”.22
Dalam dunia
pendidikan, bentuk penilaian
dari suatu prestasi
biasanya dapat
dilihat atau dinyatakan
dalam bentuk simbol
huruf atau
angka-angka. Jadi,
prestasi belajar adalah
hasil yang diraih
oleh peserta
didik dari
aktivitas belajarnya yang
ditempuh untuk memperoleh
pengetahuan dan
keterampilan yang dapat
diwujudkan dengan adanya
perubahan sikap
dan tingkah laku
dan pada umumnya
dinyatakan dalam
bentuk simbol huruf atau
angka-angka.
Prestasi
belajar yang didapatkan
oleh seorang siswa
bersifat
sementara kadang
kala dalam suatu
tahapan belajar, siswa
yang berhasil
secara gemilang
dalam belajar, sering
pula dijumpai adanya
siswa yang
gagal. Seperti angka
raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir
dan sebagainya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar
Menurut Muhibbin Syah, secara
global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu “Faktor
internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar”.23
1) Faktor Internal
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni
keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni
: a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus
(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar,
seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran

siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi
siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
Intelegensi
Siswa
Tingkat
kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang
diharapkan. Jika tingkat kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai
akan rendah pula. Clark mengemukakan bahwa “hasil
belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan”.24
Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa.
Sikap Siswa
Sikap
merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun
negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang
diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap
negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya
menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di
capai siswa akan kurang memuaskan.

Bakat Siswa
Sebagaimana
halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar
tertentu. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan
sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang atau
tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan
dalam belajar.
Minat Siswa
Minat
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar
siswa. Siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain, sehingga
memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai
prestasi yang diinginkan.
Motivasi Siswa
Tanpa motivasi
yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena
motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik
karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau
pengaruh orang lain.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor dari
luar siswa), yakni kondisi/keadaan lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor
eksteren yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah :
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa di
sekolah adalah para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yanf
dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman
sepermainan di sekitar perkmpungan siswa juga termasuk lingkungan sosial bagi
siswa. Namun lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar
sisa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,
praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah, semuanya
dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di
capai siswa.
b) Lingkungan non sosial
Lingkungan non social ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar
Tercapainya hasil belajar yang
baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor
pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran. Faktor pendekata belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa,
sehingga smakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya.
3. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Mata
Pelajaran
a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pengertian Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat
di dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah:
“Salah
satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar
pandangan
hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan pengalaman dan pembiasaan”.25
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam mempunyai fungsi yang dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:
1) Fungsi
edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang
keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
2) Fungsi keilmuan
Melalui sejarah peserta didik memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.
3) Fungsi
transformasi
Sejarah
merupakan salah satu
sumber yang sangat
penting dalam
merancang transformasi masyarakat.26
Mata
pelajaran Sejarah kebudayaan Islam
di Madrasah
Tsanawiyah memiliki tujuan
sebagai berikut:

1) Memberikan pengetahuan tentang
Sejarah Agama Islam dan Kebudayaan Islam pada masa Nabi Muhammad saw. Dan khulafaur
Rasyidin kepada peserta didik, agar ia memiliki konsep yang obyektif dan
sistematis dalam perspektif histories.
2) Mengambil
hikmah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
3) Menanamkan
penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan
menjauhi akhlak yang buruk, berdasarkan cermatnya atas fakta sejarah yang ada.
4) Membekali
peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan
sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.27
b.
Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Acuan yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan adalah
standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta
tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata
pelajaran.
Standar Kompetensi mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam MTs berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta
didik selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Kemampuan ini

berorientasi pada perilaku
aspek afektif , peserta didik memiliki: keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWt. Sesuai ajaran Agama Islam yang tercermin dalam perilaku sehari-hari
memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional
maupun global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan
kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi,
kecakapan hidup, mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial,
budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global, memiliki
kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas /
kegiatan sehari-hari.
Standar
kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga mengacu pada struktur
keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam. Berdasarkan pokok-pokok
pikiran tersebut, standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
MTs adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan
membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi
tentang sjarah pembentukan dinasti Umayah, biografi dan kebijakan
khalifah-khalifah dinasti Umayah (Muawiyah bin Abi Sofyan, Abdul Malik bin
Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Azis dan Hisyam bin Abdul Malik),
kemajuan dinasti Umayah (bidang politik dan militer).
2) Kemampuan
membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi
tentang kemajuan dinasti Umayah bidang (ilmu agama islam) dan mengkaji
sebab-sebab keruntuhannya, sejarah terbentuknya dinasti Abbasiyah, geografi dan
kebijakan khalifah-khalifah Abbasiyah, geografi dan kebijakan khalifah-khalifah
Abbasiyah yang terkenal (Abu Ja’far
al Mansur, Harun al Rasyid dan Abdullah al Makmun), kemajuan dinasti Abbasiyah
(bidang sosial budaya, politik dan militer).
3) Kemampuan
membiasakan diri untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan
informasi tentang kemajuan-kemajuan dinasti Abbasiyah (bidang ilmu pengetahuan
dan bidang ilmu agama islam), dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya serta
kemajuan-kemajuan dinasti Al Ayubiyah.28
c.
Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Secara Efektif
Sejarah Kebudayaan Islam secara
substansial memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan
nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari.
Kenyataannya, setelah ditelusuri,
pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain:
waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang
penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan

kepribadian yang berbeda
jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi
Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif)
dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih
didominasi pencapaian kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan
afektif.
Kendala
lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam mengusahakan media
yang digunakan untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan
minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah
Kebudayaan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga
kependidikan dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
mempunyai kedudukan strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus senantiasa meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran
secar efektif dan efisien.
Strategi
pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika Guru harus
dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar.
Keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan
dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang
memiliki
konsentrasi
penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat
informasi lebih lama.
B. Kerangka Berfikir
Minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang.
Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan
dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Minat merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya maka minat dapat mempengaruhi
kwalitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar
yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat
belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila
seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan
memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena pemusatan
perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi
untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi dalam
bidang studi tersebut. Demikian pula halnya
dengan minat siswa terhadap bidang studi SKI,
apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap bidang studi SKI maka
siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi SKI dan lebih
giat dalam mempelajari bidang studi ini dan prestasinya pun akan memuaskan.
Tujuan mempelajari sejarah
Kebudayaan Islam adalah agar siswa siswi –
siswi mengetahui Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari
tokoh Islam masa lalu itu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah,
menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik
dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah
yang ada, dan juga untuk menggugah semangat untuk mendalami Islam yang lebih
baik.
C.
Pengajuan Hipotesis
Untuk memudahkan
jalan bagi penelitian
ini, Penulis mengajukan
hipotesa yang
nantinya akan diuji
kebenarannya. Hipotesa terebut adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hubungan antara minat dengan
prestasi belajar siswa kelas II dalam bidang studi SKI
Ha : Ada hubungan antara minat dengan prestasi
belajar siswa kelas II dalam bidang studi SKI
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA
BERFIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A.
Kajian teoritis
1. Minat Belajar
Siswa
a. Pengertian Minat Belajar
Untuk dapat melihat keberhasilan
proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan
guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam
mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai timabal balik dari hasil
sebuah pengajaran.
Tingkah laku siswa ketika
mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa
tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik
dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu
tanda-tanda minat. Lebih lanjut terdapat beberapa pengertian minat diantaranya
adalah:
Menurut M. Alisuf Sabri Minat
adalah “kecenderungan
untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat
ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikataka
minat
itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada
sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu”.1
Menurut Muhibbin Syah Minat adalah “kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.2
Menurut Ahmad D. Marimba Minat
adalah “kecenderungan
jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu,
pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu”.3
Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin
Minat adalah “perhatian
yang mengandung unsur-unsur perasaan”.
Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan
seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat
menjadi sebab
dari suatu
kegiatan.4
Menurut Crow dan Crow bahwa “minat
atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk
cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa
pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.5

Dari kelima pengertian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan
dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat
menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif
didalamnya. Dan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari
objek yang menarik.
Dengan penjelasan ini, apabila
seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus
dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti
proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti
pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila
murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan
merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut.
b. Aspek-aspek Minat Belajar
Seperti yang telah di kemukakan
bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek
yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang
berkaitan dengan minatnya tersebut.
Minat yang diperoleh melalui
adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek
yang kemudian menghasilkan suatu penilaian –
penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang .
Penilaian-penilaian
terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian
menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau
ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya.
Hurlock (1978) mengatakan “minat
merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar”.6
Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu:
1.
Aspek kognitif
Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan
seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun
aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari
lingkungan.
2.
Aspek afektif
Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun
konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang
menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam
memotivasikan tindakan
seseorang.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka mint terhadap mata pelajaran SKI yang dimiliki seseorang
bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif
dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain,
jika proses penilaian kognitif

dan
afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan
sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
c. Indikator Minat Belajar
Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia indikator adalah “Alat
pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk / keterangan”.7
Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang
dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses
belajar dikelas maupun dirumah.
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki
perasaan senang atau suka terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus
mempelajari ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan
terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Perhatian dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi
salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa
kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan
yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka
dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek
tersebut. Misalnya,
seorang siswa menaruh
minat terhadap pelajaran
SKI, maka ia berusaha
untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.
c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak
semua siswa menyukai
suatu bidang studi
pelajaran
karena faktor
minatnya sendiri. Ada
yang mengembangkan minatnya
terhadap bidang
pelajaran tersebut karena
pengaruh dari gurunya,
teman
sekelas, bahan pelajaran yang menarik.
Walaupun
demikian lama-kelamaan jika
siswa mampu
mengembangkan minatnya
yang kuat terhadap
mata pelajaran niscaya
ia bisa memperoleh
prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa
yang berkemampuan
rata-rata.
Sebagaimana dikemukakan
oleh Brown yang
dikutip oleh Ali
Imran
sebagai berikut:
“Tertarik
kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap
acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan,
mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada
gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya
diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam
kontroldiri, selalu mengingat pelajaran ”dan
mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya .8
d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran
Selain adanya
perasaan senang, perhatian
dalam belajar dan
juga
bahan pelajaran serta
sikap guru yang
menarik. Adanya manfaat

dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran SKI)
juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai
manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran SKI banyak memberikan
manfaat kepada siswa bila SKI tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi juga
dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran SKI maka siswa tidak
dapat merasakan manfaat yang terdapat dalam pelajaran SKI tersebut.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Belajar
Salah satu pendorong dalam
keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak
muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi
munculnya minat.
Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain:
1) Motivasi
Minat seseorang akan semakin
tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal.
Menurut D.P. Tampubolon minat merupakan “perpaduan
antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi”.9
seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir

misalnya,
tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir,
mendiskusikannya, dan sebagainya.
2) Belajar
Minat dapat diperoleh melalui
belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu
pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai
pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi
mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D.
Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa “minat
akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu
dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang
minat”.10
3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru
Faktor yang dapat membangkitkan
dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada
siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh
siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik
minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir
oleh Slameto bahwa “Minat
mempunyai

10 Singgih
D.G. dan Ny. SDG, Psikologi Perawatan,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), Cet. Ke-3,
h 68
pengaruh yang sangat besar
terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena
tidak ada daya tarik baginya”.11
Guru juga
salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa.
Menurut Kurt Singer bahwa “Guru
yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya,
berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat
dilakukan demi kepentingan murid-muridnya”.12
Guru yang
pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya
dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan
tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan
perhatian murid.
Bentuk-bentuk
kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena
itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia
harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan
sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami
kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.

4) Keluarga
Orang tua adalah orang yang
terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam
menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh
keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses
perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga
khususnya orang tua.
5) Teman Pergaulan
Melalui pergaulan
seseorang akan dapat
terpengaruh arah
minatnya oleh
teman-temannya, khususnya teman
akrabnya. Khusus
bagi
remaja, pengaruh teman
ini sangat besar
karena dalam pergaulan
itulah
mereka memupuk pribadi
dan melakukan aktifitas
bersama-
sama untuk
mengurangi ketegangan dan
kegoncangan yang mereka
alami.
6) Lingkungan
Melalui pergaulan
seseorang akan terpengaruh
minatnya. Hal
ini ditegaskan
oleh pendapat yang
dikemukakan oleh Crow&
Crow
bahwa “minat dapat
diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman
mereka dari lingkungan di
mana mereka tinggal”.13
Lingkungan sangat berperan dalam
pertumbuhan dan
perkembangan anak. Lingkungan
adalah keluarga yang mengasuh
dan
membesarkan anak,
sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat
bergaul, juga
tempat bermain sehari-hari
dengan keadaan alam
dan
iklimnya, flora serta
faunanya
Besar kecilnya
pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan
dan perkembangan
bergantung kepada keadaan
lingkungan anak itu
sendiri serta jasmani dan
rohaninya.14
7) Cita-cita
Setiap manusia memiliki
cita-cita di dalam hidupnya, termasuk
para siswa.
Cita-cita juga mempengaruhi
minat belajar siswa,
bahkan
cita-cita juga
dapat dikatakan sebagai
perwujudan dari minat
seseorang
dalam prospek kehidupan
di masa yang
akan datang. Cita-
cita
ini senantiasa dikejar
dan diperjuangkan, bahkan
tidak jarang
meskipun
mendapat rintangan, seseorang tetap
beruaha untuk
mencapainya.

8) Bakat
Melalui bakat seseorang akan
memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil
memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal
menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia
akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu,
dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya
disesuaikan dengan bakat dimiliki.
9) Hobi
Bagi setiap orang hobi merupakan
salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya
timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang
lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.
10) Media Massa
Apa yang ditampilkan di media
massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang
khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut
istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak
dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa.
11) Fasilitas
Berbagai fasilitas berupa sarana
dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas
yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk
menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat
pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota
besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan
istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim
digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian
tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan
materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar.
Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu
aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian
belajar .
“Prestasi
merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang
telah dilakukan dan dikerjakan”.15
atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah “hasil
yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan)”.16
Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah “hasil
yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan”.17
Menurut Mas’ud
Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah “apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.18
Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas’ud,
Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa prestasi adalah “hasil
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok
dalam bidang kegiatan tertentu”.19
Dengan demikian, dapat dinyatakan
beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa “prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata

pelajaran”.20
Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah “kemampuan
yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.21
Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah “tingkat
keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi”.22
Dalam dunia
pendidikan, bentuk penilaian
dari suatu prestasi
biasanya dapat
dilihat atau dinyatakan
dalam bentuk simbol
huruf atau
angka-angka. Jadi,
prestasi belajar adalah
hasil yang diraih
oleh peserta
didik dari
aktivitas belajarnya yang
ditempuh untuk memperoleh
pengetahuan dan
keterampilan yang dapat
diwujudkan dengan adanya
perubahan sikap
dan tingkah laku
dan pada umumnya
dinyatakan dalam
bentuk simbol huruf atau
angka-angka.
Prestasi
belajar yang didapatkan
oleh seorang siswa
bersifat
sementara kadang
kala dalam suatu
tahapan belajar, siswa
yang berhasil
secara gemilang
dalam belajar, sering
pula dijumpai adanya
siswa yang
gagal. Seperti angka
raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir
dan sebagainya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar
Menurut Muhibbin Syah, secara
global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu “Faktor
internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar”.23
1) Faktor Internal
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni
keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni
: a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus
(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar,
seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran

siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi
siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
Intelegensi
Siswa
Tingkat
kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang
diharapkan. Jika tingkat kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai
akan rendah pula. Clark mengemukakan bahwa “hasil
belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan”.24
Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa.
Sikap Siswa
Sikap
merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun
negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang
diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap
negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya
menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di
capai siswa akan kurang memuaskan.

Bakat Siswa
Sebagaimana
halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar
tertentu. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga
diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang
atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami
kesulitan dalam belajar.
Minat Siswa
Minat
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar
siswa. Siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain, sehingga
memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai
prestasi yang diinginkan.
Motivasi Siswa
Tanpa
motivasi yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam
belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik
karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau
pengaruh orang lain.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor dari
luar siswa), yakni kondisi/keadaan lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren
yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah :
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa di
sekolah adalah para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yanf
dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman
sepermainan di sekitar perkmpungan siswa juga termasuk lingkungan sosial bagi
siswa. Namun lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar
sisa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,
praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah, semuanya
dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di
capai siswa.
b) Lingkungan non sosial
Lingkungan non social ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar
Tercapainya hasil belajar yang
baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan
belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Faktor pendekata belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga
smakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya.
3. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Mata
Pelajaran
a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pengertian Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat
di dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah:
“Salah
satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar
pandangan
hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan pengalaman dan pembiasaan”.25
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam mempunyai fungsi yang dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:
1) Fungsi
edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang
keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
2) Fungsi keilmuan
Melalui sejarah peserta didik memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.
3) Fungsi
transformasi
Sejarah
merupakan salah satu
sumber yang sangat
penting dalam
merancang transformasi
masyarakat.26
Mata
pelajaran Sejarah
kebudayaan Islam di
Madrasah
Tsanawiyah memiliki tujuan
sebagai berikut:

1) Memberikan pengetahuan tentang
Sejarah Agama Islam dan Kebudayaan Islam pada masa Nabi Muhammad saw. Dan
khulafaur Rasyidin kepada peserta didik, agar ia memiliki konsep yang obyektif
dan sistematis dalam perspektif histories.
2)
Mengambil hikmah, nilai dan makna yang terdapat
dalam sejarah.
3) Menanamkan
penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan
menjauhi akhlak yang buruk, berdasarkan cermatnya atas fakta sejarah yang ada.
4) Membekali
peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan
sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.27
b.
Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Acuan yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan adalah
standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta
tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata
pelajaran.
Standar Kompetensi mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam MTs berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta
didik selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Kemampuan ini

berorientasi pada perilaku
aspek afektif , peserta didik memiliki: keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWt. Sesuai ajaran Agama Islam yang tercermin dalam perilaku sehari-hari
memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional
maupun global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan
kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi,
kecakapan hidup, mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial,
budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global, memiliki
kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas /
kegiatan sehari-hari.
Standar
kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga mengacu pada struktur
keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam. Berdasarkan pokok-pokok
pikiran tersebut, standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
MTs adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan
membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi
tentang sjarah pembentukan dinasti Umayah, biografi dan kebijakan
khalifah-khalifah dinasti Umayah (Muawiyah bin Abi Sofyan, Abdul Malik bin
Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Azis dan Hisyam bin Abdul Malik),
kemajuan dinasti Umayah (bidang politik dan militer).
2) Kemampuan
membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi
tentang kemajuan dinasti Umayah bidang (ilmu agama islam) dan mengkaji
sebab-sebab keruntuhannya, sejarah terbentuknya dinasti Abbasiyah, geografi dan
kebijakan khalifah-khalifah Abbasiyah, geografi dan kebijakan khalifah-khalifah
Abbasiyah yang terkenal (Abu Ja’far
al Mansur, Harun al Rasyid dan Abdullah al Makmun), kemajuan dinasti Abbasiyah
(bidang sosial budaya, politik dan militer).
3) Kemampuan
membiasakan diri untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan
informasi tentang kemajuan-kemajuan dinasti Abbasiyah (bidang ilmu pengetahuan
dan bidang ilmu agama islam), dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya serta
kemajuan-kemajuan dinasti Al Ayubiyah.28
c.
Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Secara Efektif
Sejarah Kebudayaan Islam secara
substansial memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan
nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari.
Kenyataannya, setelah ditelusuri,
pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain:
waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang
penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan

kepribadian yang berbeda jauh
dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi Sejarah
Kebudayaan Islam, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan
minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih
didominasi pencapaian kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan
afektif.
Kendala
lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam mengusahakan
media yang digunakan untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan
minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah
Kebudayaan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga
kependidikan dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
mempunyai kedudukan strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus senantiasa meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran
secar efektif dan efisien.
Strategi
pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika Guru harus
dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar.
Keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan
dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang
memiliki
konsentrasi
penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat
informasi lebih lama.
B. Kerangka Berfikir
Minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang.
Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan
dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Minat merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya maka minat dapat mempengaruhi
kwalitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Minat
belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya
minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila
seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan
memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena pemusatan
perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi
untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi dalam
bidang studi tersebut. Demikian pula halnya
dengan minat siswa terhadap bidang studi SKI,
apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap bidang studi SKI maka
siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi SKI dan lebih
giat dalam mempelajari bidang studi ini dan prestasinya pun akan memuaskan.
Tujuan mempelajari sejarah
Kebudayaan Islam adalah agar siswa siswi –
siswi mengetahui Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari
tokoh Islam masa lalu itu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah,
menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik
dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah
yang ada, dan juga untuk menggugah semangat untuk mendalami Islam yang lebih
baik.
C.
Pengajuan Hipotesis
Untuk memudahkan
jalan bagi penelitian
ini, Penulis mengajukan
hipotesa yang
nantinya akan diuji
kebenarannya. Hipotesa terebut adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hubungan antara minat dengan
prestasi belajar siswa kelas II dalam bidang studi SKI
Ha : Ada hubungan antara minat dengan prestasi
belajar siswa kelas II dalam bidang studi SKI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini
tujuan yang ingin penulis capai adalah ingin mengetahui apakah ada hubungan
antara minat belajar SKI dengan prestasi belajar siswa, dan bagaimana prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran SKI ditinjau dari nilai raport dan hasil tes
penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis
bertempat di MTS Nurussalam Pondok Pinang Jakarta Selatan. Waktu penelitian
dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2006.
C. Desain Penelitian
Desain
penelitian adalah semua
proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian.1
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, desain
ini digunakan untuk mendapatkan deskriptif tentang suatu kenyataan yaitu
tentang minat belajar siswa terhadap mata pelajaran SKI.

D. Populasi dan Sampel
Populasi
Yang dimaksud dengan populasi
adalah “Keseluruhan
objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah
penelitian”.2
Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang
Jakarta Selatan yang berjumlah 40.
Sampel
Untuk menyederhanakan proses
pengumpulan data dan pengolaahan data, maka penulis mengambil teknik sampling.
Yaitu mengambil sampel sebanyak lebih kurang 50% dari seluruh jumlah populasi.
Pengambilan sampel penelitian ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto,
yaitu:
“Apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
jumlah subyeknya lebih besar, dapat diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih”.3
Berikut ini
adalah banyak sampel
yang diambil dari
jumlah populasi
yang ada:

|
|
TABEL I
|
|
|
|
SAMPEL
PENELITIAN
|
|
|
|
|
|
NO
|
KELAS
|
JUMLAH RESPONDEN
|
KETERANGAN
|
|
|
|
|
1
|
II A
|
20
|
Riset pada Madrasah
|
2
|
II B
|
20
|
Tsanawiyah Nurussalam
|
|
|
|
|



















E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis
gunakan adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan keadaan atau status fenomena, untuk memperoleh data yang obyektif
maka digunakan beberapa penelitian:
1. Penelitian
kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada relevansinya dengan
masalah yang dibahas di dalam skripsi ini.
2. Penelitian
lapangan (Field Research) yaitu penelitian untuk memperoleh data-data
lapangan.
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis
berpegang pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2003.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Penelitian
Adapun dalam pengumpulan data, digunakan alat
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan
pencatatan secara langsung ke objek penelitian dengan sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti luas observasi sebenarnya
merupakan pengamatan yang dilakukan baik secara
langsung
maupun tidak langsung.4 Teknik
ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi objektif sebagai berikut:
a. Siswa
(sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa.
b. Guru
(sebagai pendidik sekaligus motivator) meliputi jenis kelamin, pendidikan dan
jabatan serta guru bidang studi.
c. Sarana dan
prasarana yang meliputi jumlah dan kondisi.
d. Struktur
organisasi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam bentuk
dialog langsung dengan Kepala Madrasah Tsanawiyah untuk melengkapi data-data
yang diperlukan dalam penelitian dan dialog dengan guru mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
blajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam yang dihadapi.
3. Dokumentasi
Yaitu dengan cara mengambil data nilai raport
semester II yang diambil dari ujian umum semester II tahun pelajaran 2005-2006
loading...
No comments:
Post a Comment