loading...
1.
Pendahuluan
Sains merupakan pelajaran pokok yang diberikan sejak SD sampai
dengan SMA. Pada tingkat pendidikan dasar, sains dapat dipandang sebagai tahap
awal untuk memberi bekal kemampuan kepada siswa agar mereka dapat berpikir
kritis, kreatif, dan logis dalam menghadapi berbagai isu dan perkembangan dalam
masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta seni. Di tingkat sekolah menengah, pelejaran sains (IPA) tetap
menjadi core curriculum yang merupakan lanjutan peletakan pemahaman
konsep-konsep esensial tentang sains yang diperoleh dari serangkaian proses
ilmiah (Indrajati,2000). Oleh karena itu, pendidikan sains pada jenjang
pendidikan dasar sepatutnya mendapat perhatian serius dari berbagai pihak
karena akan menjadi landasan bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi, dan sebagai bekal mereka untuk terjun ke masyarakat.
Rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan sains, masih menjadi
isu sentral dalam berbagai pertemuan ilmiah. Organisasi InternationalEducation Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan sains siswa SMP di
Indonesia hanya berada pada urutan ke-40 dari 42 negara (dalam Zamroni,2001). Demikian juga rata-rata NEM IPA siswa SMP
di Bali sampai tahun 2004 masih di bawah 5,0. Oleh karena itu, perlu adanya
usaha yang serius untuk memperbaiki sistem maupun proses pendidikan dalam
rangka membenahi proses dan hasil belajar sains siswa.
Hasil evaluasi kurikulum 1994 SMP pada mata pelajaran sains yang
dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang
Dikbud menunjukkan beberapa permasalahan, seperti (1) sebagian besar siswa
tidak mampu mengaplikasikan konsep-konsep sains dalam kehidupan nyata; (2)
pengajaran tidak menitikberatkan pada prinsip bahwa sains mencakup pemahaman
konsep dan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1990). Dewasa
ini, pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial dan sistem
persekolahan yang hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut
sebagai the dead knowledge, yaitu pengetahuan yang terlalu bersifat teksbookish,
sehingga bagaikan sudah diceraikan dari akar sumbernya dan aplikasinya
(Zamroni, 2001:1). Dengan perkataan lain, pelajaran sains yang dipelajari di
sekolah menjadi tidak bermakna bagi siswa.
Di dalam kurikulum Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Sains (Fisika) Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dikembangkan Depdiknas,
tertuang dalam salah satu tujuannya, yaitu
siswa memperoleh pengalaman dalam penerapan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan
merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan
interpretasi data, serta mengomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan
tertulis (Depdiknas, 2002). Dari tujuan ini tercermin bahwa pembelajaran sains
(Fisika) tidak lagi hanya mengandalkan ceramah, demonstrasi, dan diskusi saja
seperti yang selama ini banyak dilakukan guru-guru sains, melainkan lebih pada
pengembangan kompetensi khususnya kompetensi ketrampilan proses sains. Hal ini
hanya dapat dilakukan apabila pembelajaran dikemas melalui kerja ilmiah (karya
ilmiah). Hasil studi Suastra dan Kariasa (1999) pada siswa SD menunjukkan
pembelajaran kerja ilmiah telah mampu meningkatkan kreativitas berpikir siswa
dan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh siswa diberi kesempatan yang
lebih luas untuk merancang, melakukan, hingga mempresentasikan temuannya. Di
pihak lain, siswa yang tidak mempresentasikan temuannya juga bebas mengajukan
pertanyaan dan mengemukakan pendapat kepada teman yang menyajikan. Berbeda
halnya kalau guru yang mengajar, maka siswa sangat malu mengajukan pertanyaan
dan mengemukakan pendapat apalagi
berbeda dengan pendapat gurunya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru SMP Negeri I Singaraja
mengenai pelaksanaan pengajaran materi untuk karya ilmiah ini hampir tidak
pernah dilakukan. Hal ini disebabkan karena berbagai alasan, antara lain (1)
tidak cukup waktu untuk melaksanakan kerja ilmiah karena materi Fisika dalam
kurikulum 1994 terlalu padat, (2) kemampuan guru untuk membimbing siswa
melakukan kerja ilmiah relatif masih kurang; dan 3) tuntutan evaluasi hasil
belajar yang selama ini lebih menitikberatkan pada kontens atau produk sains
saja.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka melalui penelitian tindakan
ini akan di coba dikembangkan strategi pembelajaran kerja ilmiah dalam
pembelajaran sains dalam upaya mengembangkan kompetensi dasar Fisika yang
meliputi ketrampilan proses sains, sikap ilmiah, dan penguasaan materi
pelajaran ( pemahaman konsep Fisika).
Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah (1) Apakah pengajaran
model karya ilmiah dapat meningkatkan pemahaman konsep Fisika siswa?, (2)
Apakah pengajaran model karya ilmiah dapat meningkatkan kinerja siswa dalam
pembelajaran Fisika?, (3) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan
model karya ilmiah?
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, tujuan utama penelitian ini adalah untuk
menghasilkan model pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan kreativitas
berpikir siswa. Secara rinci dapat dikemukakan tujuan penelitian ini adalah (1)
meningkatkan pemahaman dan penerapan konsep Fisika, (2) meningkatkan kualitas
kinerja siswa (ketrampilan proses dan sikap ilmiah) dalam pembelajaran Fisika,
dan (3) mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan model
karya ilmiah.
Hasil dari penelitian yang diperoleh melalui penelitian tindakan ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah kepada berbagai pihak,
terutama (1) menyiapkan para siswa
menjadi warga masyarakat yang memiliki kompetensi sains yang memadai yang
meliputi pengetahuan tentang Fisika, ketrampilan proses, dan sikap ilmiah, (2)
memotivasi guru agar sikap dan kebiasaan mengajarnya yang semula hanya
berorientasi pada upaya peningkatan pemahaman konsep-konsep Fisika saja menuju
kepada kombinasi antara penguasaan konsep-konsep Fisika, ketrampilan proses
sains, pengembangan sikap ilmiah siswa, dan (3) mengantisipasi era globalisasi
dengan pembelajaran sains (Fisika).
2.
Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas III A1 SMP Negeri I
Singaraja dengan melibatkan 36 orang siswa. Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2005
sampai Oktober 2005 dengan 2 siklus tindakan. Penetapan siklus didasarkan pada
hasil refleksi awal dan refleksi pada setiap tindakan dan waktu yang tersedia.
Kriteria keberhasilan tindakan adalah (1) pembelajaran dengan model karya
ilmiah dianggap berhasil bila rerata penguasaan konsep sains siswa minimal
mencapai kualifikasi baik dan (2) rerata kinerja siswa dalam pembelajaran
minimal mencapai kategori baik.
Penguasaan konsep Fisika siswa
pada setiap siklusnya dikumpulkan dengan tes hasil belajar buatan guru. Kinerja
siswa dikumpulkan dengan teknik observasi dengan bantuan pedoman observasi.
Aspek-aspek kinerja siswa yang diobservasi meliputi (1) merencanakan
penyelidikan, (2) melaksanakan percobaan, (3) analisis data dan penyimpulan, (4)
pengkomunikasian hasil secara tertulis dan verbal. Respon siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan model karya ilmiah dikumpulkan dengan
kuesioner. Seluruh data penelitian dianalisis secara deskriptif dan dilaporkan
secara deskritif naratif.
3.
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Hasil Penelitian
Pembelajaran Fisika dengan model karya ilmiah merupakan model
pembelajaran yang baru bagi siswa maupun guru di SMP Negeri Singaraja. Oleh
karena itu, sebelum pembelajaran guru dan siswa diberikan wawasan tentang karya
ilmiah dan prosedur melakukan penelitian ilmiah, yang meliputi (1) merencanakan
penelitian ilmiah dalam Fisika, yang meliputi merumuskan tujuan penelitian,
menetapkan bentuk penelitian (eksperimen, survey, tinjauan pustaka, dan rancang
bangun), menetapkan variabel penelitian, menyusun hipotesis, menetapkan
instrumen yang digunakan, menentukan prosedur kerja, menetapkan cara memperoleh
dan menganalisis data, (2) melaksanakan penelitian yang meliputi
mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi metode penelitian, menyiapkan
peralatan, menerapkan proses pengambilan data, mengolah data sesuai dengan
jenis data, menyimpulkan hasil penelitian, merekomendasikan hasil, dan (3)
mengomunikasikan hasil penelitian ilmiah yang meliputi aspek penguasaan materi,
kemampuan berargumentasi, sikap terbuka menerima kritik dan saran.
Pada tahap selanjutnya siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan
setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Setiap kelompok ditugasi mencari
topik dan masalah Fisika yang akan diteliti. Selanjutnya, siswa ditugasi untuk
membuat rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini terlebih dahulu didiskusikan
dengan guru dan dibantu peneliti. Setelah memperoleh masukan dari guru, siswa
selanjutnya melakukan penelitian baik di laboratorium sekolah maupun di luar
laboratorium. Siswa diberi waktu 2 minggu, untuk melakukan penelitian. Setelah
2 minggu siswa kembali ke kelas untuk mendiskusikan laporan hasil penelitiannya
dengan guru. Pada tahap berikutnya, siswa dengan kelompoknya menyajikan hasil
penelitian di depan kelas. Sebelum proses seminar, guru hanya berperan
memediasi kegiatan dan mengakses kinerja siswa dalam mempresentasikan karya
siswa. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan, pemahaman konsep dan
kinerja siswa dalam pembelajaran model karya ilmiah dapat dilihat pada tabel 01.
Tabel 01 : Kinerja Siswa dan
Penguasaan Konsep Fisika Siswa pada Siklus I dan II
Aspek Penilaian
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Kinerja Siswa
|
Rerata = 12,97
|
Rerata = 14,25
|
Penguasaan konsep
|
Rerata = 7,52
|
Rerata = 8,45
|
Respon siswa terhadap pembelajaran Fisika
dengan model karya ilmiah adalah positif. Hal ini juga didukung oleh hasil
observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa tampak antusisas
dalam bekerja, mempresentasikan hasil penelitiannya, serta berdiskusi.
Pembahasan
Pembelajaran Fisika dengan model karya ilmiah adalah pembelajaran
yang dikemas sedemikian rupa sehingga kompetensi siswa (aspek kognitif,
ketrampilan, dan sikap) dalam pembelajaran Fisika dapat dikembangkan secara
utuh. Model ini, mengikuti langkah-langkah pembelajaran perencanaan (penyusunan
proposal), pelaksanaan penelitian (mencari data ke lapangan atau eksperimen di
laboratorium), menganalisis data, dan pelaporan hasil baik dalam bentuk
tertulis maupun secara verbal.
Penelitian ini telah dilakukan selama 2 siklus
tindakan. Pada siklus I, aktivitas pembelajaran sudah mulai berjalan seperti
yang direncanakan, namun beberapa masalah yang muncul terutama pada teknik
pengumpulan data, pembahasan, dan teknik-teknik penulisan. Walupun demikian, hasil
belajar siswa yang ditunjukkan dari kinerja siswa dalam pembelajaran ternyata
sudah menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terbukti dari rerata skor kinerja
siswa dalam pembelajaran sebesar 12,97 berada dalam berkualifikasi baik. Jika
dilihat indikator penelitian hasil ini telah memenuhi kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, proses pembelajaran belum menampakkan
pola yang jelas sehingga perlu dilakukan lanjutan untuk memperoleh gambaran
yang lebih baik dan komprehensif tentang pembelajaran. Ditinjau dari penguasaan
konsep siswa, pada siklus I diperoleh rerata 7,52 berada dalam kualifikasi
baik.
Setelah dilakukan berbagai perbaikan pada siklus
II, ternyata kinerja siswa dan penguasaan konsep Fisika siswa mengalami
peningkatan, yakni rerata kinerja siswa menjadi 14,25 berada dalam kualifikasi
baik dan rerata penguasaan konsep siswa dengan rerata 8,45 berada dalam kualifikasi sangat baik. Hasil
pada siklus II ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan hasil pada siklus
I. Hal ini disebabkan oleh perhatian
siswa lebih baik dalam mengikuti kegiatan penyajian hasil. Siswa sangat
antusias dalam bertanya, mengomentari, serta menyangkal pendapat temannya.
Kondisi seperti ini sangat baik dikembangkan untuk melatih ketrampilan berpikir
siswa. Selama ini, kegiatan semacam ini sangat jarang dilakukan di sekolah
karena berbagai alasan yang sangat klasik, banyak waktu yang tersita,
kekurangan alat dan bahan, tidak memiliki kemampuan untuk membimbing, dan tidak
ada pembelajaran seperti itu yang dicontoh. Hal ini menandakan bahwa
kreativitas guru dalam mengantisipasi perkembangan sangat rendah. Padahal,
sudah jelas dalam kurikulum 2004 (KBK) dipaparkan bahwa pembelajaran sains
perlu dikembangkan melalui berbagai aktivitas kerja ilmiah.
Begitu pula sikap ilmiah yang sulit dikembangkan
melalui pembelajaran ceramah, dapat dikembangkan dengan baik melalui
pembelajaran model karya ilmiah ini. Hal ini terbukti dari pengamatan aktivitas
belajar siswa yang menunjukkan sikap yang positif seperti bekerjasama, terbuka
menerima pendapat atau kritik orang lain, tekun dan ulet dalam bekerja, serta
sikap percaya diri tampil di depan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Abruscato (1982) dan Carin, A.A & Sund, R.B (1975) yang menyatakan
kompetensi sains dapat dikembangkan melalui aktivitas ilmiah seperti mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan angka-angka, membuat definisi operasional,
mengontrol variabel, melakukan percobaan, mengukur, menginterpretasikan data,
membuat simpulan, meramalkan, menggunakan hubungan ruang dan waktu, menyusun
hipotesis, dan mengkomunikasikan hasil kegiatan. Hasil ini sesuai dengan fungsi
dan tujuan pembelajaran Fisika di SMP
yang meliputi memupuk sikap ilmiah, memperoleh pengalaman melalui penerapan
metode ilmiah, dan mengembangkan berpikir secara analitis (Depdiknas, 2002).
Jadi, hasil belajar siswa seperti ini tidak sekadar pemahaman konsep (kognitif)
saja, tetapi juga keterampilan proses dan sikap ilmiah yang amat dibutuhkan
dalam hidup siswa kelak nanti di masyarakat.
Analisis respon siswa terhadap pembelajaran dengan
model karya ilmiah juga menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran ini.
Bahkan siswa menyarankan tidak hanya dilakukan sekali dalam satu semester, tetapi
lebih dari sekali sehingga kompetensi yang diharapkan dalam KBK dapat terwujud.
Beberapa kendala yang dialami selama pelaksanaan model karya ilmiah
ini adalah hilangnya waktu libur hari raya sehingga pelaksanaan tidak dapat
dilaksanakan secara kontinu. Hambatan lain adalah jumlah siswa yang cukup
banyak (36 orang), menyulitkan dalam memberikan bimbingan dan mengakses kinerja
siswa.
4.
Penutup
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh beberapa simpulan, yaitu (1) Pembelajaran Fisika dengan model
karya ilmiah dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep Fisika siswa. (2) Kinerja siswa yang meliputi
keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa dapat dikembangkan melalui
pembelajaran Fisika dengan model karya ilmiah. (3) Respon siswa terhadap
pembelajaran Fisika dengan model karya ilmiah berada dalam kategori positif.
Hal ini menandakan bahwa siswa cukup menerima pembelajaran model karya ilmiah
dalam pembelajaran Fisika.
Berdasarkan temuan penelitian tindakan ini,
disarankan hal-hal berikut ini. (1) Kepada guru-guru Fisika khususnya dan guru
sains umumnya agar mencoba menerapkan model karya ilmiah seperti ini paling
tidak dalam satu semester. Hal ini disebabkan oleh tuntutan kurikulum 2004 yang
menekankan kerja ilmiah dalam pembelajaran sains. (2) Jika menerapkan model
ini, ikutilah langkah-langkah berikut ini. (a) memberikan wawasan terlebih dahulu kepada
siswa tentang karya ilmiah, (b) menugaskan siswa berkelompok untuk mencari
topik Fisika dalam kehidupan sehari-hari yang dianggap menarik untuk diteliti, dan
(c) menugasi siswa melakukan penelitian lapangan maupun eksperimen di
laboratorium, (3) melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk laporan tertulis,
(4) menyeminarkan laporan penelitian siswa di kelas, dan (5) memfasilitasi
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abruscato, J. 1982. Teaching Children Science. New Jersey Prentice :
Hall
Carin, AA & Sund, R.B. 1975. Teaching
Science Through Discovery ( 3 rd. Ed.) Ohio : Charles E. Merril Publisher.
Depdiknas.
2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata
Pelajaran Sains. Jakarta
: Purkur Depdiknas.
Depdiknas.
2001. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup
(Life Skill Education). Jakarta : Purkur
Depdiknas.
Depdiknas.
2002. Kurikulum Hasil Belajar :
Kompetensi Dasar Fisika SMP. Jakarta : Purkur
Balitbang.
Suastra, I Wayan & Kariasa I Nengah. 1999. “Pengembangan
Kreativitas Berpikir Siswa melalui Pengajaran IPA dengan Model Karya Ilmiah di
Sekolah Dasar (SD)”. Laporan Penelitian
STKIP Singaraja. Lemlit STKIP Singaraja.
Zamroni. 2001.
School and
University Colaboration for Improving Science and Mathematic Instruction in
School. Paper Presented in National Seminar on Science and Mathematics
Education. Bandung,
Agustus, 21,2001
loading...
No comments:
Post a Comment