loading...
Bahasa adalah salah satu komponen yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam bentuk tulisan, bahasa menyimpan pengetahuan dari satu generasi ke generasi lain. Sedangkan dalam bentuk lisan, bahasa berperan dalam mengarahkan tingkah laku manusia sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain.
Salah satu motivasi dalam penelitian bahasa
alami adalah bahwa kemampuan pemrosesan bahasa alami akan mengubah cara
penggunaan komputer [Alle94]. Karena kebanyakan pengetahuan manusia tersimpan
dalam bentuk bahasa, komputer yang dapat mengerti bahasa alami dapat mengakses
informasi ini. Selain itu, antar muka sistem komputer yang kompleks yang
menggunakan bahasa alami dapat diakses oleh setiap orang. Sistem yang seperti ini akan lebih fleksibel
dan intelligent dan sangat mungkin
diterapkan pada teknologi komputer sekarang ini.
Penelitian dalam bidang pemrosesan bahasa
alami sudah banyak dilakukan. Namun kebanyakan penelitian tersebut dilakukan
terhadap bahasa Inggris. Penelitian bahasa alami yang dilakukan terhadap bahasa
Indonesia masih sedikit dilakukan. Tentunya penelitian ini selayaknya dilakukan
oleh orang Indonesia sendiri.
Salah satu komponen terpenting dalam
pemrosesan bahasa alami adalah pengurai (parser)
struktur kalimat. Pengurai sintaks kalimat ini memberi indikasi bagaimana
hubungan antar kata dalam satu kalimat. Struktur ini juga mengidentifikasikan
bagaimana kata-kata bersatu membentuk frase, kata-kata yang
mana yang melakukan modifikasi kata yang
lain dan kata-kata yang mana yang merupakan kata-kata inti dalam satu kalimat.
Dengan informasi ini, komputer dapat menginterpretasikan kalimat sehingga
seolah-olah komputer dapat mengerti kalimat tersebut.
Proses penguraian kalimat pada bahasa
manusia mirip dengan proses penguraian tata bahasa pemrograman dalam dunia
komputer. Perbedaan yang mendasar pada keduanya adalah tata bahasa dalam dunia
komputer merupakan tata bahasa yang bebas konteks (context free grammar), sedangkan tata bahasa pada bahasa Indonesia
merupakan tata bahasa alami yang peka terhadap konteks (context sensitive). Pendefinisian tata bahasa yang peka terhadap
konteks untuk diproses oleh komputer merupakan hal yang sangat kompleks. Oleh
karena itu, salah satu alternatif penyelesaian masalah ini adalah analisa
konteks terhadap suatu kalimat dalam bahasa alami dipisahkan dengan analisa
sintaks [Alle94]. Walaupun analisa semantik dipisahkan dari analisa sintaks,
penguraian struktur kalimat dalam bahasa alami tetap tidak sederhana. Oleh
karena itu, setelah dilakukan penguraian struktur kalimat dalam bahasa alami, pengurai perlu
melakukan validasi terhadap struktur hasil penguraian tersebut.
Penelitian dan pembuatan pengurai sintaks
kalimat untuk bahasa Indonesia sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Namun
penelitian ini hanya terbatas pada kalimat-kalimat tunggal sederhana karena
fokus penelitiannya lebih mengarah
kepada pengujian penggunaan suatu metode penguraian kalimat yaitu metode linguistic string analysis terhadap
kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian
yang cukup mendalam dengan memfokuskan penelitian pada pembuatan aturan sintaks
kalimat bahasa Indonesia sesuai dengan aturan tata bahasa baku. Setelah itu,
penulis mencoba membuat suatu pengurai sintaks kalimat untuk bahasa Indonesia
untuk menguji aturan-aturan sintaks yang sudah dibuat sebelumnya.
Beberapa masalah dalam penguraian bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut:
¨
Representasi
kalimat.
Masalah ini bertumpu pada formalisasi yang akan digunakan untuk
menspesifikasikan kalimat-kalimat yang benar dalam bahasa Indonesia. Harus ada
suatu mekanisme bagaimana suatu kalimat direpresentasikan, sehingga komputer
mendapatkan informasi untuk menginterpretasikan kalimat tersebut.
¨
Pendefinisian aturan sintaks.
Untuk mendapatkan struktur
penguraian suatu kalimat, pengurai memerlukan informasi aturan-aturan sintaks
kalimat dalam bahasa Indonesia. Aturan-aturan sintaks ini didefinisikan dalam
suatu format tertentu yang mudah dimengerti oleh manusia. Agar dapat dipakai
oleh komputer untuk melakukan penguraian kalimat-kalimat bahasa Indonesia,
diperlukan alat bantu yang dapat menerjemahkan aturan-aturan sintaks tersebut
ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti olehnya.
¨
Kamus kata.
Kamus kata ini diperlukan untuk
informasi kelas kata dari kata yang akan diuraikan.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dalam tugas
akhir ini adalah menganalisa struktur kalimat bahasa Indonesia dengan
menggunakan pengurai kalimat berbasis linguisticstring analysis. Sebagai sampel penelitian, digunakan kalimat-kalimat yang
terdapat pada abstrak-abstrak penelitian yang dilakukan di Fakutas ilmu
komputer UI.
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Struktur sintaks kalimat bahasa
Indonesia yang dibuat dalam penelitian ini adalah struktur sintaks kalimat yang
sesuai dengan aturan sintaks tata bahasa baku bahasa Indonesia. Struktur ini
mengindikasikan bagaimana kata-kata dalam suatu kalimat bahasa Indonesia saling
berkaitan. Struktur ini juga mengindikasikan bagaimana kata-kata tersebut
membentuk suatu frase, bagaimana suatu kata melakukan modifikasi terhadap
kata-kata yang lain dan juga merepresentasikan kata-kata apa yang menjadi inti
dari suatu kalimat.
Representasi sintaks kalimat
bahasa Indonesia yang dilakukan pengurai ini berdasarkan tata bahasa yang bebas
konteks. Dengan kata lain, representasi struktur kata suatu kalimat tidak
tergantung pada makna atau konteks kata lain penyusun kalimat tersebut. Oleh
karena itu, penguraian kalimat berdasarkan aturan sintaks bahasa Indonesia ini juga memberi arti bahwa
tugas akhir ini tidak melakukan penguraian kalimat secara semantik.
Kalimat-kalimat yang dapat
diuraikan berdasarkan bentuk sintaksisnya terbatas pada kalimat deklaratif
(kalimat berita). Berdasarkan kelengkapannya, kalimat yang diuraikan terbatas
pada kalimat lengkap tunggal dan kalimat tunggal yang mengalami perluasan unsur
kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan atau
kalimat majemuk bertingkat. Kalimat yang mengalami peniadaan unsur-unsurnya
tidak diuraikan. Kalimat yang dapat diuraikan adalah kalimat yang digunakan
dalam bahasa tulisan sebab kalimat yang
sering mengalami peniadaan unsur adalah kalimat yang digunakan dalam
bahasa lisan.
Hasil keluaran dari pengurai ini
adalah struktur pohon pengurai (parse
tree) dari struktur kalimat jika kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa
baku bahasa Indonesia. Jika kalimat masukan tidak sesuai dengan tata bahasa
baku, maka struktur pohon tidak akan terbentuk. Pengecekan validasi atau
analisa kesalahan struktur pohon urai secara lebih detil tidak dilakukan dalam
tugas akhir ini. Analisa kesalahan kalimat masukan yang tidak dapat dibuat
struktur pohon urainya juga tidak dilakukan.
1.4 METODOLOGI PENELITIAN
Strategi penguraian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penguraian yang bebas konteks (context free). Hal ini dilakukan karena strategi ini sesuai dengan
komputasi komputer dan sudah sangat dikenal dalam bidang ilmu komputer untuk
menguraikan kalimat berdasarkan sintaks kalimat tersebut [Sage81].
Pada penelitian ini, juga
dipelajari metoda penguraian linguisticstring analysis yang telah digunakan
oleh Iskak Hendrawan di dalam
penelitiannya. Linguistic string
adalah urutan simbol-simbol yang merepresentasikan kelas-kelas kata dalam suatu
kalimat [Sage81]. Tiap-tiap kalimat memiliki inti kalimat dengan urutan simbol-simbol
yang sangat sederhana yang dinamakan elementary
center string. Kalimat-kalimat kompleks dapat dibentuk dari kalimat inti
dengan cara menambahkan kata-kata tertentu yang dikenal dengan nama adjunct string pada beberapa bagian
tertentu dalam kalimat inti tersebut.
Setelah itu, penulis melakukan
penelitian terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia yang baku. Penelitian
terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia ini meliputi kalimat-kalimat dasar
yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kemudian penulis juga mempelajari
perluasan dari kalimat dasar bahasa Indonesia yaitu kalimat yang beberapa unsur
kalimatnya diperluas dengan menggunakan pola-pola tertentu.
Setelah mempelajari sintaks bahasa
Indonesia, penulis mencoba membuat aturan-aturan sintaks untuk kalimat
sederhana dengan menggunakan definisi BNF. Aturan-aturan sintaks untuk kalimat
sederhana itu kemudian sedikit demi sedikit dimodifikasi agar dapat menguraikan
kalimat yang lebih kompleks. Modifikasi dilakukan dengan menerapkan
aturan-aturan linguistic string analysis,
dengan mengacu pada pola kalimat bahasa Indonesia yang sudah dipelajari
sebelumnya.
Berdasarkan struktur kalimat
tersebut, dibuat suatu pengurai kalimat bahasa Indonesia. Proses uji coba
kemudian dilakukan terhadap pengurai kalimat untuk mengecek kebenaran
aturan-aturan sintaks yang sudah dibuat dan juga untuk melakukan analisa
struktur kalimat bahasa Indonesia yang juga merupakan tujuan penelitian ini.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Bab pertama memberikan penjelasan
tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup permasalahan
dan metode penelitian.
Bab 2 membahas struktur kalimat
bahasa Indonesia. Struktur kalimat ini akan digunakan dalam pembuatan
aturan-aturan sintaks bahasa Indonesia.
Bab 3 membahas tentang analisa dan
perancangan pengurai yang dibuat dalam penelitian ini. Bab ini dimulai dengan
penentuan kelas-kelas kata yang digunakan, kemudian perancangan pengurai
sintaks, dan perancangan struktur data yang digunakan.
Bab 4 membahas implementasi dan
uji coba terhadap pengurai sintaks kalimat bahasa Indonesia. Implementasi
dibuat berdasarkan analisa dan perancangan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Sub bab uji coba membahas hasil uji coba yang dilakukan terhadap
pengurai dengan input kalimat-kalimat yang terdapat pada buku-buku tentang tata
bahasa baku bahasa Indonesia dan juga kalimat-kalimat yang terdapat pada
abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu Komputer UI. Pada bab ini
juga dijelaskan analisa terhadap hasil uji coba yang dilakukan pada sampel
kalimat bahasa Indonesia yaitu abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas
Ilmu Komputer UI.
Bab terakhir membahas tentang
kesimpulan dan saran yang merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB II
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang
utuh [Alwi98]. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam
suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal dua
buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturan-aturan wacana.
2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA
Suatu pernyataan merupakan kalimat
jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek,
baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada
tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki
predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat
dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu
[Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan
nomina.
Dalam bentuk lisan, unsur subjek
dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi
antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang
memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut
frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih—tidak terdapat predikat
di dalamnya—dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta
yang
lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat
subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi
inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif.
Contohnya sebagai berikut.
a)
Anak kecil itu // pandai
sekali.
Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu
dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai
sekali intinya adalah pandai
karena kata pandai tidak dapat
ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan
kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat.
Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat.
Jika dituliskan, kalimat diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda
tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada
kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya
adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan.
Untuk mengecek apakah kalimat yang
dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek,
predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan
unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan
untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.
2.1.1 Ciri-Ciri Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang
terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui
ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat
terpelihara strukturnya.
¨
Jawaban atas Pertanyaan Apa
atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu
kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata
tanya siapa.
¨
Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa
Indonesia bersifat takrif (definite).
Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara,
instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.
¨
Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa
merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi
fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa
juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang
menggunakan kata adalah atau ialah.
¨
Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung yang.
Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
¨
Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke,
kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata
seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak
bersubjek.
¨
Berupa Nomina atau Frasa
Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping
nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata
penunjuk itu.
2.1.2 Ciri-Ciri Predikat
Predikat juga merupakan unsur
utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri
predikat secara lebih terperinci.
¨
Jawaban atas Pertanyaan Mengapa
atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi
atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat.
Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk
menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan
predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
¨
Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah.
Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
¨
Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk
pengingkaran tidak ini digunakan
untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat
yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
¨
Dapat Disertai Kata-kata Aspek
atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai
kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan
verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga
disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti
ingin, hendak, dan mau.
¨
Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1.
Kata, misalnya verba,
adjektiva, atau nomina.
2.
Frasa, misalnya frasa verbal,
frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
2.1.3 Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib
dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai
tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba
intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau
ter-) tidak memerlukan objek,
sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai
berikut.
¨
Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
¨
Dapat Menjadi Subjek Kalimat
Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan
unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang
disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
¨
Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak
didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat
disisipkan preposisi.
¨
Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.
2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki
kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
1.
Bersifat wajib ada karena
melengkapi makna verba predikat kalimat.
2.
Menempati posisi di belakang
predikat.
3.
Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya
terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat
pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang
menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek
langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur
lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a)
Diah mengirimi saya buku baru.
b)
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di
atas berfungsi sebagai pelengkap dan
tidak mendahului predikat.
¨
Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului
preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri
unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan
merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat,
waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau
anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke,
dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata
penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
¨
Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan
pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur
dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
¨
Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur
kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di
awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
¨
Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di
dalam kalimat.
1.
Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau
anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu,
seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa
frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat,
sewaktu, dan ketika.
2.
Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan
tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3.
Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa,
atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang
merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh
kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan
cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4.
Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak
kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan
sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5.
Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat.
Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi,
sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6.
Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina,
misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma,
tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
¨
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen
teladan.
7.
Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina
(subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan
aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan
tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh
berikut.
¨
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak
dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
8.
Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina,
misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan
tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya
sebagai berikut.
¨
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua
mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga
lebih.
2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA
Dilihat dari
unsur pembentuknya, kalimat itu dapat dibedakan atas kalimat tunggal dan
kalimat majemuk. Bagian ini akan membahas kalimat tunggal beserta perubahannya.
2.2.1 Kalimat Dasar
Jumlah kalimat yang digunakan
sebagai alat komunikasi tidak terhitung banyaknya. Namun kalimat yang tidak
terbatas jumlahnya itu sebenarnya dapat dikembalikan kepada struktur dasar yang
jumlahnya terbatas.
Dengan peniadaan unsur
keterangan—baik keterangan kalimat maupun keterangan subjek, predikat, ataupun
objek—akan ditemukan kalimat dasar yang merupakan struktur yang paling pokok
[Sugo97].Peniadaan itu tidak berlaku untuk unsur yang pokok. Dengan kata lain,
unsur subjek, predikat, objek, serta pelengkap tetap harus ada dalam struktur
dasar.
2.2.2 Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan keterangan sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi
informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu
dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun
keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri
yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe [Sugo97].
1.
Kalimat dasar berpola SPOK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba
dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi.
2.
Kalimat dasar berpola SPOPel
Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek,
predikat, objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
3.
Kalimat dasar berpola SPO
Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek
berupa nomina atau frasa nominal.
4.
Kalimat dasar berpola SPPel
Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif,
kata sifat dan pelengkap berupa nomina
atau adjektiva.
5.
Kalimat dasar berpola SPK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus
memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut.
¨
Saya berasal dari Palembang.
6.
Kalimat dasar berpola SP (P:
Verba)
Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan
predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa verba
intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang wajib.
7.
Kalimat dasar berpola SP (P:
Nomina)
Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau
frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas
daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).
8.
Kalimat dasar berpola SP (P:
Adjektiva)
Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat itulah
yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6.
2.2.3 Kalimat Aktif
Jika subjek suatu kalimat
merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, kalimat itu disebut
kalimat aktif. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang
predikatnya berupa verba aktif. Kalimat dasar yang termasuk kalimat aktif
adalah kalimat dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 6. Kalimat aktif dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek yang
dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut
intransitif.
Verba yang
mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif. Verba aktif umumnya
ditandai oleh awalan me-, seperti
menulis, membaca, membawa, mencatat, menyeberangi, dan melintasi.
2.2.4 Kalimat Pasif
Jika subjek
suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan
yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat semacam
ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan
pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan
ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif
menjadi verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif ini hanya terdapat dalam
kalimat tipe 1 dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif)
tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif.
Di samping
ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula
oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada dua macam
bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan di- dan verba pasif tanpa awalan di- plus pelaku.
Kalimat-kalimat
aktif dapat dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur objek dijadikan
subjek, dan hal itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba predikat
berawalan me- menjadi berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat
berikut.
Pengusaha
itu meminjami ayah uang.
Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif :
Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu
Kalimat
pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina persona
(kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk yang
berbeda dengan kalimat pasif di atas. Perbedaan ini terdapat pada predikat yang
tidak berawalan di-. Verba pengisi
predikat kalimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan
menanggalkan awalan me-. Sebagai
pengganti awalan di-, penanda verba
pasif, digunakan pronomina persona atau nomina pelaku pada kalimat asal
(kalimat aktifnya) seperti contoh ini.
Saya
sudah mengirimkan lamaran ke kantor.
Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif dengan
predikat tanpa awalan di- :
Lamaran sudah
saya kirimkan ke kantor.
Bagian yang dicetak tebal di atas merupakan predikat kalimat. Pada
kalimat pasif jenis ini, verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa
gabungan dua kata, yaitu verba transitif tanpa awalan di- atau me- dan unsur
pelaku yang dalam kalimat aktif berfungsi sebagai subjek.
Kalimat
pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-. Kalimat yang berpredikat veba
berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek dikenai perbuatan yang dinyatakan
oleh predikat dan mempunyai makna tidak disengaja. Contohnya terdapat pada
kalimat berikut.
Kaki saya
terinjak orang.
Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian
tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut.
Mereka kena
tipu orang .
Selain
berciri verba berawalan di-, ter, dan
kata kena, kalimat pasif ditandai
oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba
jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya berhubungan dengan peristiwa
alam, seperti kalimat berikut.
Anak-anak kehujanan
sepanjang jalan.
2.2.5 Perluasan Unsur
Unsur
kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan dapat
diperluas sehingga informasi tentang unsur-unsur itu menjadi lebih lengkap.
Perluasan ini diartikan sebagai pengubahan unsur dasar dengan penambahan,
pemindahan, ataupun peniadaan. Pada penelitian yang dilakukan, penulis hanya
melakukan perluasan unsur dengan melakukan penambahan unsur-unsur kalimat. Struktur pola kalimat masih tetap sama dengan
pola kalimat dasar. Sedangkan peniadaan unsur kalimat tidak dilakukan karena
kalimat yang diteliti adalah kalimat tertulis dan peniadaan unsur kalimat
banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa bentuk dialog (lisan).
¨
Perluasan Nomina
Nomina, baik
yang berfungsi sebagai predikat, subjek
maupun objek dapat diperluas dengan penambahan kata, frasa, atau anak
kalimat. Penambahan ini dapat dilakukan dengan keterangan yang memiliki
konjungtor yang atau tanpa
konjungtor. Contoh perluasan nomina dengan konjungtor yang terdapat pada
kalimat-kalimat berikut.
a)
Mahasiswa yang pandai mendapat beasiswa
b)
Perusahaan yang lemah sekali akan mendapat subsidi
c)
Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat lukis.
Perluasan
dengan yang tersebut menunjukkan
keterangan yang menjelaskan nomina yang menjadi subjek. Kadang-kadang
konjungtor yang itu ditiadakan.
Nomina
subjek atau objek dapat diperluas dengan keterangan penjelas tetapi tidak
memakai konjungtor yang. Penambahan
keterangan ini dapat dilakukan dengan menjajarkan saja unsur keterangan
dibelakang subjek atau objek itu. Contohnya adalah sebagai berikut.
a)
Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun.
b)
Buku petunjuk penulisan karangan ilmiah telah beredar.
Verba
pengisi predikat kalimat dapat diperluas dengan penambahan kata atau frasa.
Kata atau frasa ini memberi keterangan pada predikat. Misalnya keterangan aspek
atau modalitas.
Keterangan
aspek ditandai oleh kata seperti telah,
sedang, akan, sudah, masih, belum yang menerangkan perbuatan yang terjadi
pada predikat. Contohnya terdapat pada kalimat-kalimat berikut:
a)
Pertandingan itu telah usai beberapa saat yang lalu.
b)
Bintang bulutangkis masih belum berpindah dari Indonesia.
Keterangan
modalitas menyatakan sikap pembicara, antara lain menyatakan kemungkinan,
keharusan, atau kenyataan. Keterangan ini ditandai oleh kata ingin, hendak, mau, barangkali, harus,
dan pasti. Kalimat contohnya terdapat
di bawah ini.
a)
Saya ingin belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
b)
Saya harus benar-benar belajar.
2.3 KALIMAT MAJEMUK
Demi
keefisienan, orang sering menggabungkan beberapa pernyataan ke dalam satu
kalimat. Akibat penggabungan itu lahirlah struktur kalimat yang di dalamnya
terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat dua
kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk. Berdasarkan hubungan
antarkalimat dasar itu, kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua macam,
yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
2.3.1 Kalimat Majemuk Setara
Struktur
kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan
masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat majemuk
setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat dasar.
Saya datang, dia pergi.
Kalimat itu
terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya
datang dan dia pergi. Jika
kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia
pergi masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri. Demikian pula
sebaliknya. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama. Itulah sebabnya kalimat itu
disebut kalimat majemuk setara.
2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang
mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau
beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat
inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat
majemuk bertingkat jika diantara kedua unsur itu digunakan konjungtor.
Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat majemuk bertingkat dari
kalimat majemuk setara.
Pernyataan
berikut menjadi kalimat majemuk bertingkat jika disisipi konjungtor misalnya ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau sehingga.
Saya masuk, mereka diam.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk setara. Tetapi, kalimat itu berubah menjadi kalimat majemuk
bertingkat dengan penempatan konjungtor ketika.
Saya masuk ketika
mereka diam.
Pada kalimat
majemuk setara, masing-masing kalimat penyusunnya dapat berdiri sendiri sebagai
kalimat tunggal. Sebaliknya pada kalimat majemuk bertingkat, kalimat penyusun
yang didahului konjungtor seperti kalimat ketika
mereka diam tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, kalimat yang
memiliki konjungtor semacam ini berfungsi sebagai anak kalimat pengisi salah
satu unsur kalimat inti.
Anak kalimat
pengisi unsur subjek atau objek kalimat transitif ditandai oleh kata bahwa. Hal ini dapat dilihat pada contoh
berikut.
Bahwa pengurus inti harus segera dibentuk sudah dibahas
pada rapat kemarin.
Kalimat
majemuk bertingkat juga dapat berupa kalimat tunggal yang mengalami perluasan
sekurang-kurangnya pada salah satu unsurnya misalnya pada unsur
keterangan, subjek atau objek. Elemen
yang berperan memperluas salah satu unsur kalimat ini merupakan anak kalimat
dan diawali oleh konjungtor yang atau
kata penunjuk itu. Contohnya adalah
anak kalimat yang menyertai nomina dan berfungsi sebagai keterangan nomina
tersebut. Nomina yang dapat diberi keterangan dapat berupa nomina yang
berfungsi sebagai subjek, predikat atau objek. Perhatikan contoh kalimat
berikut.
Perusahaan
yang ingin mengajukan kredit harus
mempunyai jaminan.
Anak kalimat yang ingin
mengajukan kredit merupakan anak kalimat yang memberi keterangan nomina perusahaan yang berfungsi sebagai subjek
kalimat di atas.
NB : Ingin versi lengkap dari skripsi bahasa indonesia ini , Silahkan sobat klik Download
loading...
No comments:
Post a Comment