loading...
I.
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk termulia
dari segenap makhluk dan wujud lain yang ada di alam jagad ini (Al-Syaibany,
1979: 103). Dengan kata lain, manusia adalah puncak ciptaan Allah. Manusia
ialah makhluk (ciptaan) Allah, bukan tercipta atau ada dengan sendirinya. Ini
masalah keyakinan, dan al-Qur’an berulang-ulang meyakinkannya kepada manusia
sampai pada tingkat menantangnya agar mencari bukti-bukti, baik pada alam raya
maupun pada dirinya sendiri (Aly, 1999:58).
Dilihat dari strukturnya, manusia
tersusun dari dua unsur yakni, pertama, memiliki
beberapa kesamaan dengan makhluk lain. Kedua,
memiliki kekhasan yang menunjukkan ketinggian martabat manusia disbanding
dengan makhluk yang lain. Unsur pertama dari susunan kodrat itu dinamakan raga
atau tubuh, sedang unsur kedua dinamakan jiwa atau roh (Soebahar, 2000:149).
Kedua unsur itu, manusia
dianugerahi nilai lebih, hingga kualitasnya berada di atas kemampuan yang
dimiliki makhluk-makhluk lain. Dengan bekal yang istimewa ini manusia mampu
menopang keselamatan, keamanan, kesejahteraan, dan kualitas hidupnya (Jalaludin,
2001:13). Sebaliknya dapat mencapai kehinaan bila kualitas insannya tidak
dikembangkan secara positif. Sebab pada pribadi manusia bersanding kecenderungan
pada kebajikan dan kefasikan (QS. Al-Syamsy: 8-10).
Walaupun pada manusia bersanding
kefasikan dan ketaqwaannya sekaligus, namun pada hakikatnya potensi positif
manusia lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan
lebih kuat dari daya tarik kebajikan (Shihab, 2000: 286). Oleh karena itu
manusia dapat berubah secara dinamis dari buruk menjadi baik dan sebaliknya
dari baik menjadi buruk (Bastaman, 1995: 126). Artinya bahwa kepribadian
manusia tidak pernah stabil secara sempurna, ia selalu dalam dinamika
kehidupannya, ia selalu berhadapan dengan lingkungan yang ikut mewarnai
dinamika dan persoalan kemanusiaan.
Karenanya di sini manusia
memerlukan pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Perbincangan tentang
pendidikan tidak akan pernah mengalami titik final. Karena pendidikan merupakan
permasalahan besar kemanusiaan yang senantiasa aktual dibicarakan pada setiap ruang
dan waktu yang tidak sama dan bahkan berbeda sama sekali (Zamroni, 2004: 2). Karenanya,
pendidikan harus senantiasa dengan perubahan yang terjadi. Hal ini sesuai
dengan salah satu prinsip dalam Pendidikan Islam, yakni prinsip perubahan yang
diinginkan (Al-Syaibany, 1979: 441).
Diantara
perubahan yang dapat dirasakan adalah dalam kebudayaan. Kebudayaan yang dapat
diartikan adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat
(Nasution, 1995: 63), dalam era globalisasi ini, terjadi pertukaran kebudayaan
dari satu negara ke negara lain. Akibat pertukaran kebudayaan mengakibatkan
dampak positif dan negatif.
Dalam
makalah ini, penulis akan menguraikan tiga hal, yakni pertama, pengertian
pendidikan Islam dan kebudayaan. Kedua, globalisasi dan kebudayaan. Ketiga, bagaimana
membangun budaya Islami di sekolah.
II. Pengertian
Pendidikan Islam dan Kebudayaan
Sebelum
membahas lebih lanjut, alangkah baiknya membahas tentang pengertian pendidikan
Islam dan Kebudayaan.
A.
Pengertian Pendidikan
Islam
Ada banyak pengertian tentang
pendidikan Islam. Diantaranya:
1. Ahmad
D. Marimba memberikan definisi Pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada si terdidik dalam
perkembangan jasmaniah dan rohaniah kearah kedewasaan dan seterusnya ke arah
terbentuknya kepribadian muslim.( Marimba, 1986: 41)
2.
Syahminan Zaini
berpendapat Pendidikan Islam adalah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan
ajaran agama Islam, agar terwujud atau tercapai kehidupan manusia yang makmur
dan bahagia. (Zaini, 1986:4)
3.
HM. Chabib Thoha menyebutkan
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta
teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan
nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam AI-Qur’an, maupun hadist Nabi.
(Thoha, 1995: 99)
4. Ali
Ashraf berpendapat Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih stabilitas
murid sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan,
langkah-langkah dan keputusan begitu pula pendekatan mereka terhadap sesama
ilmu pengetahuan mereka, diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam
dirasakan (Ashraf, 1984: 23)
Dari pengertian di atas dapat
dipahami bahwa pengertian pendidikan Islam adalah suatu aktifitas atau usaha
pendidikan berupa bimbingan dan pengembangan fitrah manusia baik jasmani maupun
rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim
muttaqin yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan tujuan pendidikan di
bahwa menurut Hasan Langgulung (1986: 33) menyatakan bahwa berbicara tentang
tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup.
Sebab pendidikan bertujuan memelihara kehidupan manusia. Sementara Al-Syaibani
(1979: 399) menyebutkan tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan
setelah subyek didik mengalami perubahan proses pendidikan, baik pada tingkah
laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam
sekitarnya.
Pendidikan Islam adalah pendidikan
yang sadar dan bertujuan dan Allah meletakkan azas-azasnya bagi seluruh manusia
di dalam syari’at ini. Oleh sebab itu, sudah semestinya mengkaji pendidikan
terlebih dahulu menjelaskan tujuannya yang luhur dan luas, yang telah
ditetapkan oleh Allah bagi seluruh aktititas manusia. karena tujuan merupakan
kompas, barometer sekaligus evaluator dalam penyelenggaraan sutau pendidikan.
Sebagai karakteristik pendidikan
yang bercorak Islam, maka sudah barang tentu dalam perumusan tujuan
pendidikannya mengacu dan berpihak pada hukum-hukum ajaran Islam. Adapun tujuan
pendidikan Islam dapat dilihat sebagai berikut:
Para ahli pendidikan memberikan
pendapat tentang tujuan pendidikan Islam, diantaranya:
1.
Al-Abrasy (1980:10) mengatakan bahwa tujuan
utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak yang utama atau pembentukan
moral yang tinggi.
2.
Zaini (1986: 34-35) mengatakan tujuan utama pendidikan Islam
adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat atau sehat dan terampil, berotak
cerdas dan berilmu banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat
kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan pendirian yang teguh.
3.
Chabib Thoha (1995:
101-102) mengatakan tujuan pendidikan Islam adalah:
a.
Menumbuhkan dan
mengembangkan ketaqwaan kepada Allah SWT
b.
Membina dan memupuk
akhlakul karimah
c.
Menumbuhkan sikap dan
jiwa yang selalu beribadah kepada Allah
d.
Menciptakan pemimpin-peminipin
bangsa yang selalu beramar ma’ruf nahi munkar
e.
Menumbuhkan kesadaran
ilmiah, melalui kegiatan penelitian, baik terhadap kehidupan manusia, alam
maupun kehidupan makhluk Allah semesta.
4.
Marimba (1986: 49)
dengan tegas mengatakan tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya
kepribadian muslim.
5.
Daradjat (1996: 31),
mengemukakan bahwa Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia telah berakhir pula. Mati dalam keadaan
berserah di kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung taqwa, sebagai
akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. lnilah akhir dari
proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhir hidupnya.
Dengan demikian berdasarkan rumusan
tentang tujuan pendidikan Islam di atas maka dapat diformulasikan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalab terbentuknya kepribadian muslim yang mempunyai otak
cerdas, berilmu banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat
kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan pendirian yang teguh Sehingga dapat
menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa yang selalu beramar ma’ruf nahi munkar.
Sementara itu, dasar pendidikan Islam
adalah al-Qur’an dan as-Sunah. Serta apa yang ada diatasnya dari pada
puncak-puncak cabang yang lain. Seperti qiyas, Ijma’, dan sumber-sumber
perundangan bimbingan dan syariat lsIam.(Al-Syaibani, 1979: 427)
1.
Al Quran
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam
yang pertama adalah Al Qur’an. Al Qur’an ialah Firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhaniad. Didalamnya terkandung ajaran
pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan dengan
melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al Qur’an terdiri dua
prinsip besar yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan dan amal. Setiap
muslim percaya bahwa al Qur’an adalah sumber nilai dan ajaran Islam yang paling
utama. (Al-Ghazali, 1985:VI).
Al Qur’an itu sendiri diturunkan
kepada manusia untuk memberikan petunjuk jalan hidup yang lurus dalam arti
memberikan bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah. (Zuhairini,
1994:154) Pendidikan yang terkandung dalam al Qur’an adalah Pendidikan yang
menyeluruh yaitu meliputi segala aspek manusia dan bergerak dalam bidang
kehidupan. Pendidikan itulah yang mementingkan pembinaan pribadi dari segala
segi dan menekankan perubahan dalam diri manusia (antara jasmani, akal dan
perasaan). Dan pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-ayat al Qur’an sebagai
sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam.
(Hidayatullah, 2000: xviii)
2.
As Sunah (Sunnah
Rasul)
Sunnah rasul
yang sering disebut hadis ialah ucapan, perbuatan atau takrir nabi yang
mengandung ajaran-ajaran Islam. Sedangkan yang dimaksud takrir adalah
penetapan Nabi SAW. Secara diam-diam terhadap ucapan atau perbuatan para
sahabatnya.
Pada mulanya as-Sunah dimaksudkan
untuk mewujudkan dua tujuan; Pertama, menjelaskan kandungan aI-Qur’an. Kedua,
menerangkan syariat dan adab-adab lain. (An-Nahlawi, 1989: 46) Terhadap
pendidikan sendiri as-Sunah bertindak sebagaimana al Qur’an dalam mendidik,
mensucikan jiwanya, meluruskan pribadi dan membimbing kearah yang lurus.
(Al-Syaibani, 1979: 431)
Masih menurut Al-Syaibani, cara
Sunah dalam mendidik melalui dua jalan; pertama, bersifat positif, berpusat
pada dasar-dasar yang sesuai dan kuat bagi akhlak yang mulia yang bertujuan
menanamkan kemuliaan. Kedua, bersifat penjagaan, menghindarkan dari segala
macam keburukan, baik bersifat individual atau sosial, dan menjaga dari bahaya
perpecahan dan perbedaan.
Yang terpenting dalam Sunah ini,
bahwa mencerminkan segala tingkah laku Nabi SAW. yang patut diketahui oleh
setiap muslim. Dengan kata lain sebagal model bagi setiap muslim. Sebab
berkaitan dengan keimanan maka manusia berusaha untuk mengikuti jejak
Rosulullah sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan watak setiap muslim.
(Langgulung, 1995: 38)
Jadi dasar pendidikan Islam adalah
wawasan tajam terhadap sistem hidup Islam yang sesuai dengan kedua sumber pokok
(al-Qur’an dan as Sunah). Nilai-nilai fundamental dalam sumber pokok
ajaran Islam yang harus dijadikan dasar pendidikan Islam yaitu aqidah Akhlak,
penghargaan terhadap akal, kemanusiaan, keseimbangan, rahmat bagi seluruh alam.
B. Pengertian
Kebudayaan
Istilah
kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:215) diartikan hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, adat istiadat. Sedangkan dalam Kamus Oxford Learners Pocket
Dictionary (2003:105), istilah kebudayaan disebut dengan culture diartikan
dengan customs, beliefs, art, way of life, etc of a particular country orgroup.
Sementara para ahli memberikan memberi
definisi sebagai berikut:
1.
Kebudayaan menurut
Marimba (1986: 124), segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2.
Kebudayaan adalah pola
kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat. (Nasution, 1995: 63)
kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, ketrampilan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia.
Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu
yang diciptakan oleh manusia (akal budi) seperti kepercayaan, kesenian, adat
istiadat. pandangan hidup, pola perilaku yang secara umum yang terdapat dalam suatu masyarakat. Melihat dari
pengertian kebudayaan masih bersifat umum, atau kalau disederhanakan dapat
dikatakan kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh manusia.
Sedangkan unsur-unsur dalam kebudayaan menurut Kluchohn yang dikutip
Prihantoro (http://www.gagasmedia.com/serba-serbi/penulis/memahami-arti-kebudayaan.html)
menyebutkan ada tujuh unsur, yakni:
1. Sistem kepercayaan/ religi
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap
rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan
adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya
ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi
atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
2. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat
penting dalam struktur sosial. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri
dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk
yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
3. Sistem mata pencaharian hidup
Mata pencaharian hidup adalah suatu usaha atau
kerja ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari atau
untuk memperoleh bahan kehidupan untuk jangka waktu tertentu. sistem mata
pencaharian pada masyarakat pedesaan masih bersifat tradisional, seperti: berburu
dan meramu, beternak,
bercocok tanam di ladang, menangkap ikan. Sedangkan sistem
masyarakat perkotaan sangat beragam, sesuai dengan perkembangan kota yang
sangat kompleks dalam segala bidang.
4. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen
kebudayaan. Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan hidup. Pada dasarnya, semua peralatan yang
dihasilkan oleh manusia bertujuan untuk membantu mempermudah hidup manusia itu
sendiri. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup antara lain: alat-alat
produktif, senjata,
alat-alat rumah tangga, alat-alat elektronik, makanan
dan minuman, pakaian,
perumahan dan alat-alat transportasi
5. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau
orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan
dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat
dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah
sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi,
dan alat untuk mengadakan integrasi
dan adaptasi
sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan
dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan
dan teknologi.
6.Sistem pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan
dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris.
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan
menjadi: pengetahuan tentang alam,
pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya,
pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama
manusia, pengetahuan tentang ruang
dan waktu.
7. Kesenian
Kesenian merupakan ketrampilan untuk
mengekspresikan atau mengkomunikasikan perasaan atau nilai-nilai
keindahan. Di dalam kesenian salah satu unsur yang sangat penting adalah unsur
estetika (rasa keindahan).Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,
manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga
perwujudan kesenian yang kompleks.Rasa seni terdapat pula pada semua manusia
untuk memenuhi kebutuha jiwanya. Di dalam seni inilah si pencipta ingin
menyampaikan rasa indahnya kepada orang lain.
III.
Globalisasi dan Kebudayaan
Pada dasarnya masa globalisasi (disukai
atau tidak), hal itu akan tetap terjadi, karena hal itulah mau tidak mau orang
harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. (Mansur, 2005: 157) Globalisasi
membuat dunia menjadi sebuah kampong kecil yang memudahkan setiap warga dunia
untuk berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Situasi yang demikian
mengakibatkan terbukanya ide dari satu tempat ke tempat lain sehingga sulit
disensor jika bertentangan dengan nilai-nilai budaya penerima ide tersebut.
(Batubara, 2004: 111)
Implikasi dari globalisasi menjalar
keberbagai sektor yang ada termasuk adalah kebudayaan. Dampak yang bisa dirasakan
adalah adanya pertukaran kebudayaan antarnegara. Contoh, dalam berpakaian,
dahulu orang Indonesia bagi wanita memakai pakaian bawahan kebaya. Sekarang,
hal tersebut digeser dengan pakaian jeans.
Apabila dilihat secara mendalam,
ternyata Indonesia merupakan salah satu Negara multikultural terbesar di dunia.
Hal ini bisa dilihat jumlah pulau di Indonesia adalah 13.000 pulau. Populasi
penduduknya lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir
200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan
yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha Konghucu serta
berbagai aliran kepercayaan (Yaqin, 2007: 3)
Pendidikan multikultural mempersiapkan
siswa untuk aktif sebagai warga Negara dalam masyarakat secara etnik cultural,
dan agama beragam. Dalam pendidikan cultural, semua pengalaman dan sejarah
kelompok-kelompok cultural dihargai dan diajarkan dalam sekolah, yang
menguatkan integritas dan pentingnya kelompok-kelompok tersebut dan
kelompok-kelompok siswa yag mengidentifikasi dengan kelompok yang lebih besar.
((Baidhawi, 2005: 10)
Kebudayaan yang ada di Indonesia, sangat
mungkin mendapatkan masukan dari kebudayaan dari luar. Dalam penggunaan bahasa
misalnya, banyak masyarakat umum, dalam berbagai kesempatan menggunakan bahasa
asing. Di dalam akulturasi kebudayaan tidak semua unsur kebudayaan asing
diterima, tetapi dilakukan seleksi unsur-unsur mana yang pantas diterima dan
elemen mana yang harus ditolak, hal mana diselaraskan dengan sikap jiwa dan mental
bangsa. (Ahmadi, 2004: 73)
Penetrasi budaya global terhadap
kehidupan masyarakat akan direspon berbeda-beda oleh kalangan pendidikan, yakni
pertama, cenderung menerima, begitu saja pola dan model budaya global yang
dialirkan melalui teknologi informasi, tanpa memahami nilai dan substansinya.
Kedua, apriori, terhadap capaian budaya dan peradaban global, semata-mata
karena ia tidak datang dari tradisi yang diikutinya selama ini. Sedangkan
kelompok ketiga, berusaha mendialogkan antara budaya global dengan budaya local
sehingga terjadi sintesis budaya yang dinamis dan harmonis. (Rahim, 2002: 421)
IV.
Penerapan budaya Islami
di SMP Negeri 7 Semarang
Budaya
atau kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok
masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai, yang tercermin
baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Zamroni (2000: 149) kultur sekolah dapat
dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos dan
kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur
sekolah tersebut dipegang bersama baik kepala sekolah, guru, staf administrasi
maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul di sekolah.
Untuk
membentengi adanya budaya luar yang negatif, SMP Negeri 7 Semarang menerapkan
budaya yang sesuai dengan ajaran Islam, yakni:
1.
Pakaian
Seringkali
budaya pakaian yang dipakai pelajar sekarang cenderung meniru gaya barat, yakni
pakaian yang menampakkan lekuk tubuhnya. Hal ini jelas bertentangan budaya
pakaian Islam. Inti dari ajaran Islam tentang pakaian adalah untuk menutup
aurat bukan mengumbar aurat. Karenanya, SMP Negeri mengeluarkan kebijakan tentang
pakaian untuk peserta didik. Sebelum tahun 2008, peserta didik SMP Negeri 7
Semarang yang laki-laki memakai celana pendek, sedangkan yang perempuan memakai
rok dibawah lutut. Setelah tahun 2008, peserta didik laki-laki dan perempuan
wajib memakai celana dan rok panjang. Meskipun
hal tersebut, belum seratus persen, sesuai dengan ajaran Islam, setidaknya
kebijakan merupakan langkah maju dibandingkan aturan sebelumnya. Di samping itu,
dalam pakaiannya baju atau celana atau rok tidak boleh terlalu ketat.
2.
Salat jamaah
Setiap hari
senin-kamis, semua peserta didik melaksanakan salat berjamaah dzuhur di
sekolah. Salat dzuhur dilaksanakan pada pukul 12.15-12.45 di mushola dan aula
SMP Negeri 7 Semarang. Tujuan dilaksanakan salat berjamaah adalah untuk
membiasakan peserta didik untuk melaksanakan salat dengan berjamaah. Sebelum
dilaksanakan salat berjamaah dzuhur, peserta didik membaca surat-surat pendek
dengan bersama-sama. Hal ini bertujuan agar anak terbiasa membaca al-Quran dan
menghafalkan.
Tidak hanya
salat dzuhur saja, tetapi salat-salat wajib yang lain. Karena keterbatan waktu,
maka pelaksanaan salat wajib selain dzuhur dilaksanakan diserahkan ke
masing-masing peserta didik dengan pengawasan dari orang tua. Untuk mengontrol
pelaksanaannya, sekolah menyediakan kertas laporan salat wajib. Dalam kertas
tersebut berisi tentang kapan peserta didik melaksanakannya salat wajib. Orang
tua memberikan tanda tangan pada halaman paling bawah pada kertas laporan
pelaksanaan salat.
3.
Salat sunah dhuha
Selain salat
wajib, peserta didik SMP 7 Semarang dibiasakan melaksanakan salat dhuha di
sekolah. Salat dhuha dilaksanakan sebelum jam pelajaran dimulai (pukul
06.15-07.00), istirahat pertama dan kedua (09.00-09.15 dan 10.30-10.45) di
mushola. Tujuan dilaksanakan salat dhuha adalah membiasakan peserta didik agar
terbiasa melaksanakan salat sunah. Sebagai alat kontrol, sekolah menyediakan kertas
laporan salat dhuha yang formatnya digabung dengan pelaksanaan salat wajib.
4.
Membiasakan membaca
al-Quran
Budaya yang
dilakukan di SMP 7 Semarang selain di atas adalah membiasakan membaca al-Quran.
Pembiasaan tersebut dilaksanakan sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
dimulai dan sebelum salat dzuhur dilaksanakan di sekolah. Selain itu juga,
diharapkan di rumah anak terbiasa membaca al-Quran. Sebagai alat kontrol
pelaksanaannya, sekolah menyediakan kertas laporan pelaksanaan membaca
al-Quran. Kertas laporannnya menyatu dengan laporan salat wajib, sunah, dan
membaca al-Quran.
5.
Dilarang membawa HP
Salah satu
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang adalah adanya HP (hand
phone). HP mempunyai dampak positif dan negatifnya. Adapun dampak
positifnya adalah memudahkan komunikasi dengan orang lain, meskipun jaraknya
jauh. Dengan HP orang dapat berkomukasi dengan orang dimanapun tempatnya dengan
cara berhubungan langsung atau melalui SMS. Selain itu HP juga menyediakan
fasilitas video, internet, games, dan lain-lain. Sedangkan negatifnya adalah HP
tersebut dimanfaatkan ke hal-hal yang kurang baik (bertentangan dengan ajaran
agama maupun Negara). Diatara dampak negatifnya adalah merekam adegan
bermesraan dengan pacar atau orang lain, menyimpan gambar atau film porno, dan
lain-lain.
Untuk
mengantisipasi hal itu, SMP Negeri 7 Semarang melarang peserta didik untuk
membawa HP ke sekolah. Kalaupun terpaksa, HP nya harus dititipkan di guru
bimbingan dan koseling.
6.
Membiasakan sikap jujur
Peserta didik
SMP Negeri 7 Semarang dibiasakan dengan sikap jujur. Kejujuran tersebut
dilaksanakan di dalam kelas maupun luar kelas. Melatih kejujuran bagi peserta
didik disimbolkan dengan adanya kantin kejujuran. Dalam kantin kejujuran
tersebut, anak membeli barang di kantin yang tidak ada penjaganya. Dalam kantin
tersebut sudah ada harga yang harus dibayar. Sistem pembayaran dilakukan sendiri
oleh peserta didik dengan menaruh uang di kotak yang sudah disediakan. Kalau
ada kelebihan, peserta didik dapat mengambil uang kelebihan sendiri. Tujuan adanya
kantin kejujuran adalah melatih kejujuran peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Prinsip yang digunakan meskipun tidak ada penjaga kantin, peserta
didik tetap bersikap jujur. Karena meskipun tidak ada penjaga kantin, Allah
Swt, melihat gerak-gerik apa yang dikerjakan manusia.
7.
Bersalaman dengan guru
dan mengucapkan salam
Seringkali sekarang ini, banyak peserta didik yang
berani dengan guru. Untuk membekali peserta didik terhadap hal tersebut, SMP
Negeri 7 Semarang membiasakan bersalaman dengan guru. Bersalaman tersebut
dilakukan pada waktu masuk sekolah maupun masuk kelas. Hal ini sekaligus
mempunyai makna agar peserta menghormati guru. Bukan berarti guru minta
dihormati, melainkan membiasakan peserta didik agar menghormati guru melalui
cara bersalaman.
Selain itu, peserta didik dibiasakan mengucapkan
salam ketika bertemu guru maupun dengan salam. Bertemu disini bisa dilaksakan
di sekolah, kelas, maupun diluar sekolah. Seringkali yang terjadi peserta
didik, ketika bertemu dengan guru diam atau acuh tak acuh. Untuk menghindari
tersebut, maka dibiasakan mengucapkan salam saat bertemu. Di samping dengan
guru, peserta didik juga dibiasakan mengucapkan salam kepada sesama teman. Karena
seringkalali dijumpai peserta didik saat bertemu dengan temannya, ucapannya
yang keluar adalah ucapan yang kurang baik. Karenanya, melalui budaya salam
kepada orang lain dibiasakan di SMP Negeri 7 Semarang.
V.
Kesimpulan
1.
Yang dimaksud dengan
pendidikan Islam adalah suatu aktifitas atau usaha pendidikan berupa bimbingan
dan pengembangan fitrah manusia baik jasmani maupun rohani berdasarkan
hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim muttaqin yang bahagia
baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan kebudayaan adalah segala sesuatu
yang diciptakan oleh manusia (akal budi) seperti kepercayaan, kesenian, adat
istiadat. pandangan hidup, pola perilaku yang secara umum yang terdapat dalam suatu masyarakat.
2.
Dalam era globalisasi
sekarang ini semua aspek kehidupan manusia berpengaruh, termasuk di dalamnya
bidang kebudayaan. Contoh konkrit adalah adanya pertukaran kebudayaan
antarnegara.
3.
Cara membentengi dampak
negatif globalisasi bidang kebudayaan, SMP Negeri 7 Semarang melakukan berbagai
cara, yakni: mengatur pakaian, salat jamaah, salat sunah dhuha, membaca
al-Quran, dilarang membawa HP, membiasakan sikap jujur, dan mengucapkan salam,
bersalaman kepada guru
Daftar
Pustaka
Ahmadi,
Abu, 2004, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Aly, Hery Noer, 1999, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos
Al-Abrasyi, M Atiyah, 1980, Al-tarbiyah
Al-Islamiyah, terjemahan Prof Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry LIS., Dasar-dasar
Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta
Al Ghazali, 1985 Permata Al Qur ‘an, CV Rajawali Jakarta
Al-Syaibany, Omar Mohammad
Al-Toumy, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
An-Nahlawi,
Abdurrahman , 1989, Usul aI-Islamiyyah Wa Asaibuha, terjemahan Drs. Hery
Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, CV. Diponegoro,
Bandung
Asraf, Ali, 1984, Horizon-horizon
baru Pendidikan Islam, Pustaka Firdaus: Jakarta
Baidhawi, Zakiyuddin, 2005, Pendidikan
Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga.
Bastaman, Hanna Djumhana, 1995, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju
Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Batubara,
Muhyi, 2004, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Press
Daradjat, Zakiah, dkk, 1996, Ilmu
Pendidikan Islam, Bumi Aksara bekerjasama dengan Binbaga Depag RI Jakarta. 1996
Hidayatullah, Syarif, 2000, Intelektualisme
dalam Perspektif Neo-Modernisme PT. Tiara Wacana, Yogyakarta
Jalaludin,
2001, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Mansur, 2005, Paradigma
Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Globalisasi, Semarang:
International Journal Ihya ‘Ulum al-Din.
Marimba,
D Ahmad, 1986, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif
Langgulung, Hasan, 1986, Manusia
dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Filsafat Pendidikan,
Pustaka Al-Husna, Jakarta
Langgulung, Hasan, 1995, Beberapa
Permikiran Tentang Pendidikan Islam PT. Al Ma’arif, Bandung
Nasution,
S, 1995, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Oxford
Learners Pocket Dictionary, 2003, UK: Oxford University Press
Prihantoro, Nur Achmad, (http://www.gagasmedia.com/serba-serbi/penulis/memahami-arti-kebudayaan.html)
diakses tanggal 17 Maret 2011
Rahim, Husni, 2002, Pendidikan
Islam di Indonesia Keluar dari Eksklusivisme dalam Pendidikan untuk
Masyarakat Indonesi Baru, Jakarta: Grasindo
Shihab,
Quraisy, 2000, Wawasan Al-Qur’an, Bandung:
Mizan
Soebahar,
Moh. Erfan, 2000, Manusia Seutuhnya, CV.
Semarang: Bima Sejati, 2000
Thoha, M. Chabib, 1995, Kapita
Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta:
Pusat Bahasa.
Zamroni,
2000, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: BIGRAF Publishing
Yaqin, M. Ainul,
2007, Pendidikan Multikultural: Crosscultural Understanding untuk Demokrasi
dan keadilan, Yogyakarta: Pilar Media.
Zaini,
Syahminan. 1986, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia
Zuhairini, dkk. ,
1994, Filsafat Pendidikan Islam., Bumi Aksara. Jakarta
loading...
No comments:
Post a Comment