loading...
- LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam
kehidupan kita, baik dalam kehidupan individu, bangsa maupun Negara. Oleh karena itu, pendidikan harus
dilaksanakan dengan sebaik – baiknya, sehingga sesuai dengan tujuan.
Keberhasilan suatu bangsa terletak pada mutu pendidikan yang dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses untuk membantu
manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan
dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan – pendekatan yang
kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Sekolah merupakan bagian dari
system pendidikan formal yang mempunyai aturan – aturan jelas atau lebih
dikenal sebagai GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran) sebagai acuan
proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang berperan dalam memilih
metode pembelajaran yang akan digunakan.
Keberhasilan pengajaran KKPI ini ditentukan oleh
besarnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, makin aktif siswa
mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaran, maka makin berhasil kegiatan
pembelajaran tersebut. Tanpa aktifitas belajar tidak akan memberikan hasil yang
baik.
Pada kenyataannya, guru dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar di kelas cenderung berlangsung secara konvensional atau menggunakan
strategi pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Centered). Padahal menurut kurikulum 2006, kegiatan belajar mengajar harus
berpusat pada siswa yang artinya siswa harus lebih aktif menggali informasi
sendiri. Selain itu kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 1
Surabaya khususnya kelas XI MM 1 kurang berminat terhadap pembelajaran yang
cenderung dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, perlu
diupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat
pembelajaran lebih aktif. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang merupakan konsep belajar untuk membantu guru mengaitkan antara pengetahuan
awal siswa dengan penerapan dalam kehidupan sehari – hari siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Blanhard, 2001). Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan
sebagai pengarah dan pembimbing.
Pendekatan Kontekstual hanya sebuah strategi
pembelajaran seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, Kontekstual
dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih efektif. Pendekatan
kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tataan yang
ada.
Dalam kelas yang diajarkan dengan pendekatan CTL, tugas
guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa) dengan membentuk kelompok. Kebisasaan
dikelas, kelompok dibuat sendiri oleh kelompok yang terbentuk bersifat homogen
dan kelas didominasi oleh kelompok yang aktif. Dari kenyataan tersebut,
digunakan model pembelajaran CTL karena merupakan pembelajaran yang paling
sederhana sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan melakukan belajar
mengajar dalam kelompok. Pembentukan kelompok yang heterogen dilakukan dengan
cara melihat hasil belajar siswa terdahulu.
Pembelajaran CTL diterapkan untuk mengelompokkan
kemampuan yang berbeda sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara guru
dengan siswa serta antara siswa dengan siswa secara aktif sehingga diharapkan
siswa yang pandai dapat belajar secara kelompok sehingga akan memperbaiki
kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan uraian
diatas penelitian bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “meningkatkan prestasi siswa kelas xi mm 1 smk negeri 1
surabaya mata diklat kkpi pada kompetensi mengoperasikan software pengolah kata
melalui pembelajaran ctl”
- RUMUSAN MASALAH
Dari uraian
latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
a.
Bagaimana kemampuan guru dalam menglolah KBM melalui
penerapan pembelajaran CTL?
b.
Bagaimana aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran CTL?
c.
Bagaimana ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan
pembelajaran CTL?
- BATASAN MASALAH
a.
Penelitian hanya membahas
tentang ketuntasan belajar siswa dan pengelolaan guru dalam menerapkan model
pembelajaran CTL.
b.
Materi pembelajaran dibatasi
pada kompetensi Kompetensi Mengoperasikan Software Pengolah Kata Melalui
Pembelajaran CTL.
c.
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK
) ini dibatasi pada 2 siklus, yaitu :
d. Siklus I
: Mengoperasikan software pengolah kata.
e. Siklus II
: Mengimplementasikan software pengolah kata.
f.
Sasaran
penilaian adalah siswa kelas X MM 1 SMK Negeri 1 Surabaya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
A.
PENGERTIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL ) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. CTL juga merupakan
suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behaviorostik yang telah
mendominasi pendidikan selama puluhan tahun (Nur, 2002). Pendekatan CTL mengakui bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses kompleks dan banyak fase berlangsung jauh melampaui drill oriental dan metologi stimulus dan response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada
psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut belajar terjadi hanya jika
siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal
sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya ( Nur, 2002).
Sedangkan menurut Cord yang
dia ikuti ( Nur,
2002) menyatakan bahwa
pendekatan kontekstual terjadi apabila siswa memproses informasi dan
pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi tersebut bermakna bagi
mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri.
Pola pendekatan kontekstual
berbeda dengan pendekatan konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa
perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam table berikut ini :
Tabel 2.1 : Perbedaan pola
pendekatan konvensional dan kontekstual
Konvensional
|
Kontekstual
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Nur, 2002
Menurut teori pembelajaran CTL
terjadi hanya apabila siswa memproses informasi dan pengetahuan baru sedemikian
rupa sehingga informasi itu bermakna bagi mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri.
Pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa otak secara alami mencari makna
dalam konteks yaitu dalam hubungan dengan lingkungan mutakhir tersebut dan
tampak berguna. Orang dapat secara baik dalam konteks, dalam suatu yang terkait
dengan kebutuhannya. Belajar terbaik dapat diakatakan dengan mengerjakan
pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman kembali ( refleksi ).
Secara lebih rinci diuraikan
tujuh prinsip dalam pendekatan kontekstual :
a.
Penemuan ( Inquiry )
Kegiatan pembelajaran diawali
dengan pengamatan dalam rangka untuk memahami suatu konseop. Dalam praktek
pembelajaran melewati siklus mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan
merumuskan teori baik secara individu maupun bersam - sama dengan teman lainnya. Penemuan juga
merupakan aktivitasn untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berfikir secara
kritis.
Cord Seperti telah dikemukakan
diatas, pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Pertanyaan digunakan oleh
siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan.
b.
Konstruktivisme ( Contructivism )
Siswa membangun pemahaman oleh
diri sendiri dari pengalaman – pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal.
Pengalaman awal selalu merupakan dasar dan tumpuan yang digabung dengan siswa
dilatih untuk mengenali ide – ide baru yang muncul. Bentuk refleksi yang
digunakan dalam penelitian berupa diskusi.
c.
Pemodelan ( Modelling )
Aktivitas guru dikelas
memiliki efek modal bagi siswa. Jika guru mengajar dengan berbagai varian
metode dan teknik pembelajaran, maka secara tidak langsung siswa pun akan
meniru metode atau teknik yang dilakukan guru. Guru dapat melakukan aktivitas
mengucapkan hal – hal yang difikirkan. Guru juga dapat melakukan sesuatu yang
diinginkan agar siswa melakukannya.
Dalam pendekatan kontekstual
siswa ditempatkan dalam suatu konteks yang bermakna lama dengan pengetahuan
yang dipelajari. Salah satu model pembelajaran yang berasosiasi pada CTL antara
lain adalah : belajar berbasis kerja, pengajar autentik, belajar berbasis tugas
terstuktur dan belajar jasa layanan.
Selain model pembelajaran
diatas masih banyak model pembelajaran yang berasosiasi dengan pendekatan
kontekstual yang dapat digunakan dalam pembelajaran kontekstual ( Roestama, 2002 ).
B.
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Agar pelaksanaan pembelajaran
kotekstual lebih efektif, guru harus berperan dengan baik dalam merencanakan,
mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran kontekstual
dengan cara :
- Menekankan pada pemecahan masalah atau problem. Pengajar diawali dengan penyajian masalah nyata yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman, sekolah, tempat kerja dan masyarakat yang mempunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong berfikir kritis dan sistematis untuk menemukan masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran dalam menyelesaikan masalah.
- Mengakui bahwa kebutuahan belajar siswa terjadi dalam berbagai konteks, seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak lepas darimana dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan semakin bertambah jika siswa belajar dari lingkungan yang bervariasi.
- Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pelajar yang mandiri, dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan uji coba.
- Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat memanfaatkan sebagai daya dorong untuk belajar sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerjasama dan aktifitas kelompok belajar sehingga siswa berfikir melalui komunikasi dengan orang lain.
- Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam belajar. Komunikasi pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha bersama – sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan memperkenalkan semua orang untuk belajar dari sesamanya.
- Menggunakan penilaian autentik. Penilaian ini tidak hanya mengukur seberapa banyak pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkah siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kehidupan sehari – hari meskipun trafnya sederhana. Rumusan intruksi guru dalam kelas dan dalam LKS yang mengarahkan siswa menerapkan pemahaman untuk memecahkan masalah adalah contoh teknik penilaian autentik.
C.
EVALUASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Untuk menentukan apakah
lingkungan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hal belajar siswa,
diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil
belajar meliputi penilaian apakah dengan pembelajaran kotekstual dapat
membangun dan memperluas pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya. Apakah
pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa dalam menyelesaikan atau
memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari – hari, atau siswa mengalami
peningkatan dalam mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana
menggunakan pengetahuan didalam dan diluar sekolah.
Strategi penilaian dan alat
ukurnya dikaitkan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata yang
diharapkan dari materi pembelajaran tertentu. Dari tujuan dan umpan balik
materi pembelajaran, muncul ragam strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi
siswa dan pengetahuan proses di dalam aktivitas
pembelajaran.
Salah satu prinsip penilaian pada pendekatan kontekstual
sangat berbeda dengan teknik penilaian pendekatan konvensional. Sasaran
penilaian berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah
mengukur bagaimana siswa mengunakan pengetahuannya untuk membedahkan persoalan
yang ada di dunua nyata.
D.
PENDEKATAN KONTRSTRUKTUAL
Vigotsky ( dalam Nur, 2002 ) menyatakan bahwa
kostruktivis adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa siswa membangun
pemahaman oleh dirisendiri dari pengalaman – pengalaman awal. Pengalaman awal
selalu merupakan dasar atau tumpuhan yang digabungkan dengan pengalaman baru
untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui
pengalaman yang bermakna.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa prinsip konstuktivisme yang dapat diambil untuk pengembangan
kegiatan pembelajaran, yaitu : (a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,
baik secara personal maupun social; (b) pengetahuan tidak dapat dialihkan dari
guru kepada siswa tanpa aktivitas siswa itu sendiri untuk menalar; (c) siswa
secara terus-menerus aktif mengkostruksikan realita, sehingga selalu terjadi
perubahan menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep
ilmiah, dan (d) tugas guru adalah membantu menciptakan situasi yang
memungkinkan terjadinya proses kostruksi oleh siswa ( Jalal dan Supriyadi dalam
Rahma Y. 2000 ). Pembelajaran konstruksi dalam pengajaran menerapkan
pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah
menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit jika mereka saling
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru menekankan pada
penjembatan ( Scoffolding ), yaitu
memberi siswa tugas-tugas yang kompleks, sulit namun realistic dan memberi
cukup bantuan menyelesaikan tugas ini ( Nur, 2002 ). Bantuan dikurangi sedikit
demi sedikit sampai siswa dapt menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.
Pengajaran ditekannkan pada proses top-down yang berarti siswa mulai dengan
masalah masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau
menemukan keterampilan – keterampilan dasar yang diperlukan.
E.
PEMBELAJARAN
Unsur – unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri
siswa agar pembelajaran lebih efektif adalah sebagai berikut ( Lundgren, 1994:5
).
- Para siswa harus mempunyai presepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.
- Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
- Para siswa harus berpandangan mereka semua memiliki tujuan yang sama.
- Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompoknya.
- Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
- Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok.
Beberapa keuntungan dalam pembelajaran CTL, antara lain
adalah sebagai berikut :
- Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan menjunjung tinggi norma – norma kelompok.
- Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama – sama berhasil.
- Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
- Interksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
- Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognotif yang non – konservatif.
F.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN CTL
Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam
pembelajaran yang mempergunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai
dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran atau indicator pencapaian dan
memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi.
Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Untuk lebih jelasnya
tahap pembelajaran kooperatif lebih lanjut terdapat pada table dibawah ini :
Tabel 2.2 “ Tahapan Pembelajaran CTL “
FASE
|
TINGKAH
LAKU GURU
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan yang
ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
|
Fase 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyampaikan informasi kepada
siswa dengan demonstran atau lewat bacaan
|
Fase 3
Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa cara
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar bekerja sama
|
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
|
Guru membimbing kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas
|
Fase 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari atau mempresentasikan hasil kerja masing
– masing kelompok
|
G.
TUJUAN PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu :
a). Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif
bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif ini dapat memberi keuntungan pada siswa
kelompok rendah maupun kelompok tinggi yang bekerjasama menyelesaikan tugas –
tugas akademik. Siswa kelompok tinggi akan menjadi tutor bagi kelompok rendah.
Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok tinggi akan meningkatkan kemampuan
akademiknya karena memberikan pelayanan sebagai tutor.
b). Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif
memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk
saling bekerjasama, saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama
dan melalui penggunaan structural penghargaan kooperatif, belajar untuk
menghargai satu sama lain atas tugas bersama dan melalui penggunaan structural
penghargaan kooperatif, belajar menghargai satu sama lain.
H.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN CTL
Tujuan dari pembelajaran CTL adalah menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik – teknik
pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada
pembelajaran kooperatif dan kelompok pembelajaran tradisional adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.3 “ Perbedaan Pembelajaran CTL dan Pembelajaran Traditional
“
Kelompok Pembelajaran CTL
|
Kelompok Pembelajaran
Traditional
|
·
Kepemimpinan Bersama
|
·
Satu pemimpin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan hasil penelitian Thomson ( Lundgren 1, 1994
) pembelajaran CTL sangat kooperatif karena mempunyai beberapa manfaat sebagai
berikut :
a.
Meningkatkan pencurahan waktu
pada tugas
b.
Meningkatkan rasa harga diri
c.
Memperbaiki kehadiran
d.
Saling memahami adanya
perbedaan individu
e.
Mengurangi perilaku yang
mengganggu
f.
Mengurangi konflik antara
pribadi
g.
Mengurangi siakp apatis
h.
Meningkatkan hasil belajar
i.
Memperbesar retensi
j.
Meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi
Selain mempunyai kelebihan pembelajaran kooperatif juga
mempunyai kekurangan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang
tidak aktif. Hal ini terjadi bila dalam satu kelompok hanya mempunyai
permasalahan. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut :
- Tiap – tiap anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian – bagian kecil dari permasalahan kelompok.
- Tiap – tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis dari anggota kelompok yang ada, maka tiap anggota kelompok harus benar – benar mempelajari isi permasalahan secara keseluruhan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
SETTING PENELITIAN
Karakteristik sekolah
1.
Karakteristik Lokasi :
a. Nama Sekolah :
SMKN 1 Surabaya
b. Alamat Sekolah :
Jl. SMEA No. 4 Surabaya
c. Kelas / Semester :
XI/Genap
d. Lingkungan Fisik :
Lokasi sekolah adalah dikota, dekat dengan
jalan raya
2.
Karakteristik siswa
a. Komposisi siswa :
36 ( Perempuan dan Laki - laki )
b. Kemampuan Akademis : Heterogen
c. Motivasi belajar : Kurang
d. Latar Belakang Sosial / Ekonomi : Menengah kebawah
3.
Karakteristik Guru
a. Nama Guru :
Dra. M. Endah Setyaningsih
b. Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 12 Nov 1957
c. Pendidikan :
S1 – Ekonomi Koperasi
d. Agama :
Islam
e. Kebangsaan :
Indonesia
B.
PERSIAPAN PENELITIAN
Persiapan ini merupakan tindakan kelas ( Action Research Classroom ) karena
penelitian ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalh yang nyata
dalam pendidikan. Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan
penelitian adalah memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi
yang akan disampaikan. Dalam hal ini penelititan memilih metode pembelajaran
CTL yang kemudian membuat satuan pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat
pembelajaran dll.
C.
SIKLUS PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan
dalam 2 siklus, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yakni 3 jam
pelajaran untuk pokok bahasan sebagai berikut :
1. Materi pembelajaran siklus 1 : Mengoperasikan
software Pengolah Kata
2. Materi pembelajaran siklus 2 : Mengimplementasikan
software Pengolah Kata
Pada tiap putaran terdiri atas 4 tahap, yaitu :
1. Rancangan
2. Kegiatan dan pengamatan
3. Refleksi
4. Revisi
D.
INSTRUMEN
Instrumen yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah :
- Lembar Tes
Dalam penelitian ini post tes digunakan untuk mengetahui
sejauh mana ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan model
pembelajaran CTL. Berdasarkan GBPP SMK Tahun 2006 : bahwa siswa akan tuntas
belajar bila ia telah memperoleh skor 65% atau nilai 65. Tuntas dalam hal ini
adalah siswa telah berhasil belajar pada materi kehidupan masyarakat dan pada
masa Mengoperasikan Software
Pengolah Kata.
- Lembar Observasi
Lembar Observasi yang dipergunakan berupa lembar
pengamatan pengelolaan pembelajaran CTL dan lembar observasi aktifitas guru dan
siswa, apakah kegiatan pembelajaran tersebut berpusat pada guru atau berpusat
pada siswa.
E.
ANALISIS DAN REFLEKSI
a) Metode
Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada
saat pembelajaran konvensional dikelas XI MM 1 pada kompetensi dasar “ Mengoperasikan
Software Pengolah Kata “.
2. Metode Tes
Dalam penelitian ini digunakan tes setelah mendapat
perlakuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketuntasan belajar siswa
terhadap materi yang disampaikan melalui model pembelajaran CTL.
b) Metode
Analisis Data
Dalam penelitiaan ini analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis ini adalah nilai tes presentasi
belajar KKPI pada kompetensi dasar “Mengoperasikan Software Pengolah Kata “,
data pengamatan keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran CTL. Analisis
data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Data hasil
ketuntasan belajar siswa.
Secara individual, siswa telah tuntas belajar jika mencapai skor 65
% atau nilai 65 dengan perhitungan sebagai berikut ( Depdikbud, 1994 ):
Skor Siswa =
x 100%

Suatu kelas dinyatkan tuntas belajar jika terdapat
85 % dari jumlah siswa
telah tuntas belajar. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa
secara klasikal :

Skor Siswa =
x 100%

2. Data hasil
pengamatan aktifitas guru dan aktifitas siswa
Observasi terhadap aktifitas siswa terhadap aktifitas siswa yang
dilakukan selama pembelajaran berlangsung 1 menit. Hasil observasi dianalisis
dengan jumlah aktifitas siswa yang dilakukan dibagi jumlah siswa yang melakukan
aktifitas dibagi waktu keseluruhan dikali 100 %.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN CTL
Hasil Pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran
pada setiap siklus menggunakan instrumental, yang rinci perhitungan
reliabilitas instrumen pengelolaan pembelajaran CTL dapat dilihat pada lampiran
instrumen 1a, 1b. secara ringkas hasil pengelolaan tersebut disajikan dalam
tabel 4.1
TABEL
4.1
PENILAIAN
PENGELOLAAN MELALUI PEMBELAJARAN CTL
No.
|
Aspek yang diamati
|
Skor Tiap RP
|
Skor
Rata - Rata
|
Katagori
|
|
RP 1
|
RP 2
|
||||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
Pengelolaan Waktu
Pengamatan
Suasana Kelas
|
33,3
3,08
3,00
3,00
3,25
|
3,50
3,67
3,50
3,00
3,75
|
3,42
3,38
3,25
3,00
3,50
|
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
|
Dari data tabel 4.1 menunjukkan skor rata-rata
untuk masing –masing kategori pengamatan KBM secara umum kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran CTL adalah baik. Guru mampu mengoperasikan pembelajaran
dan alokasi waktu yang sesuai dengan membuat siswa lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran.
Pengamatan dilakukan oleh rekan guru sebanyak dua
orang pengamat Sri Retna Pratiwi, S.Pd dan Nupiah Hartatik, A.Md sehingga hasil
pengamatan dapat dipercaya dalam penghitingan reliabilitas instrumen yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
TABEL 4.2
RELIABILITAS INSTRUMEN PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN CTL
Pengamatan Terhadap
|
Reliabilitas Tiap RP ( %
)
|
|
RP 1
|
RP 2
|
|
Guru
|
97,52
|
98,50
|
Dari data tabel 4.2 terlihat reliabilitas pengelolaan melalui
pembelajaran CTL pada masing masing RP melebihi 75% sehingga instrumen yang
digunakan (Instrumen ) termasuk katagori instrumen yang baik.
B.
RESPON SISWA TERHADAP KBM (TABEL 4.3)
TABEL 4.3
RESPON SISWA TERHADAP KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR
No.
|
Uraian Kegiatan Belajar
Mengajar
|
Respon Siswa
|
|
Senang
|
Tidak
|
||
I.
|
Pendapat Siswa
terhadap komponen Kegiatan
Belajar mengajar
sebagai berikut :
1.
Materi
2.
Bahan Tertulisnya
3.
Lembar Kerja Siswa
4.
Suasana Kelas
5. Penampilan
Gurunya
6. Cara Guru
Mengajar
|
34
36
36
34
35
35
|
2
-
-
2
1
1
|
II.
|
Pendapat Siswa
terhadap komponen Kegiatan sebagai berikut :
5.
Materi
6.
Bahan Tertulisnya
7.
Lembar Kerja Siswa
8.
Suasana Kelas
5. Penampilan
Gurunya
6. Cara Guru
Mengajar
|
Baru
|
Tidak Baru
|
36
36
36
35
35
35
|
-
-
-
1
1
1
|
Dari tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa
berminat mengikuti KBM berikutnya dengan metode Pembelajaran CTL..
C.
KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA
Tes hasil belajar siswa diperoleh dari setiap individu dengan
kemampuan masing – masing untuk dapat melihat tingkat keberhasilan proses
pembelajaran melalui model pembelajaran CTL. Tes hasil belajar yang diberikan
kepada siswa berupa kuis dimana RP-1 selama 30 menit siswa menyelesaikan 5 soal
essay dan pada RP-2 selama 25 menit siswa menyelesaikan 5 soal essay. Hasil
evaluasi ini bersifat sebagai data kemudian diperoleh prosentase ketuntasan
belajar berdasarkan standart ketuntasan minimal (SKM). Sedangkan SKM mata
pelajaran KKPI SMK Negeri 1 Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I rata-rata kemampuan
mencapai 69.4% dengan ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 88%,
pada siklus II rata-rata kemampuan siswa mencapai 75.1% dengan ketuntasan hasil
belajar secara klasikal 97%. Hasil observasi suasana kelas selama proses
pembelajaran PBL pada siklus I sebesar 63,33% dalam kategori cukup dan
meningkat pada siklus II sebesar 90 % yang termasuk kategori sangat baik.
Keaktifan siswa selama proses pembelajaran PBL pada siklus I mencapai 60% yang
termasuk kategori cukup dan meningkat pada siklus II mencapai 90% dalam
kategori sangat baik. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus I
mencapai 85.8% dalam kategori baik dan meningkat pada siklus II mencapai 94,2%
yang termasuk sangat baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian perangkat pembelajaran KKPI
dengan kompetensi Mengoperasikan Software Pengolah Kata di SMK Negeri 1
Surabaya yang dilakukan dengan siklus
dapat disimpulkan :
- Secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran CTL adalah baik. Guru dapat mengoperasikan dan alokasi waktu yang sesuai dengan skenario sehingga membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran.
- Menurut data hasil pengelolan diskriptif tentang respon siswa dalam KBM menunjukkan bahwa terbesar guru digunakan untuk membimbing siswa, mendorong dan melatih kemampuan kooperatif dan keterampilan proses, sedang waktu sebanyak siswa digunakan untuk mengerjakan LKS dalam kelompok belajar, diskusi antar siswa dan guru dengan demikian secara umum proses pembelajaran ini berpusat pada siswa merasa senang mengikuti KBM.
- Pada pembelajaran CTL terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kedua siklus.
B.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran
–saran sebagai berikut :
- Kegiatan yang saat itu sehingga berlangsung secara alami hanya mengalami perubahan system/strategi mengajar.
- Untuk lebih memperkuat wawasan penelitian tindakan kelas diperlukan kolabratif dengan sekolah lain khususnya para guru yang serumpun bidang keilmuannya dan kolaboratif pula dengan Kepala Sekolah serta rekan guru agar lebih mendapat dukungan moril dan material.
- Perlu diketahui bersama bahwa tidak ada satu strategi belajar/model pembelajaran yang ampuh untuk dilakukan pada setiap topik/konsep pembelajaran, oleh karena itu untuk memilih strategi pembelajaran diperlukan beberapa analisis.
- Penelitian ini dapat ditindak lanjuti sampai siklus berikutnya sehingga dapat diperoleh hasil pengamatan yang lebih valid mengingat hasil yang diperoleh dari dua siklus menujukkan keterampilan proses yang meningkat dan kompetisi kelompok yang sedang berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud.
1999. Penelitian Tindakan (ActionResearch). Bahan Pelatihan Jakarta: Dikdasmen Depdikbud.
Eanes, R.
1997. Content Area Literacy: Teaching
Today’s and Tomorrow. New York: Delmar Publisher.
Elliot,
J. 1991. AN. Action Reseach for
Educational Change. Buckingham: Open University Press.
Federikson,
J. & Collins, A. 2002. What is
Authentic Assesment: Term and Condition of Use. Hougton Mifflin Company
(online),
(http://www/eduplace.com/rdg/res/litass/,
diakses 28 Desember 2002).
Hammond,
L.D. dan Snyde, J.D.2001. Authentic
Assesment of Reaching Indonesia Context, U.S. Departemen Education
(online), (http:www.Contextual.org/abs2.htm., diakses 29 Oktober 2001 oleh
Darmono).
Nurhadi
& Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang.
O’Malley,
J.M. & Piece, L.V. 1996. Authentic
Assessment for Ennglish Language Learners: Practical Approaches For Teachers. Virginia:
Addison-Wesley.
Puhl, C.
1997. Develop, Not Judge: Continuous Assesment in the ESL Classroom. English Teaching Forum, April 1997, pp
2-9.
Tompkins,
G.E & Hoskisson, K. 1991. Language
Arts : Content and Teaching Strategis. New York: Macmillan.
loading...
No comments:
Post a Comment