loading...
. Latar Belakang
Proses
belajar mengajar merupakan suatu system pembelajaran yang mengandung sejumlah
komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Oleh
karena dalam mengembangkan suatu kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya
memperhatikan materi, metode dan evaluasi saja. Tetapi harus memperhatikan terciptanya
proses pembelajaran yang membelajarkan siswa (pembelajaran aktif/active learning).
Menurut
Sardiman dalam (Mudin 1999:2) dalam pelaksanaan belajar secara aktif pada guru
akan terlihat adanya:
Usaha mendorong dan membina gairah
belajar/ partisipasi secara efektif. Kemampuan menjalankan fungsi / peranan
sebagai guru inkuiri. Tidak mendominir kegiatan dan proses belajar siswanya. Memberi
kesempatan kepada siswanya untuk belajar menurut keadaan, cara. Dan kemampuan masing-masing. Menggunakan
berbagai jenis strategi belajar mengajar serta pendekatan multimedia.
Dengan
melihat prinsip belajar di atas, maka faktor
keaktifan siswa sangat menentukan, namun dalam kenyataannya banyak
interaksi dalam pembelajaran hanya satu arah yakni dari guru ke siswa (teaching
centre). Fungsi dan peran guru menjadi amat dominan, dilain pihak siswa hanya
menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya.
|
Bila
kondisi kegiatan pembelajaran seperti ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menyebabkan
mutu hasil belajar siswa akan tetap
rendah karena pelajaran yang membosankan dan tidak menarik sehingga siswa tidak
termotivasi untuk mengikutinya. Berdasarkan kenyataan tersebut guru dirasa
sangat perlu menerapkan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa sehingga mutu hasil belajar IPA Fisika dapat ditingkatkan. Salah
satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar
adalah model pembelajaran Group Investigation. Group investigation adalah penemuan yang
dilakukan secara berkelompok: murid/ siswa secara berkelompok mengalami dan
melakukan percobaan dengan aktif yang memungkinkannya menemukan prinsip
Berdasarkan observasi penulis, diketahui bahwa proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas
VIII. 7 (SBI) SMP Neberi 6 Kota Banda Aceh saat ini masih dominan menggunakan
metode ceramah dalam penyampaian materi pelajaran dan guru masih belum aktif
memilih merode dan media yang sesuai, sehingga menyebabkan siswa tidak aktif
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil
belajar siswa. Untuk itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMP
Negeri 6 Banda Aceh dengan judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar IPA Fisika Pada Pokok Bahasan Cahaya Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6
Banda Aceh
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:
- Apakah melalui Model Pembelajaran Kooperatif Type - GI dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA fisika pokok bahasan Cahaya siswa kelas VIII di SMP N 6 Kota Banda Aceh?
- Apakah melalui Model Pembelajaran Kooperatif Type - GI dapat meningkatkan hasil belajar IPA fisika pokok bahasan cahaya siswa kelas VIII di SMP N 6 Kota Banda Aceh?
Penelitian ini mempunyai tujuan
untuk :
- Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Type - GI pada mata pelajaran IPA fisika pokok bahasan cahaya siswa kelas VIII di SMP N 6 Kota banda Aceh.
- Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Type - GI pada mata pelajaran IPA fisika pokok bahasan cahaya siswa kelas VIII di SMP N 6 Kota Banda Aceh.
D. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
a. Bagi siswa
Meningkatkan .keaktifan siswa dalam
belajar sehingga hasil belajar yang dicapai juga meningkat
b. Bagi guru
Dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dan
masukan dalam upaya peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran.

TINJAUAN PUSTAKA
A.
Hakikat Belajar
Belajar
adalah suatu perubahan dalam pribadi yang menyatakan dirinya sebagai pola baru
daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan atau sebagai suatu pengertian.
Menurut Winkel (1996 :53) “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap
dimana perubahan tersebut bersifat konstan”. Menurut Hamalik (201:30) “belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dasar
pengalaman. Jadi belajar harus membawa perubahan yang positif pada diri
seseorang baik itu berupa kemampuan berfikir, sikap, perasaan dan tingkah
lakunya”.
B. Hasil Belajar
Belajar
sesungguhnya adalah ciri khas manusia yang merupakan bagian dari hidupnya,
berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, baik disekolah, dirumah,
dijalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Menurut Arsyad
(2000: 1) “Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya”. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
|
Menurut
Nawawi (1998:20) “hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam
mencapai mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran”. Menurut Slameto (1992 : 22) “dikatakan bahwa Hasil belajar adalah
“suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dalam
penelitian ini hasil belajar didefinisikan sebagai suatu keberhasilan dan
kompetensi yang diperjuangkan dan atau
dimiliki oleh siswa melalui suatu proses ketrampilan, ketekunan, pengerahan
segala sesuatu yang ada pada diri siswa tersebut.
C.
Aktivitas Belajar Siswa
Menurut
Gulo (2004 :73-74) “aktivitas siswa adalah keterlibatang langsung siswa dalam
proses belajar mengajar secara emosional dan fisik”. Sedangkan menurut Imron
(1995:107) “aktivitas siswa adalah keikutsertaan siswa dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung, secara aktif baik fisik, mental, maupun
emosional dari siswa itu sendiri”.
Dalam
kamus bahasa Indonesia aktivitas berarti melakukan kegiatan atau melakukan
kesibukan. Sedangkan menurut Usman (1996:22), “aktivitas belajar siswa adalah
aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental”. Maka dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar siswa adalah kegiatan jasmaniah maupun kegiatan mental dalam
proses pembelajaran.
Paul
B. Diedrich dalam Nasution (2000:91) menyusun daftar yang berisi 8 macam
kegiatan yang dilakukan peserta didik pada saat pembelajaran. Kegiatan tersebut
meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa. Aktivitas-aktivitas tersebut
adalah:
- Aktivitas visual (Visual activities), seperti membaca,memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, memperhatikan pekerjaan orang lain dan lain-lain.
- Aktivitas lisan (Oral activities), seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi dan lain-lain.
- Aktivitas mendengarkan (Listening activities), seperti mendengarkan uraian,percakapan, diskusi dan lain-lain.
- Aktivitas menulis (Writing activities), seperti menulis laporan, test, menyalin dan sebagainya.
- Aktivitas menggambar ( Drawing activities), seperti menggambar, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.
- Aktivitas berfikir (Mental activities), seperti menanggapi, mengingat, membuat grafik, diagram,pola dan sebagainya.
- Aktivitas gerak (Motion activities), seperti melakukan percobaan, demonstrasi dan sebagainya.
- Aktivitas emosi (Emotional activities), seperti penuh perhatian, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.
D. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran
yang menekankan pada proses kerjasama dalam suatu kelompok siswa untuk
mempelajari suatu materi yang spesifik sampai tuntas. Kerjasama disini dimaksudkan setiap anggota
kelompok harus saling bantu satu sama lain. Oleh karena itu setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.
Melalui pembelajaran
kooperatif siswa didorong untuk kerjasama secara maksimal dengan kelompoknya.
Setiap anggota kelompok harus saling membantu. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan
keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompoknya.
Menurut Nur (2005:2) bahwa ”dalam
model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok tersebut
beranggotakan heterogen”. Keuntungan kelompok heterogen
dijelaskan Lie (2004:43) sebagai berikut : ”Kelompok heterogen memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling mengajar dan mendukung, menigkatkan
interaksi di antara siswa,memberikan
kemudahan dalam pengelolaan kelas”. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu tipenya. Beberapa variasi model pembelajaran kooperatif menurut Lufri
(2006:2) adalah :
1)
Student Teams Achievement
Divisions (STAD)
2)
Jigsaw
3)
Group Investigation
4)
Think-Pair-Shere
5)
Numbered-Head-Together
6)
Teams-games-Tournaments (TGT)
Menurut Lie (2005:111) proses pembelajaran kooperatif mempunyai
beberapa manfaat yaitu :
a) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
bekerja sama.
b) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan
untuk menghargai perbedaan.
c) Meningkatkan partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran.
d) Mengurangi kecemasan siswa dalam proses
pembelajaran.
e)
Meningkatkan motivasi, harga
diri dan sikap positif.
f)
Meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan motivasi siswa belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan
dari pada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim
belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi
prestasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang mereka
pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Enam tahapan model pembelajaran kooperatif
tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase 1
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi
Fase 2
Menyajikan
informasi
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan
penghargaan
|
Guru
menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok melakukan
transisi secara efisien.
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Guru
mengevaluasi hasil belajar materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan kerjanya.
Guru mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
|
E.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Model
adalah “representasi realitas yang disajikan dengan suatu derajat struktur dan
urutan”. ( Richey, 1986 : 41). Group investigation adalah penemuan yang
dilakukan secara berkelompok: murid/ siswa secara berkelompok mengalami dan
melakukan percobaan dengan aktif yang memungkinkannya menemukan prinsip.
Langkah-langkah
pembelajaran Group Investigation :
1)
Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2)
Guru
menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3)
Guru
memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dengan kelompok lain
4)
Masing-masing
kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
5)
Setelah
selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan
kelompok
6)
Guru
memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7)
Evaluasi
8)
Penutup
Model pembelajaran Group Investigation ini
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Dengan model pembelajaran iniaktivitas belajar siswa meningkat dan hasil
pembelajarannya diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMPN 6 Banda Aceh yang memiliki kelas bertaraf
internasional . Subyek penelitian adalah kelas
VIII-7 dengan jumlah siswa 21
orang, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, dengan tingkat
rata-rata kemampuan tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret dan April
Tahun Pelajaran 2008-2009. Peneliti adalah guru IPA peserta Sertifikasi Guru
jalur Pendidikan di FKIP Universitas Syiah Kuala banda Aceh dan berkolaborasi
dengan 2 teman pesrta sertifikasi guru, yang berperan sebagai pengamat.
B.
Subyek dan Obyek Penelitian
Untuk menjawab
persoalan tersebut di atas, ada beberapa Subjek dan Objek Subjek dalam
penelitan adalah :
1.
Siswa,
yaitu degan melihat aktifitas belajar siswa kelas kalas VIII.7 Banda Aceh pada
mata pelajaran IPA Fisika. Apakah model pembelajaran tipe Group Investigation
telah dapat meningkatkan aktifitas dan
hasil belajar siswa
2.
|
C.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Banda
Aceh yaitu di kelas VIII.7 yang merupakan salah satu kelas Bilingual (SBI).
Waktu pelaksanaan Penelitian ini adalah selama kurang lebih 2 bulan yaitu saat peneliti
melakukan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) dari bulan Maret sampai dengan
Mei 2009.
D.
Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus yang
dilaksanakan sesuai dengan perubahan
yang ingin dicapai dan sesuai dengan faktor yang diteliti. Untuk melihat aktifitas belajar siswa, maka dicoba
model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation. Dari evaluasi dan observasi awal
maka dalam refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dengan
prosedur (1) perencana (planning),
(2) pelaksanaan tindakan (action),
(3) observasi (observation), dan (4)
refleksi (reflection) dalam setiap
siklus. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus pertama dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencaaan ini adalah :
a)
Membuat perencanaan proses
pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation.
b)
Mempersiapkan LKS sesuai materi
ajar dan alat bantunya.
c)
Membentuk
kelompok siswa secara heterogen terdiri dari 5 – 6 orang.
d) Mendisain alat evaluasi untuk melihat
hasil belajar siswa.
e)
Membuat
lembar observasi , untuk melihat bagaimana aktifitas siswa dan guru dalam
proses pembelajaran di kelas ketika model kooperatif tipe Group Investigation
diterapkan.
b. Pelaksanaan tindakan (action)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini
adalah :
a)
Melaksanakan skenario proses
pembelajaran .
b)
Mengawasi dan mengamati setiap
aktifitas yang dilakukan siswa dan guru oleh observer.
c)
Memberikan
tes akhir / kuis diakhir pembelajaran.
d)
Menjelaskan tugas selanjutnya
yang akan dilakukan siswa.
c. Observasi
(observation)
Menggunakan lembaran observasi , untuk :
a)
Pencatatan data aktifitas siswa bersamaan dengan tindakan yang
berlangsung , yang dilakukan oleh pengamat (observer).
b)
Menginterpretasikan
dan melihat kesesuaian data penelitian
dengan teori yang diajukan.
d.
Refleksi (reflection)
Menganalisis
data yang telah dikumpulkan dari
hasil observasi untuk :
a)
Mengevaluasi kelemahan/kendala
yang dicatat observer untuk di perbaiki
pada siklus berikutnya.
b)
Menyusun
kembali perencanaan untuk siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan (planning)
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencaaan ini adalah :
a)
Membuat perencanaan proses
pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan refleksi pada
siklus I
b)
Mempersiapkan LKS sesuai materi
ajar dan alat bantunya.
c)
Membentuk
kelompok siswa secara heterogen terdiri dari 5 – 6 orang.
d) Mendisain alat evaluasi untuk melihat
hasil belajar siswa.
e)
Membuat
lembar observasi, untuk melihat bagaimana aktifitas siswa dan guru dalam proses
pembelajaran di kelas ketika model kooperatif tipe Group Investigation
diterapkan.
f)
Meenekankan
kepada siswa tentang efisiensi waktu, karena berdasarkan refleksi pada siklus I
siswa kurang aktif dan kekurangan waktu dalan melaksanakan kegiatan.
b. Pelaksanaan tindakan (action)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini
adalah :
a)
Melaksanakan skenario proses
pembelajaran .
b)
Mengawasi dan mengamati setiap
aktifitas yang dilakukan siswa dan guru oleh observer.
c)
Membrikan reward berupa
bintang, pada akhir kegiatan pembelajaran bintang tersebut dikumpul setelah
diberi nama
d)
Memberikan
tes akhir / kuis diakhir pembelajaran.
e)
Menjelaskan tugas selanjutnya
yang akan dilakukan siswa.
c.
Observasi (observation)
Menggunakan lembaran observasi , untuk :
a)
Pencatatan data aktifitas siswa bersamaan dengan tindakan yang
berlangsung , yang dilakukan oleh pengamat (observer).
b)
Menginterpretasikan
dan melihat kesesuaian data penelitian
dengan teori yang diajukan.
c)
Memberikan
saran untuk perbaikan berikutnya
e.
Refleksi (reflection)
Menganalisis
data yang telah dikumpulkan dari
hasil observasi dan saran dari pengamat untuk
:
a)
Mengevaluasi kelemahan/kendala
yang dicatat observer untuk di perbaiki
pada siklus berikutnya.
b)
Menyusun
kembali perencanaan untuk siklus berikutnya.
Siklus III
a. Perencanaan (planning)
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencaaan ini adalah berdasarkan
refleksi pada siklus II:
a)
Membuat perencanaan proses
pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation.
b)
Mempersiapkan LKS sesuai materi
ajar dan alat bantunya.
c)
Membentuk
kelompok siswa secara heterogen terdiri dari 5 – 6 orang.
d)
Mendisain
alat evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa.
e)
Menyiapkan
slide animasi baik dalam bentuk power point maupun macromedia flash
f)
Membuat
lembar observasi, untuk melihat bagaimana aktifitas siswa dan guru dalam proses
pembelajaran di kelas ketika model kooperatif tipe Group Investigation
diterapkan.
b. Pelaksanaan tindakan (action)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini
adalah :
a)
Melaksanakan skenario proses pembelajaran
.
b)
Mengawasi dan mengamati setiap
aktifitas yang dilakukan siswa dan guru oleh observer.
c)
Melakukan penguatan materi
dengan menggunakan media visual berupa power point dan macromedia flash
d)
Memberikan
tes akhir / kuis diakhir pembelajaran.
e)
Menjelaskan tugas selanjutnya
yang akan dilakukan siswa.
c.
Observasi (observation)
Menggunakan lembaran observasi , untuk :
a)
Pencatatan data aktifitas siswa bersamaan dengan tindakan yang
berlangsung , yang dilakukan oleh pengamat (observer).
b)
Menginterpretasikan
dan melihat kesesuaian data penelitian
dengan teori yang diajukan.
f.
Refleksi (reflection)
Menganalisis
data yang telah dikumpulkan dari
hasil observasi untuk :
a)
Mengevaluasi kelemahan/kendala
yang dicatat observer untuk di perbaiki
pada siklus berikutnya.
b)
Menyusun
kembali perencanaan untuk siklus berikutnya. Karena tujuan penelitian sudah
tercapai, maka siklus berikutnya tidak dilaksanakan.
E. Data dan Cara Pengambilan
Data
1.
Sumber data : sumber data
penelitian ini adalah siswa dan guru.
2.
Jenis data : Jenis data yang
didapat adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari ;
a.
Rencana kegiatan pembelajaran.
b.
Hasil belajar siswa dari tes
yang dilakukan setelah proses pembelajaran dilaksanakan.
c.
Data hasil observasi terhadap
pelaksanaaan pembelajaran yang meliputi siswa dan guru selama proses pembelajaran, adapun aktifitas siswa
yang diamati :
·
Mengerjakan
LKS / tugas sesuai prosedur.
·
Aktifitas mengajukan pertanyaan
·
Aktifitas
menjawab/menanggapi pertanyaan.
·
Aktifitas membuat kesimpulan
·
Aktifitas membuat laporan
3.
Cara pengambilan data
a.
Data hasil belajar diambil
dengan memberikan tes kepada siswa
setelah proses pembelajaran dengan model pembelajaran GI dilaksanakan.
b.
Data tentang aktifitas belajar
siswa dan aktifitas mengajar guru pada saat dilaksanakannya tindakan diambil
dengan menggunakan lembaran observasi.
c.
Data tentang refleksi diambil
dari perubahan yang terjadi di kelas oleh siswa dan guru yang dibuat oleh
pengamat dan guru.
d.
Data tentang keterkaitan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe GI diperoleh dari RPP
dan lembaran observasi.
F. Teknik Analisis Data
Data
tentang aktifitas setiap aktifitas belajar siswa dilihat dengan menggunakan
format observasi aktifitas siswa, kemudian ditabulasikan, apakah aktifitasnya
meningkat atau tidak. Hasil data ini dapat dinyatakan dengan baik atau kurang
baik.
Kriteria
klasifikasi persentase aktifitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw menurut Suharsimi Arikunto (1989: 214) adalah:
1.
81-100 % baik sekali
2.
61-80 % baik
3.
41-60 % cukup
4.
21-40 % kurang
5.
0-20 % kurang sekali
|
Keterangan :
P = Angka persentase siswa.
F = Frekwensi aktifitas siswa.
N = Jumlah siswa.
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah
bila terjadi peningkatan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa yang di
hitung berdasarkan persentase pada setiap siklusnya.
Kriteria hasil belajar siswa menggunakan rata-rata tes ulangan harian.
Sekurang-kurangnya siswa lulus secara klasikal sebanyak 75% . Siswa lulus
secara individual jika nilai yang diperoleh minimal 70 (sesuai kriteria
ketuntasan minimal matapelajaran IPA di SMPN 6 Banda Aceh kelas VIII).
Untuk keaktifan siswa dikatakan berhasil bila mencapai
persentase baik yaitu antara 61 - 80 % dan sangat baik jika melebihi 80% siswa
yang aktif. Dengan arti kata penelitian akan berhasil dan sangat baik jika ada
peningkatan aktivitas belajar siswa mencapai > 80 % setelah proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Aktivitas Siswa
Kegiatan pembelajaran dilakukan tiga siklus. Siklus
pertama dilakukan selama dua kali
pertemuan (enam jam pelajaran), pertemuan pertama dilakukan kegiatan
pembelajaran dengan mengamati aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Group Investigation, sedangkan kegiatan tes
hasil belajar dilakukan pada pertemuan kedua sekaligus melaksanakan pembahasan
serta perencanaan kegiatan pada siklus kedua. Demikian juga pada siklus II, dan
III. Hasil tindakan pada tiap siklus
ditampilkan pada tabel sebagai berikut.
TABEL 2. REKAPITASI AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
|
|||||||
MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
|
|||||||
PADA
SIKLUS I, SIKLUS II, DAN SIKLUS III
|
|||||||
AKTIVITAS
|
JUMLAH SISWA
|
||||||
SKLUS I
|
SKLUS II
|
SIKLUS III
|
|||||
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
||
1
|
Bekerja berdasarkan petunjuk
LKS dalam kelompok
|
12
|
57.14%
|
16
|
76.19%
|
21
|
100.00%
|
2
|
Mengajukan pertanyaan
|
5
|
23.81%
|
12
|
57.14%
|
17
|
80.95%
|
3
|
Menjawab pertanyaan
|
7
|
33.33%
|
16
|
76.19%
|
19
|
90.48%
|
4
|
Mengemukakan pendapat
|
6
|
28.57%
|
11
|
52.38%
|
17
|
80.95%
|
5
|
Membuat kesimpulan
|
13
|
61.90%
|
17
|
80.95%
|
21
|
100.00%
|
6
|
Membuat laporan
|
15
|
71.43%
|
21
|
100.00%
|
21
|
100.00%
|
RATA – RATA
|
9.7
|
46.03%
|
16
|
73.81%
|
19
|
92.06%
|
|
a. 80 – 100 :
Aktivitas siswa sangat tinggi
b. 60 - 80 :
Aktivitas siswa tinggi
c. 40 - 60 :
Aktivitas siswa cukup
d. 20 - 4 0 :
Aktivitas siswa rendah
e. 0 - 20 : Aktifitas siswa sangat rendah
Berdasarkan data pada tabel dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa siswa telah menampakkan peningkatan aktivitas baik dari siklus I ke siklus II maupun siklus II ke siklus III. Hal ini dapat terlihat dari persentase rata-rata
siswa yang aktif dalam belajar meningkat.
Selain aktivitas secara Individu. Dlam pelaksanaaan
pembelajaran juga diamati aktivitas siswa secara kelompok, Adapun hasil
pengamatan aktivitas siswaa secara kelompok digambarkan seperti tabel berikut
ini :
TABEL 3 . DAFTAR PROSENTASE KENAIKAN KINERJA KELOMPOK
|
|||||||||
DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
|
|||||||||
GROUP
INVESTIGATION
|
|||||||||
NO
|
NAMA KELOMPOK
|
SIKLUS 1
|
SIKLUS 2
|
SIKLUS 3
|
% Skls 1 ke 2
|
% Sikls 2 ke 3
|
|||
1
|
CERMIN
(A)
|
68.00
|
76.00
|
88.00
|
11.76%
|
15.79%
|
|||
2
|
LENSA
(B)
|
66.00
|
74.00
|
84.00
|
12.12%
|
13.51%
|
|||
3
|
REFLEKSI
(C)
|
72.00
|
76.00
|
90.00
|
5.56%
|
18.42%
|
|||
4
|
REFRAKSI
(D)
|
64.00
|
68.00
|
84.00
|
6.25%
|
23.53%
|
|||
RATA –
RATA
|
67.50
|
73.50
|
86.50
|
8.92%
|
17.81%
|
||||
Kriteria Penskoran
|
|||||||||
Skore
|
Kriteria
|
Nilai
|
|||||||
5
|
Sangat
Baik
|
> 91
|
|||||||
4
|
Baik
|
71 – 90
|
|||||||
3
|
Cukup
baik
|
51 – 70
|
|||||||
2
|
Kurang
Baik
|
31 – 50
|
|||||||
1
|
Tidak
baik
|
< 30
|
|||||||
Dari
tabel 3 diatas diperoleh bahwa terdapat
kenaikan aktivitas kinerja kelompok dalam hal menyiapkan percobaan,
melaksanakan percobaan, kerjasama, mengakhiri percobaan dan menyusun laporan
sementara.
2. Aktivitas Guru
Selain aktivitas siswa, aktivitas guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Group
Investigationa juga diamati oleh obsever.
Demikian juga pada siklus II, dan III.
Hasil obeservasi kegiatan guru
pada tiap siklus ditampilkan pada tabel sebagai berikut :
TABE
L
|
|||
TABEL 4. REKAPITASI KEGIATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
|
|||
MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN G I
|
|||
PADA
SIKLUS I, SIKLUS II, DAN SIKLUS III
|
|||
NO
|
SIKLUS
|
PERENCANAAN
|
PELAKSANAAN
|
1
|
KE 1
|
5.00
|
3.86
|
2
|
KE 2
|
5.00
|
4.57
|
3
|
KE 3
|
5.00
|
4.71
|
KETARANGAN
|
|||
4,50
- 5,00
|
SANGAT BAIK
|
||
3,50
- 4,40
|
BAIK
|
||
2,50
- 3,40
|
CUKUP BAIK
|
||
1,50
- 2,40
|
KURANG BAIK
|
||
0,00
- 1,40
|
TIDAK MELAKUKAN
|
Dari
tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam merencanakan pembelajaran
sangat baik. Namun dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I perlu
perbaikan, dan ternyata pada siklus II dan III guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik.
3. Hasil Belajar Siswa
Kegiatan untuk memperoleh data tentang hasil belajar
siswa dilakukan tes .Tes hasil belajar dilakukan pada pertemuan kedua sekaligus
melaksanakan pembahasan serta perencanaan kegiatan pada siklus kedua. Demikian
juga pada siklus II, dan III. Hasil
belajar dari tindakan pada tiap siklus ditampilkan pada tabel sebagai berikut :
TABEL 5. REKAPITASI
KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
|
|||||
PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP
INVESTIGATION
PADA SIKLUS I, SIKLUS II, DAN SIKLUS III
|
|||||
NO
|
ULANGAN/SIKLUS
|
TUNTAS
|
TIDAK
TUNTAS
|
||
JML
|
%
|
JML
|
%
|
||
1
|
ULANGAN
HARIAN SIKLUS 1
|
11
|
52.38%
|
10
|
47.62%
|
2
|
ULANGAN
HARIAN SIKLUS 2
|
15
|
71.43%
|
6
|
28.57%
|
3
|
ULANGAN
HARIAN SIKLUS 3
|
19
|
90.48%
|
2
|
9.52%
|
Dari tabel 5 di atas
terlihat adanya peningkatan hasil belajar fisika siswa. Pada siklus I jumlah
siswa yang tuntas adalah 11 orang, dan 10 orang lainnya dinyatakan belum tuntas
karena belum mencapai nilai 70 (sesuai dengan KKM). Sedangkan pada siklus II
terdapat 15 siswa ynag tuntas belajar dan 6 siswa yang belum tuntas. Pada siklus
III jumlah siswa yang tuntas naik mencapai 19 orang dan 2 lainnya belum tuntas.
B.
PEMBAHASAN
1. Aktivitas Siswa
Dari table 1 diatas terlihat kenaikan aktivitas belajar
siswa secara individu pada tiap aktivitas yang diamati. Aktifitas 1 yaitu
jumlah siswa bekerja berdasarkan LKS dalam kelompok pada siklus I ada 12 orang
(57,14%), pada siklus II naik menjadi 16 orang (76,19%), sedangkan pada siklus
III naik lagi menjadi 21 orang (100%). Artinya pada siklus III seluruh siswa
aaktif bekerja dalam kelompoknya. Adapun grafik aktifitas 1 siswa adalah sebagai berikut :
Aktifitas 2 yaitu jumlah siswa mengajukan pertanyaan
pada siklus I ada 5 orang (23,81%), pada siklus II naik menjadi 12 orang
(57,14%), sedangkan pada siklus III naik lagi menjadi 17 orang (80,95%).
Artinya pada siklus III seluruh siswa sangat aktif mengajukan pertanyaan Adapun
grafik aktifitas 2 siswa adalah sebagai
berikut :
Aktifitas 3 yaitu jumlah siswa menjawab/menanggapi
pertanyaan pada siklus I ada 7 orang (33,33%), pada siklus II naik menjadi 16
orang (76,19%), sedangkan pada siklus III naik lagi menjadi 19 orang (90,48 %).
Artinya pada siklus III siswa sangat aktif menjawab/menanggapi pertanyyan
temannya. Adapun grafik aktifitas 3
siswa adalah sebagai berikut :
Aktifitas 4 yaitu jumlah siswa mengemukakan pendapat
pada siklus I ada 6 orang (28,57%), pada siklus II naik menjadi 11 orang
(52,38%), sedangkan pada siklus III naik lagi menjadi 17 orang (80,95%).
Artinya pada siklus III siswa sangat aktif mengemukakan pendapatnya kepada temannya. Adapun grafik aktifitas 4 siswa adalah sebagai berikut :
Aktifitas 5 yaitu jumlah siswa membuat kesimpulan pada
siklus I ada 13 orang (61,90%), pada siklus II naik menjadi 17 orang (80,95%),
sedangkan pada siklus III naik lagi menjadi 21 orang (100 %). Artinya pada
siklus III siswa sangat aktif menjawab/menanggapi pertanyyan temannya. Adapun
grafik aktifitas 5 siswa adalah sebagai
berikut :
Gambar 5. Grafik
Siswa yang membuat kesimpulan
Aktifitas 6 yaitu
jumlah siswa membuat laporan pada siklus I ada 15 orang (71,43%), pada siklus
II naik menjadi 21 orang (100%), sedangkan pada siklus III juga 21 orang (100
%). Artinya pada siklus II dan III semjua siswa membuat laporan praktikum.
Adapun grafik aktifitas 6 siswa adalah
sebagai berikut :
Pada Kinerja kelompok, setelah dilakukan pengamatan oleh
observer juga terdapat peningkatan. Kelompok Cermin (A) terdpat peningkatan
11,76% dari siklus I ke siklus II dan 15,79 % dari siklus II ke siklus III. Kelompok
Lensa (B) terdpat peningkatan 12,12% dari siklus I ke siklus II dan 13,51 %
dari siklus II ke siklus III. Kelompok refleksi (C) terdpat peningkatan 5,56%
dari siklus I ke siklus II dan 18,42 % dari siklus II ke siklus III. Sedangkan
Kelompok Refraksi (D) terdpat peningkatan 6,25% dari siklus I ke siklus II dan
23,53 % dari siklus II ke siklus III. Secara umum, rata-rata kenaikan aktivitas
siswa dalam kelompok untuk siklus I ke Siklus II adalah 8,92% dan 17,81 % untuk
siklus II ke siklus III. Peningkatan aktivitas kinerja tiap kelompok dapat
dilihat pada grafik berikut :
Gambar 7. Grafik Aktivitas Kinerja Kelompok pada
Tiap-Tiap Siklus
Dari Grafik di atas terlihat aktivitas kelompok pada siklus III
dikatakan sudah baik yakni rata-rata nilai aktivitas kinerja kelompok adalah
86,50. Artinya terdapat penimngkatan pada siklus I rata –rata : 67,50 dan
siklus II rata-rata : 73,50.
2 . Aktivitas Guru
Dari table 4 dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru
dalam merencanakan pembelajaran sangat baik. Namun dalam melaksanakan
pembelajaran perlu perbaikan. Refleksi dari lembar observasi yang diisi oleh
pengamat bahwa pada siklus 1 guru kurang memotivasi siswa dan kurang memberikan
bantuan kepada kelompok yang kesulitan dalam melaksanakan kegiatannya. Sehingga
ada kelompok yang kurang sempurna (tuntas) dalam melakukan penyelidikan. Pada
siklus ke II guru sudah mulai meningkatkan aktivitas dalam melaksanakan
pembeajarn yaitu guru sudah membimbing siswa dalam kelompok untuk melakukan
penyelidikan namun maasih terdapat kekurangan yakni dalam hal memvberi
penguatan/penjelasan materi sehingga siswa mampu menelaah materi-materi
terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga pada siklus ke III guru juga
memperbnaiki kembali kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan yakni dengan
member penguatan materi dengan menggunakan bantuan power point dan macromedia
flash dlam pembelajaran. Sehingga secara umum kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan guru pada siklus III adalah baik. Peningkatan aktivitas guru dalam
melaksnakan pembelajaran dapat dilihat sebagaimana grafik berikut ini :
Dari grafik diatas bahwa pada siklus I aktivitas guru
dalam melaksanakan pembalajaran sudah baik, namun perlu ditingkatkan. Dari
refleksi yang telah dilakukan pada siklus II dan III aktivitas guru dalam melaksanakan
pembelajaran sudah sangat baik yakni sudah diatas 4,5.
3 . Hasil Belajar Siswa
Dari table diatas
terlihat adanya peningkatan hasil belajar fisika siswa. Pada siklus I jumlah
siswa yang tuntas adalah 11 orang, dan 9 orang lainnya dinyatakan belum tuntas
karena belum mencapai nilai 70 (sesuai dengan KKM). Sedangkan pada siklus II
terdapat 15 siswa ynag tuntas belajar dan 6 siswa yang belum tuntas. Pada
siklus III jumlah siswa yang tuntas naik mencapai 19 orang dan 2 lainnya belum
tuntas. Karenma jumlah siswa yang tuntas melebihi 75 %, maka penelitian
tindkaan kelas yang dilakukan guru sudah berhasil. Artinya penggunaan Group
Investigation dalam melaksnakan pembelajarn pokok bahaasn Cahaya di SMP Negeri
Banda Aceh pada kelas VIII terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Labih jelas Kenaikan
junlah siswa yang tuntas belajar digambarkan grfaik sebagai berikut :
Dari grafik diatas terlihat adanya peningkatan prosentase siswa yang
tuntas belajar sehingga penelitian dikatakan telah berhasil.
|
BAB
V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan obesrvasi, serta analisis data yang telah diuraikan pada
bab IV dapat disimpulkan bahwa :
1. Melalui penerapan model
pembelajaran group Investigation untuk
pokok pembahasancahaya siswa kelas VIII 7 SMP Negeri 6 banda Aceh dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar sains-fisika.
2. Analisis peningkatan aktivitas
siswa diperoleh jumlah siswa yang bekerja dalam kelompok berdasarkan petunjuk
LKS, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, membuat
kesimpulan, dan membuat laporan. Peningkatan aktivitas dapat terlihat dari
nilai rata-rata siklus I sebesar 46,03 %
, di siklus II 73,81 % dan siklus III 92,06 %. Dan peningkatan aktivitas
kinerja kelompok diperoleh dari
menyiapkan, melaksanakan, kerjasama, mengakhiri percobaan serta menyusun
laporan sementara kelompok. Peningakatan aktivitas kinerja kelompok siklus I ke siklus II meningkat rata-rata 8,9
% dan siklus II ke siklus III meningkat 17,81 % dengan rata-rata pada siklu III
kinerja kelompok sudah dikatakan baik karena mencapai rata-rata 86,50.
3.
|
B.
Saran
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dapat melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk
menyelidiki sesuatu kemudian mengemukakan pendapatnya melalui presentasi
kelompok. Selain itu pembelajaran kooperatif tipe Group Investiagation juga
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk itu diharapkan
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat digunakan dalam proses
pembelajaran IPA Fisika.
2. Karena ada beberapa kelemahan dari
pembelajaran tipe Group Investigation yaitu guru harus memperhatikan pengaturan
waktu dan pengontrolan siswa serta memberi penguatan dengan menjelaskan materi.
Diharapkan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dapat mengatur waktu seefisien mungkin dan menyiapkan bahan ajar
serta meningkatkan cara penyajian mislnya dengan bantuan komputer atau media
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (1989), Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bina
Angkasa
Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
DePotar, Bobbi, Dkk (2000). Quantum Teaching, Bandung : Mizan Media Utama
Djaali (2008), Psikologi
Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
Gulo.
2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo.
Hamalik, Oemar (2004), Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara
Hamalik Oemar (2002), Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Bumi Aksara
Lee, Anita (2004), Cooperative Learning, Jakarta : Gramedia
Lufri, dkk (2006), Strategi Pembelajaran Biologi, Padang. FMIPA UNP Padang.
Nur, Muhammad (2005), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya, Pusat
Sains Dan Matematika UNESA.
Nur, Muhammad (2003), Pemotivasian Siswa Untuk Belajar,
Universitas Negeri Surabaya.
Rohani, Ahmad (1995), Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka
Cipta.
Slameto (1991), Belajar dan Factor-Factor Yang Mendorongnya,
Jakarta : Bumi
Aksara.
Suhardjono (2009), Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian
Tindakan Sekolah, malang : Lembaga Cakrawala Indonesia.
Suyanto. 1997. Pedoman
Pelaksanaan Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Winkel, W.S (1999), Psikologi
Pengajaran, Jakarta : Rasindo.
loading...
No comments:
Post a Comment