loading...
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan salah satu cara meningkatkan sumber daya manusia yang merupakan
bagian integral dari pembangunan, dimana salah satu tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena pembangunan tidak dapat hanya
mengandalkan pada sumber daya alam semata, maka usaha peningkatan kualitas
sumber daya manusia mutlak diperlukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah
satu cara yang ditempuh adalah melalui jalur pendidikan (Sutikna dan Istiyanto,
2007).
Untuk
mendapatkan kualitas pendidikan yang baik diperlukan tidak saja input siswa
pembelajar dan pengajar yang baik tetapi juga dibutuhkan sebuah metode
pembelajaran yang baik. Metode pembelajaran ini sangat terkait dengan teknik
dan strategi pembelajaran, proses pembelajaran yang tepat disertai fasilitas
pendidikan yang memadai. Salah satunya adalah penggunaan media pendidikan
dengan fokus pada bidang komunikasi instruksional.
Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses
belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara pengajar dan
pembelajar. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid
menerima dan memahami proses pembelajaran. Proses ini membutuhkan pengajar yang
profesional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode
pendidikan yang sesuai. Dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan serta
perubahan sikap masyarakat yang lebih positif diharapkan membawa pengaruh yang
besar dalam bidang pendidikan. Hal ini akan mendorong setiap lembaga pendidikan
untuk mengembangkan proses pembelajarannya sehingga lebih maju dengan
memanfaatkan teknologi modern dan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai media
penyampaian materi pembelajaran atau media instruksional. Disinilah pentingnya
memahami komunikasi instruksional secara detil yang akan menjadikan tujuan
pendidikan lebih mudah dicapai.
Untuk mencapai
pendidikan tersebut seorang pengajar memberikan peran yang penting untuk mengantarkan
keberhasilan siswa pembelajar. Oleh
karenanya, dibutuhkan komunikasi yang baik antara pelaku pembelajaran baik
pengajar maupun siswa pembelajar. Hal ini juga terjadi dalam pembelajaran di
lingkup perguruan tinggi. Untuk menciptakan komunikasi yang baik dibutuhkan dosen
yang profesional yang mampu menyeimbangkan antara media pembelajaran dan metode
pengajaran yang tepat dalam penggunaan komunikasi instruksional yang sesuai sehingga
informasi pembelajaran yang disampaikan dapat diterima para mahasiswa dengan
baik. Hal inilah yang mendasari kenapa penelitian tentang komunikasi
instruksional di dalam lingkup perguruan tinggi sangat diperlukan.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat dirumuskan sebuah rumusan permasalahan tentang
“Bagaimana Pelaksanaan Komunikasi Instruksional Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi
Di Mata Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman?”
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi Komunikasi
Secara umum fungsi
umum komunikasi ialah informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif
(entertainment) (Effendy, 1995). Maksudnya
secara singkat ialah komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau
fakta yang berguna bagi segala aspek kehidupan manusia. Di samping itu,
komunikasi juga berfungsi, mendidiki masyarakat, mendidik setiap orang dalam
menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena
banyak mendengar, banyak membaca dan banyak berkomunikasi. Berikutnya adalah
fungsi persuasif, maksudnya ialah bahwa komunikasi sanggup “membujuk” orang
untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator.
Seorang anak kecil bisa berhenti menangis setelah dibujuk oleh ibunya (dengan
komunikasi) bahwa anak yang suka menangis akan menjadi anak bodoh, misalnya.
Sedangkan yang terakhir ialah fungsi hiburan. Ia dapat menghibur orang pada
saat yang memungkinkan. Mendengarkan dongeng dan membaca bacaan ringan adalah
contoh-contohnya.
Komunikasi Instruksional
Yusuf (1998)
menyebutkan makna dari komunikasi instruksional yaitu komunikasi yang ditujukan
pada aspek-aspek operasionalisasi pendidikan, terutama aspek membelajarkan
sasaran. Situasi, kondisi, lingkungan, metode, dan termasuk “bahasa” yang
digunakan oleh komunikator sengaja dipersiapkan secara khusus untuk mencapai
efek perubahan perilaku pada diri sasaran. Dengan kata lain, melalui komunikasi
tersebut diharapkan bisa terjadi proses belajar dan mengajar. Contoh bentuk
sederhananya dari komunikasi intruksional ini antara lain ialah kegiatan
kuliah, ceramah, mengajar, dan membelajarkan (instruksional). Dalam hal ini
tentu saja tercakup segala kegiatan perancangannya serta segala aspek yang
terkait di dalamnya.
Kalau komunikasi
secara murni mempunyai bidang garapan yang sangat umum dan luas karena meliputi
segala aspek kehidupan manusia, dalam pendidikan, bidang kajiannya lebih
ditekankan pada aspek-aspek pendewasaan atau pemandirian manusia secara utuh.
Sedangkan untuk bidang intruksional ia bersifat lebih langsung menyentuh
sasaran-sasaran yang lebih praktis dan operasional karena di sana terdapat
kajian mengenai strategi, metode, teknik, dan taktik melaksanakan tindakan
komunikasi dengan harapan terjadi proses perubahan perilaku pada pihak sasaran
(komunikan) di dalam situasi dan kondisi medan yang berbeda-beda. “Instruksional” berasal dari kata
instruction, artinya pembelajaran atau pengajaran. Sebenarnya ia merupakan
himpunan bagian dari pendidikan. Jadi, pendidikan mempunyai bidang kajian yang
lebih luas daripada intruksional. Demikian
pula apabila istilah komunikasi “dikawinkan” dengan pendidikan dan
“intruksional”, terjadi istilah komunikasi pendidikan dan komunikasi
intruksional. Istilah yang pertama lebih luas daripada yang kedua karena yang
satu merupakan himpunan bagian dari yang lain. Kamunikasi intruksional
merupakan himpunan bagian dari komunikasi pendidikan (Yusuf, 1998).
Sasaran
komunikasi instruksional bisa mencakup contoh seperti sekelompok ibu PKK
(Pendidikan Kesejahteraan Keluarga), anggota Kelompencapir (Kelompok pendengar,
pembaca, dan pirsawan), kelompok tani, para peserta pelatihan atau penataran
dan penyuluhan, dan kelompok-kelompok masyarakat secara terbatas dan khusus
lainnya seperti peserta seminar, simposium, anggota kelompok profesi, dan
anggota kelompok suatu organisasi.
Tambahan untuk ruang lingkup pembahasan ini ialah bahwa komunikator
dalam hal ini bisa bertindak hanya sebagai perencana atau perancang atau pembuat
model, namun bisa pula sekaligus bertindak langsung sebagai pelaksana
komunikasi (instruksional) di lapangan seperti halnya seorang guru, dosen,
penceramah, penyuluh, dan pembimbing lapangan.
Lalu, apa yang
dibahas dalam komunikasi instruksional. Tampaknya komunikasi dengan fungsi
edukatif-lah yang akan banyak disinggung karena fungsi itulah yang paling dekat
kaitannya dengan bidang pendidikan, dan lebih khusus lagi komunikasi
instruksional (instructional communucation). Salah satu aspek fungsi informatif
dari komunikasi akan dijadikan contoh untuk memahamkan sasaran (komunikan)
dalam komunikasi intruksional yang terkondisi. Modul, misalnya, disamping
sanggup “mengajar” atau melakukan “intruksi” kepada pembacanya, juga dilengkapi
dengan data, fakta atau keterangan lain yang berfungsi memberi tahu atau
memberi contoh-contoh informasi sehingga keterpahamannya menjadi nyata.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto, dimana yang menjadi objek penelitian adalah mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed.
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Nazir, 1988:63) metode deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskrptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Untuk pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan teknik survey dengan instrumen wawancara
terarah berdasarkan dengan pertanyaan yang sudah tersusun dalam suatu daftar
pertanyaan. Sementara teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah simple random sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil penelitian, dari 53 mahasiswa yang menjadi responden diperoleh data
sebagai berikut:
- Sumber informasi/data dalam proses belajar mengajar
Dari 53 responden, 15 (28,3%) memilih dosen sebagai sumber informasi
utama dalam proses belajar mengajar. Sebanyak 13 (24,5%) memilih media
elektronik, 11 (20,8%) memilih buku/literatur, 9 (17%) memilih media cetak,
sedangkan 5 orang memilih lainnya (9,4%). Hal ini menunjukkan bahwa dosen
bukanlah satu-satunya sumber informasi bagi mahasiswa.
Tabel 1 Sumber Informasi Mahasiswa
Jumlah
(orang)
|
Prosentase (%)
|
|
dosen
|
15
|
28.3
|
media
elektronik
|
13
|
24.5
|
buku/literature
|
11
|
20.8
|
media cetak
|
9
|
17
|
Lainnya
|
5
|
9.4
|
Total
|
53
|
100
|
- Metode yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar
Menurut mahasiswa, metode pembelajaran dosen dalam kelas yang sering
digunakan dalam proses belajar mengajar sebanyak 23 (43,4%) berbentuk ceramah, 17 (32,1%) diskusi/tanya jawab,
7 (13,2%) observasi lapangan, 5 (9,4%) simulasi dan praktik, dan 1 (1,9%)
lainnya.
Tabel 2 Metode Pembelajaran Dalam Kelas
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Ceramah
|
23
|
43.4
|
Diskusi/tanya jawab
|
17
|
32.1
|
Observasi lapangan
|
7
|
13.2
|
Simulasi dan praktik
|
5
|
9.4
|
lainnya
|
1
|
1.9
|
Total
|
53
|
100
|
- Gaya mengajar dosen yang disukai mahasiswa
Dari semua responden menghasilkan data bahwa 20 mahasiswa (37,7%)
menyukai tipe dosen yang humoris, 19 (35,8%) menggunakan simulasi dan praktik,
5 (9,4%) bercerita/dongeng, 4 (7,5%) serius, 4 (7,5%) lainnya. Sedangkan 1 mahasiswa
(1,9%) tidak menjawab.
Tabel 3 Gaya Mengajar Dosen
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Serius
|
4
|
7.5
|
humoris
|
20
|
37.7
|
Bercerita/dongeng
|
5
|
9.4
|
Simulasi dan praktik
|
19
|
35.8
|
lainnya
|
4
|
7.5
|
Total
|
52
|
98.1
|
- Partisipasi mahasiswa dalam proses belajar mengajar
Dari 53 responden menjawab bahwa ada partisipasi siswa dalam proses
belajar mengajar 41 (77,4%) sedangkan 12 (22,6) menjawab tidak ada partisipasi.
Partisipasi mahasiswa dapat berupa tanya jawab seperti dalam Tabel 5 di bawah.
Tabel 4 Partisipasi Mahasiswa
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Ya
|
41
|
77.4
|
Tidak
|
12
|
22.6
|
Total
|
53
|
100
|
- Bentuk partisipasi mahasiswa
Sebanyak 29 (54,7%) partisipasi siswa berbentuk diskusi/tanya jawab, 7
(13,2%) observasi lapangan, 5 (9,4%) simulasi dan praktik, dan 1 (1,9%) lainnya,
11 (20,8%) tidak menjawab.
Tabel 5 Bentuk Partisipasi Mahasiswa
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Diskusi/Tanya jawab
|
29
|
54.7
|
Observasi lapangan
|
7
|
13.2
|
Simulasi dan praktik
|
5
|
9.4
|
Lainnya
|
1
|
1.9
|
Tidak menjawab
|
11
|
20.8
|
Total
|
53
|
100
|
- Pembuatan kontrak pembelajaran sebelum proses belajar mengajar
Terkait dengan adanya kontrak pembelajaran sebelum memulai perkuliahan,
sebanyak 51 mahasiswa (96,2%) menjawab dosen membuat kontrak pembelajaran
sebelum proses belajar mengajar, sedangkan 2 (3,8%) menjawab tidak ada.
Tabel 6 Kontrak Pembelajaran Dosen
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Ya
|
51
|
96.2
|
Tidak
|
2
|
3.8
|
Total
|
53
|
100
|
- Pelibatan siswa dalam pembuatan kontrak pembelajaran tersebut
Dalam pembuatan kontrak pembeljaran sebelum perkuliahan dimulai
seringkali melibatkan mahasiswa. Data ini diperoleh berdasar sebanyak 47
mahasiswa (88,7%) menjawab ada pelibatan mahasiswa dalam pembuatan kontrak
pembelajaran, sedangkan 5 (9,4%) menjawab tidak ada pelibatan.
Tabel 7 Pelibatan Mahasiswa Dalam Kontrak Pembelajaran
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Ya
|
47
|
88.7
|
Tidak
|
5
|
9.4
|
Total
|
52
|
98.1
|
- Kenyamanan mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang dipakai selama ini
31 (58,5%)
mengaku tidak nyaman dengan sistem pembelajaran yang dipakai selama ini,
sedangkan 19 (35,8%) sudah merasa nyaman.
Tabel 8 Kenyamanan
Mahaiswa Dengan Sistem Pembelajaran
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Ya
|
19
|
35.8
|
Tidak
|
31
|
58.5
|
Total
|
50
|
94.3
|
- Penggunaan media oleh pengajar dalam proses pembelajaran
Melanjutkan
kenyamanan proses pembelajaran, salah satunya didukung dengan penggunan media
pembelajaran. Data yang diperoleh terkait dengan media pembelajaran, sebanyak 51
mahasiswa (96,2%) menyebutkan bahwa dalam proses pembelajaran dosen menggunakan
media pembelajaran, sedangkan 2 (3,8%) menjawab tidak.
Tabel 9 Penggunaan
Media Pembelajaran
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Ya
|
51
|
96.2
|
Tidak
|
2
|
3.8
|
Total
|
53
|
100
|
- Media pembelajaran yang digunakan dosen dalam proses pembelajaran
Sedangkan media yang sering digunakan dosen menurut penilaian mahasiswa
berupa LCD sebanyak 27 (50,9%), 11 (20,8%) buku/literatur, 4 (7,5%) film, 3
(5,7%) transparansi, 3 (5,7%) gambar, 3 (5,7%) jurnal, dan 2 (3,8%) majalah.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas dosen Ilmu Komunikasi sudah menggunakan
media pembelajaran yang cukup memadai.
Tabel 10 Media Pembelajaran Yang Paling Sering Digunakan Dosen
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Buku/literature
|
11
|
20.8
|
LCD
|
27
|
50.9
|
Jurnal
|
3
|
5.7
|
Majalah
|
2
|
3.8
|
Gambar
|
3
|
5.7
|
Transparansi
|
3
|
5.7
|
Film
|
4
|
7.5
|
Total
|
53
|
100
|
- Alasan penggunaan media tersebut
Menurut penilaian mahasiswa dosen mempunyai alasan dalam memilih media pembelajaran.
Menurut 22 mahasiswa (41,5%) alas an para dosen mengunakan media pembelajaran
adalah agar mahasiswa lebih mengerti, 12 (22,6%) agar mahasiswa tertarik dan
tidak membosankan, 8 (15,1%) menghemat waktu, biaya dan tenaga. 6 (11,3%)
sesuai perkembangan teknologi, 2 (3,8%) lainnya sedangkan 3 (5,7%) tidak
menjawab.
Tabel 11 Penilaian Mahasiswa Terhadap Alasan Dosen Menggunakan Media
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Menghemat waktu, biaya, dan tenaga
|
8
|
15.1
|
Sesuai perkembangan teknologi
|
6
|
11.3
|
Agar siswa tertarik dan tidak
membosankan
|
12
|
22.6
|
Agar siswa lebih paham dan mengerti
|
22
|
41.5
|
Lainnya
|
2
|
3.8
|
Tidak menjawab
|
3
|
5.7
|
Total
|
53
|
100
|
- Tujuan penggunaan media pembelajaran
Sedangkan tujuan dosen mengunakan media pembelajaran dinilai oleh 22
mahasiswa (41,5%) menjawab untuk meningkatkan daya tarik dan daya ingat siswa,
13 (24,5%) untuk memberikan pengalaman lebih nyata, 11 (20,8%) untuk memberikan
variasi dalam pembelajaran, 3 (5,7%) untuk melatih kepekaan sosial dan
lingkungan sedangkan 1 (1,9%) menjawab lainnya, dan 3 (5,7%) tidak menjawab.
Tabel 12 Penilaian Mahasiswa Atas Tujuan Dosen Menggunakan Media
Pembelajaran
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Memberikan variasi dalam pembelajaran
|
11
|
20.8
|
Melatih kepekaan sosial
|
3
|
5.7
|
Meningkatkan daya tarik dan daya ingat
siswa
|
22
|
41.5
|
Memberikan pengalaman lebih nyata
|
13
|
24.5
|
Lainnya
|
1
|
1.9
|
Tidak menjawab
|
3
|
5.7
|
Total
|
53
|
100
|
- Ketepatan penggunaan media dalam proses pembelajaran
Dari 53
responden 27 (50.9%) memilih ya, 19 (35.8%) memilih tidak, sedangkan 7 (13.2%)
tidak memilih. Ternyata sebanyak 19 mahasiswa atau sebesar 35,8 % menyatakan
ketidak tepatan dosen dalam menggunakan media pembelajaran menunjukkan harus
ada penyesuaian pemilihan media pembelajaran di kalangan dosen Jurusan Ilmu
Komunikasi.
Tabel 13 Ketepatan
Dosen Menggunakan Media pembelajaran
Jumlah
(orang)
|
Prosentase
(%)
|
|
Ya
|
27
|
50.9
|
Tidak
|
19
|
35.8
|
Tidak
menjawab
|
7
|
13.2
|
Total
|
53
|
100
|
- Hambatan dosen dalam penggunaan media
Sementara dalam mengomentari hambatan dosen menggunakan media
pembelajaran, sebanyak 21 mahasiswa (39.6%) menjawab jumlahnya terbatas dan
sulit didapat. 15 (28.3%) menjawab mahal, 7 (13.2%) menjawab lainnya. 6 (11.3%)
sulit dipakai, 1 (1.9%) sulit dimengerti
sedangkan 3 (5.7%) tidak menjawab.
Tabel 14 Hambatan Dosen
Menggunakan Media Pembelajaran
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Mahal
|
15
|
28.3
|
Sulit dipakai
|
6
|
11.3
|
Jumlahnya terbatas, sulit didapat
|
21
|
39.6
|
Sulit dimengerti
|
1
|
1.9
|
Lainnya
|
7
|
13.2
|
Tidak menjawab
|
3
|
5.7
|
Total
|
53
|
100
|
- Harapan perbaikan penggunaan media
Sebanyak 50 (94.3%) mengharapkan adanya perbaikan media, sedangkan 3
(5.7%) tidak mengharapkan perbaikan.
Tabel 15 Harapan Dosen Memperbaiki Media
Jumlah
(orang)
|
Prosentase
(%)
|
|
Ya
|
50
|
94.3
|
Tidak
|
3
|
5.7
|
Total
|
53
|
100
|
- Media tambahan dapat memudahkan proses belajar mengajar
Untuk memudahkan proses pembelajaran ternyata sebanyak 45 mahasiswa
(84.9%) menjawab perlunya media tambahan, 3 (5.7%) menjawab tidak, sedangkan 5
(9.4%) tidak menjawab. Media tambahan yang dapat disebutkan dalam kuesioner
terbuka disebutkan antara lain kamera, internet, laboratorium radio, handycam,
internet, TV, LCD, film
Tabel 16 Media Tambahan
Jumlah
(orang)
|
Prosentase
(%)
|
|
Ya
|
45
|
84.9
|
Tidak
|
3
|
5.7
|
Tidak
menjawab
|
5
|
9.4
|
Total
|
53
|
100
|
- Perubahan yang diharapkan dengan penggunaan media tambahan
Harapan mahasiswa dengan adanya media tambahan disebutkan bahwa sebanyak 29
mahasiswa (54.7%) menjawab agar paham atas teori yang diajarkan, 14 (26.4%)
menjawab menambah pengetahuan, 8 (15.1%) menjawab adanya perubahan tingkah
laku, sedangkan 1 (1.9%) menjawab lainnya. 1 (1.9%) tidak menjawab.
Tabel 17 Harapan Mahasiswa Dengan Adanya Media Tambahan
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Menambah pengetahuan
|
14
|
26.4
|
Paham atas teori yang diajarkan
|
29
|
54.7
|
Adanya perubahan tingkah laku
|
8
|
15.1
|
Lainnya
|
1
|
1.9
|
Tidak menjawab
|
1
|
1.9
|
Total
|
53
|
100
|
- Hambatan yang ditemui dalam proses belajar mengajar
Data tentang
hambatan dosen yang melakukan proses pembelajaran kepada mahasiswa didapat
bahwa 18 responden (34%) menjawab penyampaian materi dosen kurang menarik, 17 (32.1%) menjawab situasi kelas kurang
kondusif, 13 (24.5%) menjawab kurangnya penguasaan materi, materi tidak up to
date, 4 (7.5%) daya tangkap siswa kurang,
sedangkan 1 (1.9%) menjawab lainnya.
Tabel 18 Hambatan Dosen
Dalam Proses Pembelajaran
Jumlah (orang)
|
Prosentase (%)
|
|
Penyampaian materi kurang menarik
|
18
|
34
|
Kurangnya penguasaan materi, materi
tidak up to date
|
13
|
24.5
|
Situasi kelas kurang kondusif
|
17
|
32.1
|
Daya tangkap siswa kurang
|
4
|
7.5
|
Lainnya
|
1
|
1.9
|
Total
|
53
|
100
|
- Ketepatan penyampaian materi dosen dengan harapan mahasiswa
Sedangkan
ketepatan dosen dalam menyampaikan materi di kelas didapat data bahwa 44 responden
(83%) menjawab tidak, 4 (7.5%) menjawab ya, sedangkan 5 (9.4%) tidak menjawab.
Tabel 19 Ketepatan
Penyampaian Materi Dosen Dalam Proses Pembelajaran
Jumlah
(orang)
|
Prosentase
(%)
|
|
Ya
|
4
|
7.5
|
Tidak
|
44
|
83
|
Tidak
menjawab
|
5
|
9.4
|
Total
|
53
|
100
|
- Pencapaian tujuan pembelajaran dosen menurut mahasiswa
Hal yang cukup
mendapat perhatian bagi dosen adalah pencapaian tujuan pembelajaran bagi
mahasiswa selama ini dirasakan mereka berbanding terbalik dengan tujuan
pembelajaran mahasiswa di awal proses pembelajaran. Ternyata 36 mahasiswa
(67.9%) menjawab bahwa tujuan pembelajaran dosen tidak tercapai, 13 (24.5%)
menjawab ya, sedangkan 4 (7.5%) tidak menjawab.
Tabel 20 Pencapaian
Tujuan Pembelajaran Dosen Menurut Mahasiswa
Jumlah
(orang)
|
Prosentase
(%)
|
|
Ya
|
13
|
24.5
|
Tidak
|
36
|
67.9
|
Tidak
menjawab
|
4
|
7.5
|
Total
|
53
|
100
|
KESIMPULAN
Proses pembelajaran dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi telah menggunakan
bentuk-bentuk komunikasi instruksional yang cukup memadai meskipun belum
efektif, terbukti mayoritas dosen telah melakukan kontrak pembelajaran di awal
proses pembelajaran dengan melibatkan mahasiswa dalam mencapai aturan main yang
ingin dicapai (88,7%). Untuk penggunaan
media pembelajaran, mayoritas sudah digunakan oleh para dosen (77,4%) meskipun
tetap diperlukan upaya perbaikan (94,3%). Dalam pelaksanaan proses pembelajaran
pun para dosen sudah melibatkan mahasiswanya yang mayoritas menggunakan bentuk
diskusi atau tanya jawab (54,7%), meskipun dalam penyampaian materi seringkali
para dosen belum sesuai harapan mahasiswa (83%) dan saat menyampaikan materi
kurang menarik (34%) atau situasi kelas kurang kondusif (32,1%). Hal ini
menyebabkan 58,5% mahasiswa mengaku tidak nyaman dengan sistem pembelajaran
yang ada dan menjadi salah satu sumber kenapa tujuan pembelajaran dosen belum
tercapai (67,9%). Dalam menggunakan metode
pembelajaran yang banyak diterapkan dosen adalah ceramah (43.4%), sedangkan
tipe pengajar yang paling banyak disukai mahasiswa adalah yang humoris (37.7%).
SARAN
Agar komunikasi instruksional dosen
lebih efektif perlu dilakukan hal-hal berikut:
- Penyampaian materi oleh dosen disajikan dengan lebih menarik, diselingi beberapa humor yang fresh dan menghibur untuk menjaga perhatian mahasiswa.
- Perlu adanya komunikasi untuk mengetahui sasaran pembelajaran dosen maupun target mahasiswa dalam pembelajaran dengan lebih jelas dan tidak hanya pada sisi dosen saja.
- Materi yang disampaikan pada saat kuliah dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa sehingga tidak terlalu textbook saja. Selain tercermin dalam perilaku sehari-hari, nilai pembelajaran juga tecermin dalam cara pikir mahasiswa yang lebih ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy,
Onong Uchyana. 1995. Ilmu teori dan filsafat komunikasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Nazir,
M. 1988. Metode penelitian. Ghalia. Jakarta.
Sutikna,
Nana. Istiyanto, S. Bekti. 2007. Menelusuri
kemampuan dan minat melanjutkan pendidikan anak-anak usia sekolah pada
masyarakat pedesaan Kabupaten Banyumas. Purwokerto
Yusuf,
M. Pawit. 1998. Komunikasi instruksional dan komunikasi pendidikan. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
loading...
No comments:
Post a Comment