loading...
A.
Latar Belakang
Mata pelajaran IPA
di sekolah dikembangkan dengan mengacu pada perkembangan IPA yang ditujukan
untuk mendidik siswa agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimentasi.
Kemampuan observasi untuk melakukan
pengamatan dan eksparimentasi ini ditekankan pada
melatih kemampuan berpikir eksperimen yang mencakup tata laksana percobaan atau prosedur metode ilmiah dalam percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan baik di dalam laboratorium
maupun di alam sekitar kehidupan siswa (Kurikulum 2004 SMA, 2003).
Program
Studi S1 PGSD diharapkan menghasilkan lulusan yang
berkualitas dan profesional. Guru SD lulusan S-1 PGSD nantinya tidak hanya
cukup berkemampuan sebagai pelaksana teknis pembelajaran saja, namun harus
memiliki kemampuan untuk: a) mengembangkan diri secara terus menerus mengikuti
perkembangan IPTEKS yang begitu pesat; b) mampu memecahkan berbagai
permasalahan yang muncul dalam pendidikan dan pembelajaran, maupun dapat
melakukan penelitian-penelitian untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran. Di samping itu, lulusan PGSD juga harus mempunyai
kemampuan: a) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; b) memiliki
kesadaran tinggi sebagai warganegara dari masyarakat dan bangsa yang
Pancasilais; c) menguasai cara berpikir, teori, generalisasi, konsep, prosedur,
dan fakta yang penting sebagai dasar pengembangan pengetahuan lebih lanjut; d)
memiliki pemahaman yang mendalam mengenai perkembangan kemampuan siswa SD dalam
belajar; e) memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan keguruan untuk
mengembangkan proses dan pelaksanaan pendidikan di SD; f) memiliki kebiasaan,
nilai dan kecenderungan pribadi yang menunjang pengembangan profesi guru; g) memiliki kemampuan berkomunikasi secara
sosial dan profesional di lingkungan sejawat maupun masyarakat (SKGK PGSD, 2007).
Untuk mencapai kemampuan tersebut, mahasiswa program S-1 PGSD dibekali
dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan baik melalui kegiatan
kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra kurikuler. Dalam kegiatan kurikuler,
mahasiswa program S-1 PGSD mendapatkan berbagai macam mata kuliah yang
kesemuanya bermuara pada satu tujuan untuk menyiapkan mereka menjadi guru yang
profesional. Salah satu mata kuliah tersebut adalah Konsep Dasar IPA. Dalam mata kuliah ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan berbagai konsep IPA serta nantinya
dapat membimbing siswa dalam mata pelajaran IPA dengan baik.
Proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai
produk, proses, dan pengembangan sikap (Kurikulum 2004 SMA, 2003). Produk IPA berupa fakta,
konsep, prinsip, teori, hukum, dan proses IPA, yaitu proses yang dilakukan oleh
para ahli dalam menemukan produk IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dalam melakukan percobaan dan cara berpikir secara ilmiah bagaimana untuk melakukan percobaan itu. Sedangkan sikap yang dikembangkan
dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah yang antara lain terdiri atas
obyektif, berhati terbuka, tidak mencampuradukkan fakta dan pendapat, bersifat
hati-hati, dan ingin tahu.
Di samping itu, pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian
pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar mahasiswa
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan
untuk mencari tahu melalui berbuat/penyelidikan sehingga dapat membantu mahasiswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Menurut Silaban (1999) dalam penelitiannya yang
memanfaatkan perangkat pembelajaran yang menerapkan pembelajaran berdasarkan
masalah hasilnya cukup efektif digunakan dalam pembelajaran fisika yang
materinya memerlukan penyelidikan.
Selama ini
pembelajaran mata kuliah konsep dasar IPA pada program S1 PGSD belum berjalan
secara maksimal. Pada umumnya mahasiswa kurang terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran, serta mengutamakan penguasaan konsep-konsep IPA melalui
hafalan yang berkaitan dengan
teori/materi yang mereka pelajari dan jarang dikaitkan dengan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan di sisi lain, interaksi mahasiswa dengan
lingkungan untuk menggali dan menemukan konsep-konsep IPA masih kurang yang
mengakibatkan penguasaan proses IPA atau keterampilan proses masih kurang. Hal
ini salah satu penyebabnya adalah pembelajaran yang dilakukan oleh dosen belum
sepenuhnya mengacu pada proses serta belum tersedianya perangkat pembelajaran
yang lengkap untuk mata kuliah Konsep Dasar IPA. Menurut Arends (1997) menyatakan bahwa “It is strange we expect students to learnyet seldom teach them about learning, we expect student to solve problems yetseldom teach them about problem solving”yang berarti dalam mengajar guru
selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang
bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan
masalah, tetapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan
masalah.
Agar hal tersebut tidak terjadi pada pembelajaran konsep dasar IPA
pada S-1 PGSD, maka dalam penelitian ini mencoba
mengembangkan perangkat pembelajaran konsep dasar IPA yang mengacu pada model
pembelajaran berdasarkan masalah yang selanjutnya diterapkan dalam pembelajaran
konsep dasar IPA dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di S-1
PGSD.
Dalam teori
konstruktivis dijelaskan bahwa mahasiswa harus dapat menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
yang kompleks, mengecek informasi-informasi dengan aturan-aturan lama dan
merivisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai. Agar siswa benar-benar
memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha untuk menemukan ide-idenya
(Slavin, 1994). Semua ini dapat tercapai dengan mengaktifkan atau melibatkan mahasiswa melalui
penyelidikan nyata dan bekerja secara berkelompok untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga mahasiswa dapat memahami konsep lebih baik,
menambah daya ingat yang dapat memudahkan mentransfer pada proses belajar yang
baru, mendorong siswa untuk belajar aktif dan berinisiatif, menimbulkan
kepuasan bagi diri siswa, dan merangsang siswa untuk belajar lebih giat.
Pembelajaran berdasarkan masalah dipilih dengan pertimbangan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu mahasiswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga mahasiswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu
permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
Peranan guru pada
pembelajaran berdasarkan masalah adalah mengorganisasikan lingkungan belajar
dan sebagai fasilitator. Peranan-peranan yang lebih spesifik yakni guru
sebagai; model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan atau
pembimbing ke arah pusat-pusat belajar. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh mahasiswa tentang IPA akan lebih
bermakna dan juga penguasaan keterampilan proses mahasiswa akan lebih berkembang.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana hasil uji coba pengembangan
perangkat pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah
di kelas?
Permasalahan ini
kemudian dijabarkan menjadi beberapa sub masalah untuk mempermudah pengambilan data menjadi sebagai berikut;
a.
Bagaimana keterlaksanaan
sintaks pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah?
b.
Bagaimana aktivitas mahasiswa
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan?
c.
Bagaimana hasil belajar
mahasiswa setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan?
d.
Bagaimana respon mahasiswa
terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan?
e.
Kesulitan/hambatan-hambatan apa
saja yang muncul pada saat menerapkan perangkat pembelajaran yang berorientasi model
pembelajaran berdasarkan masalah di
kelas?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.
Mengembangkan perangkat
pembelajaran yang meliputi (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Buku Ajar Mahasiswa, (3) Lembar
Kerja Mahasiswa, (4) Tes Hasil Belajar Produk, (5) Tes Hasil Belajar Proses, (6) Tes Hasil Belajar Psikomotorik.
2.
Mendeskripsikan keterlaksanaan
sintaks-sintaks pembelajaran berdasarkan masalah yang telah dikembangkan.
3.
Mendiskripsikan aktivitas
mahasiswa pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang
dikembangkan berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah.
4.
Mendiskripsikan hasil belajar
mahasiswa setelah diberi perlakuan model pembelajaran berdasarkan masalah
dengan perangkat yang telah dikembangkan.
5.
Mendiskripsikan respon
mahasiswa terhadap proses pembelajaran yang menggunakan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah.
6.
Mengidentifikasi hambatan-hambatan
dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dan pada saat
mengimplementasikannya.
D.
Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini
maka manfaat yang diharapkan adalah tersedianya perangkat pembelajaran Konsep Energi yang berorientasi
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yang diharapkan dapat mencapai hal-hal berikut
ini:
1.
Menjadi acuan bagi dosen dalam
mengimplementasikan pengembangan perangkat yang berorientasi pada model
pembelajaran berdasarkan masalah untuk konsep lain yang relevan bila diajarkan
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.
2.
Membantu dosen dalam memperkaya
pengetahuan tentang berbagai model pembelajaran termasuk model pembelajaran
berdasarkan masalah, sehingga dosen dapat melatihkan keterampilan pemecahan
masalah bagi mahasiswa.
3.
Apabila penelitian ini
berhasil, maka perangkat dan metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat
menjadi acuan bagi dosen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Konsep Dasar
IPA, dan untuk meningkatkan keterampilan proses mahasiswa sehingga IPA menjadi
pelajaran yang diminati.
E.
Batasan dan Asumsi
Penelitian
1.
Batasan Penelitian
Mengingat adanya keterbatasan waktu
dan biaya penelitian, fasilitas jurusan, dan lain-lain, maka penelitian ini
dibatasi sebagai berikut:
a.
Penelitian ini dilakukan pada
mahasiswa PGSD FIP Unesa angkatan 2007, dengan Subyek penelitian mahasiswa
kelas E sebanyak 12 orang mahasiswa
yang mengikuti Perkuliahan pada semester genap pada tahun akademik
2008/2009.
b.
Penelitian ini dilaksanakan
pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPA Pokok Bahasan energi.
2.
Asumsi Penelitian
Berbagai asumsi penelitian yang dapat
dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Nilai yang diperoleh mahasiswa menunjukkan kemampuan
mahasiswa sebenarnya.
b.
Pengamat pada saat memberikan
penilaian terhadap kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran dilakukan
secara seksama, objektif, dan mandiri dalam menuangkan hasil pengamatannya pada
lembar pengamatan.
F.
Penjelasan Istilah
1. Perangkat Pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang memungkinkan guru dan siswa
melakukan kegiatan pembelajaran. Pengembangan perangkat pembelajaran meliputi; Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Buku Ajar Mahasiswa, Lembar Kerja Mahasiswa, Tes hasil
belajar produk, Tes hasil belajar proses, Tes hasil belajar
psikomotorik.
2.
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu pendekatan
pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya
diri (Arends, 1997).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction )
Secara garis besar Pembelajaran
Berdasarkan Masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru dalam pengajaran ini adalah
mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta
mendukung belajar siswa. Pengajaran ini diorganisasikan pada situasi kehidupan
nyata yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang
bersaing.
Menurut Arends (1997), pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyususn
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir
tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
1.
Landasan Teoritik
Model pengajaran ini sangat efektif
untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa
memproses informasi yang telah dimilikinya, dan membantu siswa membangun
sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya.
Pengajaran berdasarkan masalah bertumpu pada psikologi kognitif dan pandangan
para konstruktivis mengenai belajar. Model pengajaran ini juga sesuai dengan
yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL yaitu; inkuiri, konstruktivis, dan
menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi. (Sudibyo,
2003).
2.
Tujuan Hasil Belajar
Siswa
Pembelajaran berdasarkan masalah
tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual serta belajar berbagai peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi.
3.
Tingkah laku Mengajar
(Sintaks)
Dengan menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah diharapkan guru
dapat lebih jelas dalam memahami materi sehingga siswa juga dapat lebih mudah
memahami materi yang sedang dipelajarinya.
Sesuai dengan sintaks model
pembelajaran berdasarkan masalah fase
ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok disini guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang sesuai dengan materi yang
sedang dipelajari. Pembelajaran ini juga, memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan pelatihan dan menyajikan hasil karya serta pemberian umpan
balik terhadap keberhasilan siswa terhadap pemecahan masalah berdasarkan
eksperimen yang dilakukakan. Pada fase kelima menganalisis dan
mengevaluasi proses pemcahan masalah dibutuhkan peran guru sangat besar untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan yang telah dilakukan
oleh siswanya serta proses-proses yang mereka gunakan dalam penyelidikan
tersebut. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase-fase
|
Perilaku Guru
|
Fase 1
Orientasi siswa
kepada masalah
Fase 2
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Fase 3
Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
Fase 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan
yang dibutuhkan, memotivasi siswa dengan menunjukkan fenomena yang terjadi di
kehidupan sehari-hari.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa, dan
membentuk kelompok belajar untuk memecahkan masalah tersebut.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah yang dilakukan secara berkelompok.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan dalam memecahkan
masalah yang dihadapi serta memberikan contoh penerapan dalam kehidupan
sehari-hari.
|
(Sumber: Ibrahim & Nur,2005)
Karena penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan, maka hal pertama yang dilakukan adalah mengembangkan
sintaks pembelajaran dari sintaks pembelajaran berdasarkan masalah. Berikut ini
sintaks pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti kemudian diterapkan
di kelas.
Tabel 2.2.
Pengembangan Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase-fase
|
Perilaku Dosen
|
Fase 1
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan mahasiswa
Fase 2
Memunculkan
masalah yang autentik
Fase 3
Membentuk
kelompok kerja untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Fase 4
Membimbing
pengamatan dan penyelidikan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah
Fase 5
Mengembangkan
dan mempresentasikan hasil kerja kelompok
Fase 6
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah dari masing-masing kelompok
|
Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran yang berkaitan
dengan energi, menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Memotivasi mahasiswa dengan menunjukkan fenomena
yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi energi.
Misalnya merangkai kit listrik kemudian dosen menanyakan pada mahasiswa perubahan
energi apa yang terjadi pada rangkaian listrik?
Dosen membantu mahasiswa mengorganisasikan tugas
belajar dan membentuk kelompok belajar untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan
informasi dan sumber yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan
eksperimen/percobaan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang
dilakukan secara individu maupun berkelompok.
Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya, sehingga semua anggota kelompok bekerja untuk
mendapatkan hasil yang bagus dan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta memberikan contoh penerapan.
|
Berdasarkan tabel 2.2 yang berkaitan
dengan pengembangan sintaks pembelajaran berdasarkan masalah dapat diketahui
bahwa peran dosen di dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah antara lain:
1.
Mengajukan masalah atau
mengorientasikan mahasiswa pada masalah autentik, yaitu masalah nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Memfasilitasi atau membimbing
penyelidikan yang dilakukan baik individu maupun kelompok misalnya melakukan
pengamatan atau melakukan eksperimen.
3.
Memfasilitasi dialog mahasiswa.
4.
Mendukung belajar mahasiswa.
B. Teori belajar yang
melandasi Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1.
Teori belajar konstruktivisme
Teori konstruktivis menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan
dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan bekerja keras dengan
ide-ide. Teori ini berkembang dari hasil kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori
pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori
Bruner (Nur & Wikandari, 1998).
Menurut Piaget (Nur,2005) menyatakan
bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan
informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan pada siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Dalam
hal ini guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman
yang lebih tinggi, dengan catatan siswa yang harus memanjat anak tangga tersebut
(Nur & Wikandari,1998).
2.
Teori Ausubel
Inti dari teori ausubel adalah
pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang (Dahar,1988). Pernyataan inilah yang menjadi inti
dari teori Ausubel. Dengan demikian agar menjadi pembelajaran bermakna, konsep
baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada
dalam struktur kognitif siswa.
Berdasarkan teori Ausubel, dalam
membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi pelajaran, sangat diperlukan
konsep-konsep awal yang dikaitkan dengan konsep yang sudah dimiliki oleh siswa
berdarkan pengalaman mereka sendiri. Sehingga konsep itu mudah untuk dipahami
dan dimengerti oleh siswa, jika dikaitkan dengan pengajaran berdasarkan
masalah, dimana siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang autentik
berdasarkan konsep awal yang sudah mereka miliki.
3.
Teori Bruner
Teori Bruner disebut juga dengan
belajar penemuan (Discovery Learning).
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.
Karena siswa akan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Dahar, 1988)
Bruner juga menyarankan agar siswa
hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan menemukan prinsip-prinsip itu
sendiri.
C.
Analisis Materi Pelajaran
Energi merupakan konsep yang sangat abstrak. Energi tidak
memiliki massa, tidak dapat diamati, tidak dapat diukur secara langsung. Energi
hanya dapat diamati atau dirasakan perubahannya. Aspek yang paling penting dari
semua jenis energi adalah energi total tetap sama setelah proses apapun dengan
jumlah sebelumnya. Dengan demikian energi dapat didefinisikan sebagai besaran
yang kekal.
Secara tradisional energi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan kerja, yakni menyebabkan sesuatu berubah. Hubungan ini
memberikan definisi umum bahwa energi adalah kemampuan untuk menyebabkan
perubahan. Secara umum ada dua energi dasar yaitu energi kinetik dan energi
potensial.
1. Energi Kinetik
Sebuah benda yang sedang bergerak
memiliki kemampuan untuk melakukan kerja dengan demikian dapat dikatakan
memiliki energi yang disebut dengan energi kinetik (Giancoli, 2001). Energi kinetik adalah energi yang
dimiliki suatu benda yang bermassa m
yang sedang bergerak dengan kecepatan v
tertentu. Energi kinetik benda yang sedang bergerak hanya bergantung pada besar
kecepatannya (lajunya) dan bukan pada arah ke mana benda itu bergerak atau pada
proses yang mengatur geraknya (Sears Zemansky, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa energi kinetik adalah energi yang dimiliki
suatu benda yang sedang bergerak.
Energi gerak disebut energi kinetik, dari bahasa Yunani Kinetikos
yang berarti gerak. Besar energi kinetik benda ditentukan oleh massa benda
dan kecepatan gerak benda, yang secara matematis dituliskan sebagai
berikut :
…..(1)
|
Gambar
2.1 Gaya total konstan F mempercepat benda dari laju v1 sampai v2,
sepanjang jarak d. Kerja yang dilakukan adalah Wtot = F d
Jika
ada sebuah benda yang berpindah dari satu titik ke titik yang lain seperti pada
gambar 2.1 maka kerja total yang dilakukan pada benda tersebut adalah :
F.d ……(2)
……(3)
..…..(4)
(Giancoli, 2001).
Dari persamaan 4 dapat
diketahui bahwa kerja yang dilakukan pada sebuah benda sama dengan perubahan
energi kinetiknya.
2. Energi
Potensial
Energi
potensial adalah energi yang dikaitkan dengan gaya yang bergantung pada posisi
dan sekelilingnya (Giancoli, 2001). Jadi energi potensial merupakan energi yang
dimiliki benda karena kedudukannya. Energi potensial ada beberapa jenis misalnya energi potensial gravitasi dan
energi potensial pegas.
a. Energi Potensial Gravitasi
Energi Potensial Gravitasi adalah
energi potensial benda disebabkan karena
gaya gravitasi bumi (Giancoli, 2001).
Jika sebuah benda bermassa m yang bergerak ke bawah sepanjang sumbu y (gambar
2.2a). Gaya-gaya yang bekerja pada benda adalah beratnya sendiri yang
besarnya w = m g, dan gaya-gaya lain yang resultannya
sama dengan Flain. Untuk perpindahan yang terjadi di dekat permukaan
bumi, mengakibatkan perbedaan gaya
gravitasi akibat jarak dari pusat bumi diabaikan. Jika benda jatuh dari
ketinggian y1 ke y2, maka usaha Wgrav yang dilakukan oleh beratnya sendiri adalah
Wgrav
=F.s = w (y2 – y1)
= (m g y2 – m g y1) .......(5)
Karena y2 lebih kecil dari y1
maka harga Wgrav berharga
negatif
Gambar 2.2 sebuah benda bermassa
m yang bergerak ke bawah dan keatas sepanjang sumbu y
(Giancoli, 2001:189)
Jika benda
bergerak ke atas dari ketinggian yang y1 menuju ketinggian y2
seperti gambar 2.2b. Berat benda w dan pergeserannya berlawanan, maka usaha
gaya gravitasi adalah
Wgrav
= -w (y2 – y1) = -(mgy2 – mgy1) .......(6)
Usaha gaya
gravitasi, hanya bergantung pada ketinggian permulaan dan akhir saja, dan bukan
pada bentuk lintasan. Kalau titik-titik ini berada pada ketinggian yang sama,
maka usahanya adalah nol. Hasil
kali antara berat mg dari benda itu dengan tinggi y dari pusat beratnya di atas
bidang patokan, disebut energi potensial gravitasi EP.
EP (gravitasi) = m g y ….(7)
Dalam
pembahasan di atas, karena perpindahan terjadi di dekat permukaan bumi sehingga
gaya gravitasi terhadap suatu benda dapat dianggap konstan.
Jika kita
tinjau kejadian yang lebih umum, gaya w dalam gambar 2 adalah gaya tarik
gravitasi yang dilakukan bumi terhadap benda itu, dan rumus umum untuk gaya ini
adalah
w =
…(8)

Dengan G adalah gaya gravitasi
bumi, mE adalah massa bumi dan r adalah jarak dari pusat bumi. Apabila
r bertambah dari r1 menjadi r2, usaha gaya
gravitasi adalah
wgrav =-GmmE
=
-
...(9)



Besaran
-G(mmE/r) merupakan rumus umum untuk energi potensial gravitasi
sebuah benda yang ditarik oleh bumi :
Ep (gravitasi) = -
....(10)

Energi mekanik total benda, menjadi
EM = Ek + Ep = ½ m v2 -
....(11)
(Sears Zemansky, 2001)

Dalam persamaan di atas terdapat tanda negatif
karena hal ini tergantung pada pemilihan tinggi patokan pada mana energi
poternsial itu dianggap nol. bila kita tentukan EP = 0 maka r = ¥
Artinya,
energi potensial gravitasi sebuah benda dianggap nol apabila benda itu terletak
jauh tak hingga dari bumi (Sears Zemansky, 2001:169). Energi potensial semakin kecil jika
benda itu bertambah dekat bumi, maka energi petensial itu haruslah negatif pada
sembarang jarak yang terhingga dari bumi. Maksudnya, Energi potensial semakin
kecil apabila jaraknya dari pusat bumi bertambah kecil dari r1
menjadi r2 sehingga energi potensialnya berharga negatif.
b. Energi
Potensial Elastik
Salah satu
bentuk EP yang berkaitan dengan bahan-bahan elastik yaitu energi
potensial elastis. Suatu contoh sederhana, tinjau suatu kumparan pegas
sederhana dalam gambar 2.3.
Jika pegas
ditarik secara perlahan-lahan dengan gaya yang sama dan berlawanan dengan gaya
yang dikerjakan oleh pegas, maka pegas akan memanjang. Karena pegas memberikan
gaya F = -k.x, sehingga harus
diberikan gaya yang sama dan berlawanan yaitu Fluar = k.x untuk menarik pegas.
Usaha yang dilakukan oleh gaya
luar tersebut adalah
Wluar =

=
= ½ kx2 .....(12)

Usaha yang
diberikan pada pegas ini akan tersimpan sebagai energi potensial pegas. Jadi,
persamaan energi potensial pegas adalah
EP = ½ kx2 .....(13)
3. Gaya
Konservatif
Gaya yang memindahkan benda dalam medan
konservatif disebut Gaya Konservatif. Medan konservatif terjadi jika usaha
yang dilakukan gaya dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lain adalah sama
untuk sembarang lintasan yang melalui dua kedudukan tersebut. Gaya konservatif
adalah gaya-gaya dimana kerja yang dilakukan tidak bergantung pada lintasan
yang ditempuh tapi hanya pada posisi awal dan akhir (Giancoli, 2001). Contoh gaya konservatif adalah gaya gravitasi dan gaya pegas.
Tiga lintasan dalam ruang yang
menghubungkan titik 1 dan 2. Jika usaha yang dilakukan oleh gaya konservatif
adalah W, maka usaha yang dilakukan pada perjalanan sebaliknya melalui lintasan
b adalah –W. Usaha yang dilakukan oleh gaya konservatif dalam lintasan tertutup
adalah sama dengan nol. Jadi, gaya yang dilakukan oleh gaya konservatif ketika
benda bergerak dari titik 1 ke titik 2
adalah sama untuk setiap lintasan yang menghubungkan kedua titik itu.
Apabila sebuah benda digerakkan dari
suatu posisi ke suatu posisi lain (gambar 2.4), maka usaha-usaha gaya gravitasi
tidak bergantung pada lintasannya dan sama dengan selisih antara harga akhir
dan harga awal yang disebut dengan energi potensial grafitasi. Jika hanya gaya
grafitasi yang bekerja pada benda itu, energi mekanik total adalah konstan atau
kekal. Jika benda naik, energi potensial grafitasi semakin besar dan energi
kinetik semakin kecil, tetapi jika benda sedang turun, energi potensial
grafitasi semakin kecil (berkurang) sedangkan energi kinetik semakin besar.
Gaya yang menyebabkan perubahan energi kinetik menjadi energi potensial dan
sebaliknya selalu kekal disebut gaya konservatif. Secara singkat, usaha
yang dilakukan gaya konservatif selalu memenuhi sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Selalu dapat dinyatakan sebagai perbedaan antara nilai energi
potensial mula-mula dan energi potensial akhir.
2.
Tidak bergantung pada lintasan, tetapi hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir.
3.
Jika benda bergerak dalam lintasan
tertutup, usahanya selalu sama dengan nol.
4. Gaya Non Konservatif
Tidak semua
gaya bersifat konservatif. Suatu gaya disebut tak konservatif jika usaha yang
dilakukan oleh gaya itu pada sebuah partikel yang bergerak menempuh sebarang
putaran perjalanan sampai kembali ke titik semula tidak sama dengan nol (David
Halliday dan Robert Resnick, 1987). Contoh gaya yang tidak bersifat konservatif
adalah gaya tarikan atau dorongan yang diberikan kepada suatu benda dan juga
gaya gesek. Apabila sebuah benda diluncurkan diatas permukaan kasar kembali ke
posisinya semula, gaya gesekan akan membalik, dan tidak akan mengembalikan
usaha yang sudah dilakukan pada perpindahan semula, bahkan tidak ada usaha
untuk mengembalikan benda itu. Jika hanya ada gaya gesekan yang bekerja, energi
mekanik total tidak kekal. Jadi gaya gesekan dinamakan gaya non konservatif
atau gaya disipatif. Energi mekanik sebuah benda hanya akan kekal jika tidak
ada gaya disipatif bekerja padanya (Sears Zemansky, 2001)
5.
Energi Mekanik
Energi
mekanik adalah jumlah antara energi kinetik dan energi potensial. Prinsip yang
berguna dan penting mengenai energi mekanik yaitu bahwa energi tersebut
merupakan besaran yang kekal. Energi mekanik tetap konstan selama tidak ada
gaya nonkonservatif yang bekerja : (Ek + Ep) pada titik 1 awal sama
dengan : (Ek + Ep) pada titik 2 berikutnya. Yang biasanya dinyatakan
dengan DEp = - DEk, dengan demikian jika energi kinetik
bertambah maka energi potensial pasti berkurang dengan besar yang sama. Dengan
demikian prinsip kekekalan energi mekanik untuk gaya-gaya konservatif adalah
Jika hanya gaya-gaya konservatif yang bekerja, energi mekanik total dari sebuah
sistem tidak bertambah maupun berkurang pada proses apapun.
|
Salah satu
contoh hukum kekekalan energi mekanik adalah sebuah batu yang dijatuhkan
kebawah (gambar 2.5). Pada kdudukan tertinggi (y1), EP
maximum. Saat batu jatuh, EP berkurang karena ketinggian berkurang,
tapi Ek bertambah seiring dengan brtambahnya kecepatan., sehingga
jumlah keduanya tetap. Saat
batu menumbuk lantai, Ek maximum dan EP minimum karena ketinggian
nol. Pada setiap titik sepanjang lintasan, energi mekanik total adalah
EM
= Ek + EP ….(14)
Jika tidak
ada gaya luar benda, maka energi mekanik pada benda tersebut tetap. Secara
umum, Hukum kekekalan energi mekanik sebagai berikut :






mgh1 + ½ mv12 = mgh2 + ½ mv22 ….(16)
(Giancoli, 2001)
6. Bentuk–bentuk lain dari Energi,
Perubahan Energi dan Kekekalan Energi.
Di samping energi kinetik dan energi potensial dari
benda-benda biasa, juga terdapat bentuk-bentuk energi lain yaitu energi
listrik, energi nuklir, energi panas, energi kimia yang tersimpan dalam makanan
dan bahan bakar serta masih banyak lagi energi-energi yang lain.
Dengan munculnya teori atom, bentuk-bentuk energi yang
lain ini dianggap sebagai energi kinetik atau potensial pada tingkat atom atau
molekul. Sebagai contoh, menurut teori atom, energi panas diinterpretasikan
sebagai energi kinetik dari molekul-molekul yang bergerak cepat jika benda
dipanaskan, molekul-molekul yang membentuk benda itu bergerak lebih cepat.
Dipihak lain, energi yang tersimpan pada makanan dan bahan bakar seperti bensin
dapat dianggap sebagai energi potensial yang tersimpan berdasarkan posisi
relatif atom-atom dalam molekul yang disebabkan oleh gaya listrik antar atom
(disebut sebagai ikatan kimia). Agar energi pada ikatan kimia dapar digunakan
untuk melakukan kerja, energi tersebut harus dilepaskan, biasanya melalui
reaksi kimia.hal ini analog dengan pegas tertekan yang jika dilepaskan bisa
melakukan kerja. Enzim pada tubuh kita memungkinkan pelepasan energi yang
tersimpan pada molekul makanan. Masih banyak energi-energi yang lain yang dapat
dianalogikan dengan energi potensial dan energi kinetik.
Salah satu hasil fisika yang hebat adalah yang didapat
pada proses tersebut adalah hukum kekekalan energi, yang dinyatakan
sebagai : "Energi total tidak berkurang dan juga tidak bertambah pada
proses apapun. Energi dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lainnya, dan
dipindahkan dari satu benda ke benda lainnya tetapi jumlah totalnya tetap
konstan " (Giancoli, 2001).
Hukum ini merupakan salah satu
hukum yang paling penting dalam semua bidang ilmu. Misalkan Esis
adalah energi total suatu sistem tertentu Ein adalah energi yang
masuk dan Eout adalah energi yang keluar dari sistem. Maka hukum kekekalan energi menyatakan:

D. Model Pengembangan
Perangkat Pembelajaran
Model pengembangan perangkat yang digunakan pada penelitian ini yaitu model pengembangan
perangkat 4-D seperti yang disarankan oleh
Thiargarajan, Semmel, dan Semmel. Secara
garis besar model pengembangan perangkat 4-D (Ibrahim, 2003) memiliki beberapa
tahap; Tahap pertama yaitu pendefinisian (define),
ada 5 langkah pokok di dalam tahap ini, yaitu: (1) Analisis kebutuhan, (2)
Analisis siswa, (3) Analisis tugas, (4)
Analisis konsep, (5) Perumusan tujuan. Tahap kedua yaitu perancangan (design) pada tahap ini dilakukan: (1) penyusunan tes, (2)
pemilihan media, (3) pemilihan format, (4) rancangan awal perangkat.
Tahap ketiga yaitu pengembangan (develop), meliputi: (1) Validasi
perangkat oleh pakar atau ahli, (2) Simulasi, (3) Uji coba terbatas, (4) Uji
coba lanjut. Tahap keempat yaitu penyebaran
(disseminate), merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah digunakan
pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di instansi lain, oleh dosen
lain.
Adapun alasan peneliti
memilih model pengembangan perangkat 4-D, karena pengembangan perangkat model 4-D memiliki
beberapa kelebihan antara lain;
1.
Model 4-D merupakan model desain
yang dimulai dengan tahap define
sehingga pengembangan perangkat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran sehingga perangkat yang
dikembangkan disesuaikan dengan siswa yang akan diajar menggunakan perangkat
tersebut.
2.
Dalam model 4-D juga terdapat tahap develop terutama pada tahap ini adanya
validasi pakar atau ahli sehingga perangkat yang digunakan lebih valid dan
layak untuk digunakan dalam
pembelajaran.
E.
Penelitian yang relevan
1.
Rawi (2005) dalam penelitiannya tentang implementasi PBI dengan prinsip
kooperatif menunjukkan bahwa pembelajaran dapat memperbaiki kesulitan siswa SMA
dalam menyelesaikan soal bercirikan keterampilan proses.
2.
Suharto (2005) dalam
penelitiannya tentang peningkatan kualitas belajar mengajar biologi di SMA
bahan kajian lingkungan dengan model PBI menunjukkan bahwa perangkat
pembelajaran cukup efektif untuk diterapkan namun perlu disesuaikan dan kondisi
sekolah.
3.
Lia Laela Sarah, Setiya Utari, Parsaoran Siahaan (2005) dalam penelitiannya tentang Pengembangan model
pembelajaran PBI untuk meningkatkan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
pada ranah kognitif, psikomotor dan afektif kecuali indikator mengkomunikasikan
hasil penyelidikan. Selain itu diperoleh bahwa setiap seri pembelajaran
memiliki efektivitas yang cukup dan membentuk pola grafik yang cenderung
mengalami peningkatan.
4.
Kurnia
(2004) dalam penelitiannya tentang Meningkatkan
hasil belajar matematika siswa SMU melalui pembelajaran berdasarkan masalah
dengan metode penemuan : studi eksperimen pada SMUN 15 Bandung dan SMU Kartika
Chandra III-2 Bandung menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen
lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Dengan mengacu pada kurikulum 1994,
kedua kelompok belum dapat mencapai ketuntasan belajar kelas. Namun secara
individual, baik di SMUN 15 Bandung,
maupun di SMU Kartika Chandra III-2 Bandung ketuntasan belajar kelompok
eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Dari segi lainnya, model
pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar di kelas,
yang pada akhirnya diperoleh respon yang positif terhadap matematika.
F.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan
beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas nampak bahwa
pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah berdampak
positif baik bagi siswa maupun terhadap guru.
Berdasarkan
bukti-bukti empiris serta kajian teori yang mendukung menjadi harapan peneliti
dalam mengembangkan suatu perangkat pembelajaran yang berorientasi model
pembelajaran berdasarkan masalah yang dapat dijadikan solusi dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA SD. Visualisasi kerangka konseptual peneliti dapat
disajikan seperti pada gambar 2.6.
G.
Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka
peneliti berhipotesis:
“Kualitas pembelajaran konsep energi di PGSD dengan menggunakan pengembangan
perangkat yang berorientasi pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada
kualitas pembelajaran Konsep energi di PGSD secara konvensional yang biasa
dilakukan dosen”
T1 : Pretes
(pemberian tes sebelum pembelajaran)
T2 :
Postes (pemberian tes setelah pembelajaran)
Xa : Pembelajaran dengan
menerapkan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ada 2 yaitu 1) subyek pengembangan perangkat yang
meliputi RPP, Buku ajar siswa, dan LKM; 2) subyek uji coba perangkat yang telah
dikembangkan adalah mahasiswa PGSD yang mengikuti
pembelajaran Mata Kuliah Konsep Dasar IPA pada semester genap tahun akademik
2008/2009 yaitu kelas E sebanyak 12 orang
mahasiswa. Pertimbangan peneliti dalam penetapan
jurusan PGSD adalah fasilitas jurusan dalam hal ini sarana dan prasarana
tersedia, jurusan PGSD terbuka dalam menerima inovasi dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran, dan atas saran dari ketua jurusan PGSD sehingga
produk perangkat yang dihasilkan dapat diterapkan pada jurusan PGSD ke depan.
D. Waktu Penelitian
Uji coba I dilaksanakan dari tanggal 21 s/d 23 Mei 2008 di Jurusan
PGSD FIP Unesa.
E. Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah penggunaan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada
model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan energi yang telah
dikembangkan oleh peneliti.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kualitas pembelajaran yang dilihat dari aspek keterlaksanaan sintaks, aktivitas mahasiswa, hasil tes belajar
mahasiswa, dan respon mahasiswa setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah materi pembelajaran, waktu belajar, kemampuan awal mahasiswa diperoleh
dengan cara memberikan pretest sebelum diberikan pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.
F. Desain Pengembangan
Perangkat Pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian
ini mengadaptasi pengembangan perangkat Model 4–D yang
dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel (Ibrahim, 2003). Proses pengembangan terdiri dari empat
tahap yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Karena hasil
penelitian ini tidak disebarkan pada Instansi/Lembaga lain (selain tempat
penelitian) maka hanya digunakan tiga tahap, yaitu sampai tahap pengembangan. Gambar
3.1 menunjukkan diagram alir pengembangan perangkat yang mengadaptasi model 4D menjadi 3D.
Untuk memperjelas diagram Model 3D, masing-masing
tahap secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Tahap Define (Pendefinisian)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran. Penetapan tahap ini dilakukan dengan menganalisis tujuan dan
batasan materi pelajaran. Ada lima langkah kegiatan dan tahap define, yaitu:
a.
Analisis Ujung Depan
Tujuan analisis ujung depan adalah untuk menemukan masalah dasar yang dapat
diselesaikan dengan pengembangan bahan pembelajaran. Hasil analisis ujung depan
berupa penentuan bahan kajian, yaitu energi, penyusunan LKM, penyusunan rancangan
pelaksanaan pembelajaran (RPP, pemilihan media, alat dan bahan ajar).
b.
Analisis Mahasiswa
Sangatlah penting pada awal perencanaan diperhatikan ciri, kemampuan, dan
pengalaman mahasiswa, baik sebagai kelompok maupun perorangan. Analisis mahasiswa
meliputi karakteristik mahasiswa antara lain: kemampuan akademik, usia dan
tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata perkuliahan, pengalaman,
keterampilan mekanis, kemampuan bekerja sama dan ciri-ciri sosial. Berdasarkan
tingkat perkembangan Piaget, mahasiswa telah berada dalam tahap operasi formal,
yaitu mahasiswa mampu berpikir abstrak dan memahami kemungkinan yang akan
terjadi. Dalam hal ini sudah dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih
baik dan kompleks daripada anak yang di dalam tahap operasional konkrit. Jadi
anak mempunyai kemampuan menganalisis dan mengevaluasi (Slavin,1997)
c.
Analisis Tugas
Sesuai dengan pokok bahasan yang dipilih yaitu energi, maka berdasarkan
kurikulum PGSD 2006 diperoleh analisi sebagai berikut.
1)
Analisis Struktur Isi
Pada kurikulum PGSD 2006 untuk mata kuliah Konsep Dasar IPA, untuk pokok
bahasan energi adalah sebagai berikut: (1) pengertian energi, (2) bentuk-bentuk
energi, (3) perubahan energi, (4) hukum kekekalan energi, (5) energi potensial,
(6) energi kinetik, dan (7) energi mekanik.
2)
Analisis Prosedural
Analisis prosedural digunakan untuk
mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian.
Berdasarkan analisis struktur isi maka analisis prosedural dalam pembelajaran
ditunjukkan oleh gambar 3.2-3.4.
e.
Perumusan Tujuan
Untuk bahan pokok bahasan energi dapat disusun tujuan pembelajaran atau
indikator sebagai berikut.
1)
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran I
Sub Konsep:
Pengertian
energi
Bentuk-bentuk
energi
a)
Indikator Produk
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa diharapkan dapat:
(1)
Mendefinisikan konsep energi.
(2)
Memberikan contoh-contoh bentuk
energi dalam kehidupan sehari-hari.
(3)
Menggunakan satuan-satuan
energi dengan tepat.
(4)
Menjelaskan bentuk-bentuk
energi yang dimiliki suatu benda.
b)
Indikator Proses
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui pengamatan dan percobaan, mahasiswa
diharapkan dapat:
(1) Merumuskan hipotesis.
(2) Mengidentifikasi variabel
kontrol dan manipulasi.
(3) Mengidentifikasi variabel
respon.
(4) Menarik kesimpulan.
(5) Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karyanya.
c)
Indikator Psikomotor
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa diharapkan dapat terampil merancang percobaan
sederhana tentang energi.
2)
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran II
Sub Konsep:
Perubahan
energi
Hukum
kekekalan energi
a)
Indikator Produk
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa diharapkan dapat:
(1)
Menyebutkan bunyi hukum
kekekalan energi.
(2)
Menjelaskan perubahan bentuk
energi yang terjadi pada suatu benda.
(3)
Menganalisis perubahan bentuk
energi pada beberapa peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
(4)
Menghubungkan konsep hukum kekekalan
energi dengan konsep perubahan bentuk energi.
(5)
Menentukan yang paling tepat
dalam upaya penghematan energi.
b)
Indikator Proses
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui pengamatan dan percobaan, mahasiswa
diharapkan dapat:
(1) Merumuskan hipotesis.
(2) Mengidentifikasi variabel
kontrol.
(3) Mengidentifikasi variabel
manipulasi.
(4) Mengidentifikasi variabel
respon.
(5) Menarik kesimpulan.
(6) Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karyanya.
c)
Indikator Psikomotor
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa diharapkan dapat terampil merangkai kit
listrik.
3)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
III
Sub Konsep:
Energi
potensial
Energi kinetik
Energi mekanik
a)
Indikator Produk
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa diharapkan dapat:
(1)
Mendefinisikan pengertian
energi potensial dan energi kinetik.
(2)
Menjelaskan bahwa energi mekanik
terdiri dari energi potensial dan energi kinetik.
(3)
Menentukan besar energi
potensial dan energi kinetik yang dimiliki suatu benda.
(4)
Menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi energi potensial dan energi kinetik.
(5)
Menentukan hubungan antara
energi potensial,energi kinetik dan energi mekanik.
b)
Indikator Proses
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui pengamatan dan percobaan, mahasiswa
diharapkan dapat:
(1) Merumuskan hipotesis.
(2) Mengidentifikasi variabel
kontrol.
(3) Mengidentifikasi variabel
manipulasi.
(4) Mengidentifikasi variabel
respon.
(5) Menarik kesimpulan.
c)
Indikator Psikomotor
Setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa diharapkan dapat:
(1) Terampil menggunakan
stopwatch.
(2) Terampil menggunakan
penggaris.
2)
Tahap Design
(Perancangan)
Tujuan tahap ini adalah merancang prototype
perangkat pembelajaran. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan tes, pemilihan media,
dan pemilihan format.
a)
Penyusunan Tes
Penyusunan tes merupakan langkah yang menjembatani tahap pendefinisian
dan perancangan. Tes merupakan suatu alat ukur untuk mengukur terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri mahasiswa setelah berlangsung serangkaian
kegiatan belajar mengajar. Perubahan tingkah laku mahasiswa yang diharapkan
berupa produk, proses, dan psikomotor. Tes disusun berdasarkan indikator yang
telah dirumuskan. Dalam tabel 3.2 berikut ini disajikan jenis, dan
jumlah butir soal untuk tes hasil belajar.
Tabel 3.2
Jenis dan jumlah tes hasil
belajar
No
|
Jenis tes
|
Jenis soal
|
Jumlah butir soal
|
|
1
|
Tradisional
|
Produk
|
Obyektif
Subyektif
|
39
5
|
Proses
|
Obyektif
Subyektif
|
7
21
|
||
2
|
Kinerja
|
Proses
|
Subyektif
|
5
|
Psikomotor
|
Subyektif
|
5
|
b)
Pemilihan media
Tahap pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang tepat dalam
penyampaian materi pembelajaran, dan disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa
dan fasilitas yang terdapat di jurusan. Pada proses ini juga ditentukan jenis
alat dan bahan yang diperlukan selama proses pembelajaran. Adapun alat dan
bahan yang digunakan dalam proses ini disajikan dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3
Media yang digunakan dalam
pembelajaran
No
|
KBM
|
Media
|
1
|
RPP-1
|
Pembelajaran: Laptop, LCD, dan
Powerpoint
Alat dan bahan: Papan kayu,
Penyangga, Kelereng, Kaleng, Kertas
|
2
|
RPP-2
|
Pembelajaran: Laptop, LCD, dan
Powerpoint
Alat dan bahan: Lampu, Baterai,
Kabel, Penghubung, Kit listrik
|
Tabel 3.3
(lanjutan)
No
|
KBM
|
Media
|
3
|
RPP-3
|
Pembelajaran: Laptop, LCD, dan
Powerpoint
Alat dan bahan: Plastisin, Paku,
Kelereng, kecil, kelereng besar, stop watch, penggaris
|
c)
Pemilihan format
Pemilihan
format dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang ada. Format dalam
penelitian ini diadopsi dari perangkat pembelajaran yang relevan.
(1)
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah panduan langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario
kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap pertemuan yang
terdiri dari tiga rencana pelaksanaan pembelajaran, yang masing-masing
dirancang untuk pertemuan selama 100 menit. Pemilihan format rencana pelaksanaan
pembelajaran dikembangkan berdasarkan rencana pembelajaran Mulyasa (2006). Skenario kegiatan
pembelajaran dikembangkan dari rumusan indikator untuk mencapai hasil belajar
sesuai kurikulum berbasis kompetensi.
(2)
Buku Ajar Mahasiswa
Buku ajar mahasiswa merupakan buku panduan mahasiswa dalam kegiatan
pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan
konsep, kegiatan sains, informasi, dan contoh-contoh penerapan sains dalam
kehidupan sehari-hari. Format buku mahasiswa mengacu pada buku Mata Kuliah
Konsep Dasar IPA-fisika SD (2003) oleh Suryanti, dkk .
(3)
Lembar Kegiatan Mahasiswa
Lembar kegiatan mahasiswa (LKM) adalah panduan yang digunakan oleh
mahasiswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah melalui
eksperimen. Format LKM mengacu pada buku
Physical Science (2004) dari Glencoe
Science.
(4)
Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
mahasiswa. Tes hasil belajar yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang
kemampuan kognitif. Untuk penskoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi
yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal. Format pengembangan
tes hasil belajar diadopsi dari buku Physical
Science (2004) dari Glencoe Science, dan buku Mata Kuliah Konsep Dasar IPA-Fisika SD (2003) oleh
Suryanti, dkk.
Selain perangkat pembelajaran, untuk mengamati kegiatan pembelajaran,
aktivitas mahasiswa selama kegiatan pembelajaran, juga dikembangkan lembar
pengamatan pengelolaan kegiatan pembelajaran model pembelajaran berdasarkan
masalah.
3)
Tahap develop
(Pengembangan)
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang telah
direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi tujuh langkah yaitu
(1) validasi perangkat oleh
pakar, (2)
revisi pertama, (3) uji coba I, (4) revisi kedua, (5) uji coba II.
a)
Validasi pakar
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh saran dari para
ahli yang berkompeten bagi peningkatan bahan pembelajaran melalui kegiatan
validasi perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan pada tahap perancangan.
Jenis perangkat yang divalidasi serta nama-nama validator disajikan pada tabel
3.4.
Tabel 3.4
Jenis perangkat yang divalidasi dan nama validator
No
|
Jenis Perangkat
|
Validator
|
1
|
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
|
Prof. Dr.
Prabowo, M.Pd
Dra. Hj.Sri
Mulyaningsih, M.S
Dra. Suryanti,
M.Pd
|
2
|
Lembar
Kegiatan Mahasiswa (LKM) dan lembar penilaian formatif
|
Prof. Dr.
Prabowo, M.Pd
Dra. Hj.Sri
Mulyaningsih, M.S
Dra. Suryanti,
M.Pd
|
3
|
Buku Ajar Mahasiswa
|
Prof. Dr.
Prabowo, M.Pd
Dra. Hj.Sri
Mulyaningsih, M.S
Dra. Suryanti,
M.Pd
|
4
|
Tes Hasil
Belajar
|
Prof. Dr.
Prabowo, M.Pd
Dr. Z.A Imam Supardi, M.Si
Dra. Hj.Sri
Mulyaningsih, M.S
Dra. Suryanti,
M.Pd
|
b)
Uji coba I
Uji coba I dilakukan untuk memperoleh masukan, komentar dari mahasiswa,
pengamat, dosen mitra, dan dosen pembimbing untuk merevisi perangkat
pembelajaran yang dihasilkan pada kegiatan sebelumnya serta mencari
reliabilitas instrumen yang telah dikembangkan. Uji coba I merupakan uji coba
terbatas pada sampel 12 orang mahasiswa PGSD angkatan 2007 dari tanggal 21 s/d 23 Mei 2008.
c)
Variabel dan Definisi
Operasional Variabel
(1) Sintaks pembelajaran adalah urutan
atau tahapan yang ditempuh selama pembelajaran dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah.
(2) Aktivitas mahasiswa adalah persentase keterlibatan dan aktivitas
antara mahasiswa dengan mahasiswa selama melakukan eksperimen, melakukan
pengamatan, membaca lembar kegiatan mahasiswa, membaca buku mahasiswa,
mengemukakan ide maupun pertanyaan baik pada teman maupun dosen.
(3) Hasil Belajar Siswa adalah tingkat ketuntasan belajar yang dicapai
siswa terhadap indikator yang dihitung berdasarkan tes hasil belajar. Hasil
belajar siswa meliputi produk, proses, dan psikomotor.
(4) Respon Siswa adalah persentase pendapat siswa tentang
komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari
materi pelajaran, lembar kegiatan siswa, buku siswa, cara guru menyajikan
materi pelajaran, serta aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung.
(5) Kesulitan atau hambatan-hambatan yang muncul saat proses
pembelajaran berlangsung adalah bentuk-bentuk kesulitan maupun hambatan dalam
mempelajari konsep energi yang diajarkan dengan pembelajaran berdasarkan
masalah.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan
data. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut.
1.
Instrumen validasi perangkat yang meliputi; (1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Buku Ajar
Mahasiswa, (3) Lembar Kegiatan Mahasiswa,
(4) Tes Hasil Belajar.
2.
Lembar pengamatan aktivitas mahasiswa dalam
KBM.
Lembar pengamatan aktivitas mahasiswa digunakan untuk mengetahui
aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran, kerja kelompok, dan dalam
memecahkan masalah. Aktivitas mahasiswa ditentukan oleh dua pengamat dengan
melihat kecocokan hasil pengamatan, maka reliabilitasnya dihitung dengan
menggunakan rumus Percentage of Agreements (R).
3.
Tes Hasil Belajar.
Tes ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan indikator pencapaian
hasil belajar dengan menggunakan tes hasil belajar.
4.
Angket respon mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Angket respon mahasiswa terhadap pembelajaran berdasarkan masalah
digunakan untuk memperoleh respon dari mahasiswa terhadap proses pembelajaran
dan perangkat yang digunakan dalam pembelajaran.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini sebagai berukut:
1.
Observasi
Observasi dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian mengenai
aktivitas mahasiswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi ini
dilakukan 2 pengamat dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah
dikembangkan.
2.
Pengisian angket
Angket digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan peneliti dan perangkat yang
digunakan oleh mahasiswa yaitu LKM dan buku mahasiswa. Pengisian angket ini
dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.
3.
Tes
Tes yang
digunakan adalah tes awal yang dilakukan pada awal kegiatan pembelajaran
digunakan untuk mengukur persiapan dan kemampuan mahasiswa dalam memasuki
konsep yang akan diajarkan. Kemudian tes hasil belajar yang dilakukan setelah
akhir pembelajaran, yang bertujuan untuk mengetahui ketuntasan indikator
pencapaian hasil belajar.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan
statistik inferensial untuk mengkelompokkan data yang belum teratur
menjadi susunan yang teratur dan mudah diinterprestasikan.
1.
Analisis Data Instrumen Penelitian
a. Perhitungan
Reliabilitas Instrumen
Perhitungan reliabilitas digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen dikatakan baik
(reliabel) jika nilai reliabilitas yang diperoleh > 0,75 (Borich,
1994:385). Dengan menggunakan rumus:

dengan:
A = Frekuensi tertinggi pengamatan
B = Frekuensi terendah pengamatan
Rk =
Reliabilitas instrumen
Instrumen
yang dihitung reliabilitasnya adalah lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran
dengan PBI dan lembar pengamatan aktivitas mahasiswa di kelas.
2.
Analisis Data Hasil Penelitian
a. Analisis
Keterlaksanaan Sintaks
Penilaian dilakukan dengan mengamati
kelas setiap kali tatap muka. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat yang sudah
dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan dengan benar.
Analisis keterlaksanaan
sintaks-sintaks pembelajaran memiliki dua tujuan, yaitu: untuk melakukan uji
keajegan pengamat dalam memberikan penilaian terhadap kinerja dosen dalam
melaksanakan pembelajaran dan untuk mengevaluasi apakah sintaks-sintaks dari
model pembelajaran yang direncanakan benar-benar dilaksanakan oleh dosen. Jika
pengamat menyatakan sintaks-sintaks pembelajaran terlaksana, maka dapat
disimpulkan penerapan pembelajaran berdasarkan masalah telah dilaksanakan
dengan baik. Jika pengamat menyatakan sintaks-sintaks pembelajaran tidak terlaksana,
maka dapat disimpulkan penerapan pembelajaran berdasarkan masalah tidak
dilaksanakan dengan baik.
b. Analisis
Pengamatan Aktivitas Mahasiswa di kelas
Pengamatan dan penilaian dilakukan setiap kali tatap muka oleh dua orang
pengamat yang sudah dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan
dengan benar. Pengamatan dilakukan setiap 2 menit sekali. Berdasarkan rata-rata
penilaian dari dua orang pengamat untuk tiap kategori yang diamati, setiap
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran akan ditentukan persentasenya (P), dengan
rumus:

c. Analisis tes
hasil belajar
Standar yang digunakan
untuk menentukan ketuntasan belajar mahasiswa digunakan acuan yang ditetapkan
oleh Jurusan PGSD. Seorang mahasiswa dapat dikatakan tuntas bila persentase (P)
indikator yang dicapai sebesar > 75% (Buku
Pedoman Unesa, 2008). Secara klasikal tuntas apabila > 75% individu
tuntas. Rumus persentase (P) untuk ketuntasan individual dan klasikal
masing-masing sebagai berikut.


d. Analisis Respon
Mahasiswa
Analisis
respon mahasiswa dilakukan berdasarkan hasil angket respon mahsiswa yang
dibagikan setelah kegiatan pembelajaran. Perhitungan persentase respon
mahasiswa untuk tiap indikator berdasarkan total jawaban mahasiswa pada
masing-masing skala jawaban untuk tiap sub indikator. Selanjutnya hasil yang
diperoleh dari masing-masing sub indikator untuk tiga indikator yang disediakan
dijumlah.
3.
Analisis Hipotesis Penelitian dengan Uji-t
Sebelum data tersebut diuji t terlebih dahulu dianalisis tentang
normalitas dan homogenitas.
Langkah – langkah analisisnya adalah sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel
berdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk itu digunakan uji chi-kuadrat
dengan rumus;

Keterangan:



Kriteria pengujian adalah :
Tolak Ho jika
hitung
tabel


Langkah pengujian :
1)
Merumuskan hipotesis
Ho = sampel random berasal dari
populasi yang berdistribusi normal
Hi = sampel random berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal
2) Menyusun skor
pretes pada tabel distribusi frekuensi
3) Menghitung
rata-rata 



dengan : fi = jumlah
siswa
xi =
tanda kelas interval
4) Menentukan
varians (s)
s2 = 

5) Menentukan
bilangan baku (z)
z =
, dengan xi
batas kelas interval

6) Menentukan luas
tiap kelas interval dengan melihat harga pada tabel F
7) Menentukan
harga frekuensi harapan (
)


8) Menentukan dk =
(k-3), k adalah banyak kelas interval
9) Menghitung
harga x2
10) Menarik
kesimpulan
b. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas sampel, digunakan uji Bartlett dengan langkah sebagai berikut :
1) Merumuskan
hipotesis
Ho = tidak ada perbedaan varians di
antara kelompok sampel
Hi = ada perbedaan varians di
antara kelompok sampel
2) Menyusun skor
pretes kelas kontrol dan eksperimen dalam tabel distribusi frekuensi
3) Menghitung mean
(
1 dan
2 )


4) Menentukan
varians gabungan (sgab)
s2gab. = 

5) Menentukan
bilangan baku (B)
B = (log s2gab.)

6) Menentukan
harga X2
X2 = (ln 10) 

7) Kriteria
pengujian, tolak Ho jika X2 ≥ X2 (1-α)(k-1)
8) Menarik
kesimpulan
c. Uji Hipotesis
Uji t sebagai pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini yaitu
dengan langkah sebagai berikut :
1) Merumuskan
hipotesis
2) Menentukan
taraf signifikan
= 0.05 dan dk = (n1+n2) – 2

3) Menentukan
kriteria pengujian
4) Menentukan
varians gabungan

keterangan:




s2
= varians


5) Menentukan
nilai statistik uji t

Kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis bila -
di mana
diperoleh dari daftar
distribusi t dengan derajat kebebasan =



6)
Menarik kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mengimplementasikan perangkat yang telah
dikembangkan
oleh peneliti dan direvisi
sesuai saran validator dan dosen pembimbing. Analisis
terhadap hasil penelitian menggunakan statistik deskriptif dan statistik
inferensial. Statistik deskriptif berupa deskripsi skor rata-rata, proporsi,
dan persentase. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji
hipotesis null. Berikut ini deskripsi tentang perangkat yang dikembangkan serta
hasil uji coba.
A. Deskripsi perangkat pembelajaran yang
dikembangkan
1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP yang dikembangkan merupakan pedoman dosen dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Dalam penyusunan perangkat, disusun tiga RPP yaitu RPP 01 alokasi waktu (100 menit) tentang pengertian
energi dan bentuk-bentuk energi, RPP 02 alokasi waktu (100 menit) tentang
perubahan energi dan hukum kekekalan energi, dan RPP 03 alokasi waktu (100 menit) tentang
energi potensial, energi kinetik dan energi mekanik. RPP ini dikembangkan
dengan mengikuti sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah yang telah
dikembangkan terlebih dahulu oleh peneliti. Hasil validasi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel
4.1 Hasil Validasi RPP oleh Validator
No
|
Instrumen
|
Bagian
yang diperbaiki
|
1.
|
RPP
|
1.
Waktu yang digunakan disesuaikan dengan kegiatan
yang pada waktu proses pembelajaran.
2.
Tahap-tahap harus mengacu pada sintaks
pembelajaran yang telah digunakan.
|
Tabel
4.1 lanjutan
No
|
Instrumen
|
Bagian
yang diperbaiki
|
1.
|
RPP
|
3.
Pemberian motivasi pada awal kegiatan pembelajaran
lebih menarik supaya mahasiswa antusias dalam KBM.
|
2.
Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM)
Lembar kegiatan mahasiswa ini berguna bagi mahasiswa sebagai pedoman
dalam bekerja kelompok maupun bekerja
mandiri untuk memahami konsep-konsep yang hendak dipelajari dalam kegiatan
pembelajaran, membelajarkan mahasiswa untuk bekerja mengikuti langkah-langkah
pada lembar kerja mahasiswa yang telah
dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan RPP yang digunakan dalam proses pembelajaran
pada saat itu. Dalam hal ini dikembangkan tiga LKM yang digunakan yaitu LKM 01
tentang bentuk-bentuk energi, LKM 02 tentang
perubahan energi, dan LKM 03 tentang energi potensial dan kinetik. Hasil
validasi Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) disajikan pada tabel 4.2.
Tabel
4.2 Hasil Validasi LKM oleh Validator
No
|
Instrumen
|
Bagian
yang diperbaiki
|
1.
|
LKM
|
1. Disesuaikan
dengan karakteristik mahasiswa
2. Harus
mengacu pada RRP yang digunakan pada saat kegiatan pembelajaran.
3. Waktu yang
digunakan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.
4. Perlu
diberi ruang kosong yang cukup untuk jawaban uraian.
|
3.
Lembar Penilaian Formatif
Lembar penilaian ini digunakan untuk mengevaluasi apakah tahap-tahap
berpikir ilmiah yang dilatihkan dalam LKM telah dikuasai oleh mahasiswa. Lembar
penilaian ini diberikan setiap akhir pembelajaran. Lembar penilaian yang
dikembangkan ada 3 yaitu E-01, E-02, dan E-03. Hasil validasi lembar penilaian
formatif disajikan pada tabel 4.3.
Tabel
4.3 Hasil Validasi Lembar Penilaian Formatif oleh Validator
No
|
Instrumen
|
Bagian
yang diperbaiki
|
1.
|
Lembar
Penilaian Formatif
|
1.
Waktu yang digunakan disesuaikan dengan jumlah
soal.
2.
Kunci jawaban lebih dijabarkan
3.
Pertanyaan disesuaikan dengan karakteristik
mahasiswa PGSD.
|
4.
Buku Ajar Mahasiswa
Buku ajar mahasiswa yang dikembangkan merupakan panduan dan sumber
belajar bagi mahasiswa baik selama mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas
maupun belajar mandiri di rumah. Dalam hal ini dikembangkan sebuah buku
mahasiswa dengan tiga sub unit materi pengertian energi dan bentuk-bentuk
energi, perubahan energi dan hukum kekekalan energi, dan energi potensial, energi kinetik dan energi
mekanik. Setiap materi berisi komponen tentang: judul, indikator, kata-kata
sains, uraian materi, gambar, penggunaan matematika, pemecahan masalah, dan
daftar pustaka. Hasil validasi buku ajar mahasiswa disajikan pada tabel 4.4.
Tabel
4.4
Hasil
Validasi Buku Ajar mahasiswa oleh Validator
No
|
Instrumen
|
Bagian
yang diperbaiki
|
1.
|
Buku
Ajar Mahasiswa
|
1.
Tulisan dan bahasa yang digunakan mudah dipahami
dan dimengerti.
2.
Ada contoh
soal
3.
Diupayakan ada gambar yang mendukung untuk
memperjelas kedalaman materi.
4.
Ada latihan
lanjutan.
|
5.
Tes Hasil Belajar (THB)
Tes Hasil Belajar yang dikembangkan merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar mahasiswa. THB yang dikembangkan terdiri dua macam,
yaitu THB tradisional produk dan proses, serta THB kinerja proses dan
psikomotor. Penyusunan THB didasarkan pada kompetensi yang ingin dicapai oleh
dosen dalam pembelajaran. Hasil validasi Tes hasil Belajar disajikan pada tabel
4.5.
Tabel
4.5
Hasil
Validasi Tes Hasil Belajar oleh Validator
No
|
Instrumen
|
Bagian
yang diperbaiki
|
1.
|
Tes tradisional produk
|
1.
Waktu yang digunakan.
2.
Ranah yang digunakan disesuaikan dengan soal.
3.
Komposisi persentase ranah yang digunakan dalam
soal.
|
2.
|
Tes tradisional proses
|
1.
Kata-kata dalam pilihan lebih operasional
2.
Tata letak pilihan
|
3.
|
Tes kinerja proses
|
1.
Ruang jawaban esai diperlebar
|
4.
|
Tes kinerja psikomotor
|
1.
Petunjuk percobaan lebih operasional
|
B. Hasil Validasi Instrumen di lapangan
Sebelum digunakan sebagai alat evaluasi dalam
instrumen penelitian, butir-butir tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu
untuk mengetahui validitas atau kesahihan dan reliabilitas butir tes. Uji coba
tersebut dilakukan pada mahasiswa kelas F angkatan 2007 sebanyaka 34 mahasiswa.
Soal-soal
yang diujicobakan sebanyak 50 butir soal dalam bentuk pilihan ganda (tes butir
soal kognitif). Setelah diujicoba instrumen penelitian ini, kemudian dianalisis
meliputi validitas dan reliabilitas.
1.
Analisis butir soal
Analisis item tes yang dilakukan
meliputi validitas, reliabilitas butir soal, daya beda, dan taraf kesukaran.
a.
Validitas
Berdasarkan analisis 50 butir soal
yang telah diuji cobakan diperoleh 2 soal yang berkategori tinggi, 29 soal
berkategori cukup, 8 soal berkategori rendah dan 11 soal berkategori sangat
rendah. Seperti terlihat pada
tabel 4.6 sebagai berikut (perhitungan pada lampiran XXVII) :
Tabel 4.6
Hasil Validitas soal tes
No
|
Kategori
|
No. Soal
|
Jumlah
|
1
|
Tinggi
|
17,43
|
2
|
2
|
Cukup
|
1,2,3,6,8,12,13,14,18,19,21,22,24,25,27,
29,30,32,33,34,35,36,37,38,41,45,47,50
|
29
|
3
|
Rendah
|
5,7,9,15,20,26,42,49
|
8
|
4
|
Sangat rendah
|
4,10,11,16,23,28,31,39,40,44,48
|
11
|
b.
Reliabilitas
Dengan menggunakan rumus reliabilitas
Spearman-Brown, diperoleh nilai
= 0,70840543 dan nilai
= 0,829318, karena nilai
lebih besar dari
untuk N = 34 yaitu
0,287, maka butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.
(perhitungan pada lampiran XXVII).




c.
Daya beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dan siswa
berkemampuan rendah. Seperti terlihat pada tabel 4.7 (perhitungan pada
lampiran XXVII):
Tabel 4.7
Hasil Daya Beda Butir Soal
No
|
Kategori
|
No. Soal
|
Jumlah
|
1
|
Baik
|
8,12,14,17,24,26,27,29,33,41,43,45,50
|
13
|
2
|
Cukup
|
1,2,3,5,6,9,13,15,18,19,22,25,30,32,34,
35,36,37,38,42,46,47,49
|
23
|
3
|
Jelek
|
4,7,10,11,16,20,21,23,28,39,44,48,31,40
|
14
|
d.
Taraf kesukaran
Taraf
kesukaran diguanakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Seperti terlihat pada tabel 4.8 (perhitungan pada lampiran XXVII):
Tabel 4.8
Hasil Taraf Kesukaran Butir Soal
No
|
Kategori
|
No. soal
|
Jumlah
|
1
|
Mudah
|
3,4,6,8,9,11,12,13,16,17,18,19,22,25,26,
27,28,29,30,34,35,38,41,43,46,47,50
|
27
|
2
|
Sedang
|
1,2,7,10,14,15,23,24,31,33,36,37,40,44,45,48
|
16
|
3
|
Sukar
|
5,20,2132,39,42,49
|
7
|
Berdasarkan analisis 50 butir soal
yang telah diuji cobakan diperoleh 31 soal yang layak dipakai (lampiran XXVII). Soal yang layak
dipakai dan soal yang tidak layak dipakai dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Soal Layak Dipakai
Dan Tidak Layak Dipakai
No Soal Layak Dipakai
|
No Soal Tidak Layak Dipakai
|
1, 2, 3, 6, 8, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 22, 24, 25, 27, 26, 29, 30,
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 43, 45, 46, 47, 50
|
4, 5, 7, 9, 10, 11, 15, 16,
20, 21, 23, 28, 31, 39, 40, 42, 44, 48, 49
|
Dari 31 soal yang layak digunakan
diambil 30 soal untuk digunakan sebagai tes, yaitu dengan membuang butir soal
nomor 26. Hal
ini dikarenakan kriteria validitas yang rendah walaupun soal tersebut termasuk
soal yang layak digunakan. Tes yang dilakukan yaitu pre-test yang diberikan
sebelum pembelajaran, dan digunakan sebagai post-test yang diberikan setelah
pembelajaran.
C. Hasil Penerapan Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
1.
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Model PBI
Data keterlaksanan sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah pada
subpokok bahasan energi diringkas dari hasil catatan-catatan pengamat yang
ditulis dalam instrumen pengamatan keterlaksanaan sintaks seperti yang
disajikan dalam tabel 4.10.
Tabel
4.10
Keterlaksanaan
Sintaks Pembelajaran pada Uji Coba I (Kelas E)
Sintaks
Pembelajaran
|
RPP
01
|
RPP02
|
RPP03
|
1.
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan mahasiswa
2.
Memunculkan masalah yang
autentik
3.
Membentuk kelompok kerja
untuk memecahkan masalah yang dihadapi
4.
Membimbing pengamatan dan
penyelidikan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah
5.
Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil kerja kelompok
6.
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah dari masing-masing kelompok
|
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
|
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
|
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
|
Tabel 4.10 merupakan hasil analisis yang menyatakan
bahwa pada uji coba I, sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah telah
dilaksanakan oleh dosen untuk semua RPP dalam kegiatan belajar mengajar.
2.
Aktivitas Mahasiswa di kelas
Data aktivitas mahasiswa dalam kgiatan pembelajaran diperoleh dari hasil
pengamatan dengan menggunakan intrumen 6 oleh dua orang pengamat dalam hal ini
dosen mitra (Fisika) yaitu Drs. Mintohari, M.Pd
sebagai pengamat I dan Fitria Hidayati sebagai pengamat II. Persentase hasil
perhitungan pengamatan aktivitas mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel
4.11 Persentase Aktivitas Mahasiswa Dalam Kegiatan Pembelajaran pada Uji Coba
I (kelas E)
Aktivitas Mahasiswa
|
Persentase (%)
|
Rata-rata (%)
|
||
RPP 01
|
RPP02
|
RPP03
|
||
2.
Berdiskusi
antar mahasiswa
3.
Membaca
buku/bahan ajar/LKM
4.
Mengajukan/menanggapi
pertanyaan
5.
Membuat
rumusan masalah
6.
Merumuskan
hipotesis
7.
Melakukan
penyelidikan
8.
Menganalisis
data hasil percobaan
9.
Mempresentasikan
hasil percobaan
|
9,09
9,09
10,91
9,09
12,73
10,91
16,36
9,09
12,73
|
9,80
7,84
11,76
9,80
9.80
13,73
11,78
13,73
11,76
|
11,48
9,84
9,84
9,84
11,48
11,48
11,48
11,46
13,10
|
10,12
8,92
10,84
9,58
11,34
12,04
13,21
11,43
12,53
|
Jumlah
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
Berdasarkan tabel 4.11 tampak bahwa
pada Uji Coba I pembelajaran berpusat pada mahasiswa, terbukti 88,88% aktivitas
berpusat pada mahasiswa (aktivitas nomor 2 sampai 9) dan hanya 10,12% mahasiswa
mendengarkan/memperhatikan penjelasan dosen (aktivitas nomor 1). Aktivitas melakukan
penyelidikan memiliki persentase terbesar baik pada pembelajaran satu,dua, dan tiga
yang berturut-turut 16,36%, 11,76%, dan 11,48% (aktivitas nomor 7). Begitu pula
untuk aktivitas-aktivitas yang lain seperti; membaca
buku/bahan ajar/LKM, mengajukan/menanggapi pertanyaan, merumuskan hipotesis,
melakukan penyelidikan, menganalisis data hasil percobaan, dan mempresentasikan
hasil percobaan dengan persentase yang cukup. Sedangkan aktivitas berdiskusi
antar mahasiswa mendapat persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan
aktivitas yang lainnya dan terjadi perubahan nilai untuk tiap RPP.
Reliabilitas instrumen 6 (Lembar pengamatan aktivitas mahasiswa PBI)
dapat dituliskan dalam tabel 4.12.
Tabel
4.12 Reliabilitas Instrumen Aktivitas Mahasiswa
Pengamatan terhadap Aktivitas Mahasiswa
|
Reliabilitas tiap RPP (%)
|
Rata-rata
|
||
RPP 01
|
RPP 02
|
RPP 03
|
||
Uji Coba I (Kelas E)
|
90,90
|
94,11
|
95,08
|
93,36
|
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui
bahwa reliabilitas aktivitas mahasiswa untuk setiap RPP pada Uji Coba I tertinggi
pada RPP 03 sebesar 95,08% dan terendah pada RPP 01 sebesar 90,90%. Tetapi jika
dilihat reliabilitas setiap RPP pada uji coba I > 75%, sehingga
instrumen pengamatan aktivitas mahasiswa PBI termasuk
instrumen yang baik (Borich, 1994).
3.
Hasil Belajar Mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa diperoleh melalui uji awal dan uji akhir.
Analisis deskriptif terhadap skor yang diperoleh mahasiswa pada tes ini.
Berdasarkan analisis tersebut diperoleh informasi tentang peningkatan hasil
belajar mahasiswa dari uji awal ke uji akhir, ketuntasan individu, ketuntasan klasikal
baik
indikator produk, proses, maupun psikomotor.
a. THB Produk
Ringkasan analisis data ketuntasan indikator produk dan sensitivitas
butir soal disajikan pada tabel 4.13.
Tabel
4.13 Ketuntasan Individu dan Klasikal THB Produk
pada
Uji Coba I (Kelas E)
No
|
NIM
|
Proporsi (%) Uji Coba I
|
Ketuntasan Uji Coba I
|
||||
Individu P> 75
|
Klasikal
P> 75
|
||||||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
||
071644104
|
61,43
|
77,04
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
|
071644096
|
67,14
|
78,52
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
|
3
|
071644097
|
65,71
|
87,41
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
4
|
071644098
|
57,14
|
88,15
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
5
|
071644099
|
58,57
|
81,48
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
6
|
071644100
|
65,71
|
83,70
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
7
|
071644101
|
71,43
|
85,93
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
8
|
071644102
|
58,57
|
83,70
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
9
|
071644103
|
64,29
|
81,48
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
10
|
071644105
|
67,14
|
80,74
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
11
|
071644106
|
65,71
|
82,96
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
12
|
071644107
|
62,86
|
83,70
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
Rata-rata
|
63,81
|
82,90
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
Berdasarkan tabel 4.13, pada Uji Coba I untuk Uji awal semua
mahasiswa tidak tuntas baik secara individu maupun secara klasikal dengan rata-rata 63,81%. Proporsi ketuntasan yang dicapai oleh
mahasiswa paling rendah 57,14% dan paling tinggi 71,43%. Uji akhir
menunjukkan bahwa semua mahasiswa tuntas untuk tes hasil belajar
produk dengan rata-rata 82,90%. Proporsi ketuntasan yang dicapai mahasiswa
terendah 77,04% dan tertinggi 88,15%. Jadi
persentase ketuntasan mahasiswa untuk uji awal dan uji akhir meningkat dari 63,81% menjadi 82,90% sebesar 19,09%.
b. THB Tradisional Proses
Ringkasan analisis data ketuntasan indikator proses dan sensitivitas
butir soal pada Uji Coba I disajikan pada tabel 4.14.
Tabel
4.14 Ketuntasan Individu dan Klasikal THB Proses
pada
Uji Coba I (Kelas E)
No
|
NIM
|
Proporsi (%) Uji Coba I
|
Ketuntasan Uji Coba I
|
||||
Individu P> 75
|
Klsikal
P> 75
|
||||||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
||
1
|
071644104
|
68,00
|
97,33
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
2
|
071644096
|
72,00
|
92,00
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
3
|
071644097
|
73,33
|
94,67
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
4
|
071644098
|
69,33
|
89,33
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
5
|
071644099
|
65,33
|
85,33
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
6
|
071644100
|
70,67
|
89,33
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
7
|
071644101
|
73,33
|
90,67
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
8
|
071644102
|
68,00
|
93,33
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
9
|
071644103
|
66,67
|
85,33
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
10
|
071644105
|
73,33
|
93,33
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
11
|
071644106
|
72,00
|
94,67
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
12
|
071644107
|
73,33
|
90,67
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
Rata-rata
|
70,44
|
91,33
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
Berdasarkan tabel 4.14 tampak bahwa pada Uji Coba I untuk kelas E semua mahasiswa tidak tuntas
baik secara individu maupun klasikal untuk uji awal dan uji akhir dengan
rata-rata 70,44%. Uji akhir
menunjukkan bahwa semua mahasiswa tuntas baik secara individu
maupun klasikal dengan rata-rata 91,33% dan mengalami kenaikkan
sebesar 20,89%.
c. THB Kinerja Psikomotor
Ringkasan analisis data ketuntasan indikator kinerja psikomotor disajikan pada tabel 4.15.
Tabel
4.15 Ketuntasan Indikator Kinerja Psikomotor
pada
Uji Coba I (Kelas E)
No
|
NIM
|
Proporsi kinerja (%)
Ketuntasan
|
ketuntasan
|
||||||||||
Membuat percobaan sederhana tentang energi
|
Menggunakan kit listrik
|
Menggunakan stopwatch
|
Menggunakan mistar
|
Rata-rata
|
|||||||||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
||
1
|
071644104
|
50,00
|
80,00
|
40,00
|
90,00
|
70,00
|
90,00
|
70,00
|
90,00
|
57,50
|
87,50
|
TT
|
T
|
2
|
071644096
|
50,00
|
90,00
|
30,00
|
100,00
|
60,00
|
100,00
|
70,00
|
100,00
|
52,50
|
97,50
|
TT
|
T
|
3
|
071644097
|
60,00
|
80,00
|
60,00
|
80,00
|
40,00
|
80,00
|
60,00
|
80,00
|
55,00
|
80,00
|
TT
|
T
|
4
|
071644098
|
40,00
|
100,00
|
60,00
|
100,00
|
60,00
|
100,00
|
70,00
|
100,00
|
57,50
|
100,00
|
TT
|
T
|
5
|
071644099
|
70,00
|
90,00
|
70,00
|
80,00
|
40,00
|
80,00
|
60,00
|
80,00
|
60,00
|
82,50
|
TT
|
T
|
6
|
071644100
|
60,00
|
100,00
|
50,00
|
70,00
|
70,00
|
100,00
|
40,00
|
70,00
|
55,00
|
85,00
|
TT
|
T
|
7
|
071644101
|
70,00
|
80,00
|
40,00
|
90,00
|
70,00
|
90,00
|
70,00
|
90,00
|
62,50
|
87,50
|
TT
|
T
|
8
|
071644102
|
40,00
|
90,00
|
60,00
|
80,00
|
70,00
|
70,00
|
60,00
|
100,00
|
57,50
|
85,00
|
TT
|
T
|
9
|
071644103
|
70,00
|
80,00
|
50,00
|
90,00
|
50,00
|
80,00
|
50,00
|
90,00
|
55,00
|
85,00
|
TT
|
T
|
10
|
071644105
|
60,00
|
100,00
|
70,00
|
80,00
|
60,00
|
100,00
|
70,00
|
70,00
|
65,00
|
87,50
|
TT
|
T
|
11
|
071644106
|
70,00
|
90,00
|
70,00
|
90,00
|
50,00
|
90,00
|
60,00
|
80,00
|
62,50
|
87,50
|
TT
|
T
|
12
|
071644107
|
60,00
|
80,00
|
70,00
|
80,00
|
70,00
|
80,00
|
70,00
|
90,00
|
67,50
|
82,50
|
TT
|
T
|
Rata-rata
|
58,33
|
88,33
|
55,83
|
85,83
|
59,17
|
88,33
|
62,50
|
86,67
|
58,96
|
87,29
|
Berdasarkan tabel 4.15 tampak untuk setiap indikator kinerja
psikomotor pada uji awal semua mahasiswa tidak tuntas dengan
rata-rata terendah sebesar 55% dan tertinggi 67,50% sedangkan
untuk uji akhir semua mahasiswa tuntas dengan rata-rata terendah
sebesar 80% dan tertinggi 97,50%. Jika kita lihat dari rata-rata untuk uji
awal dan uji akhir secara keseluruhan uji awal sebesar 58,96% dan uji akhir
87,29% sehingga mengalami kenaikan sebesar 28,33%. Sedangkan jika kita lihat
dari ketuntasan setiap indikator kinerja
psikomotor terdapat beberapa mahasiswa yang tidak tuntas yaitu satu
mahasiswa menggunakan stopwatch, satu mahasiswa menggunakan kit listrik dan dua
mahasiswa menggunakan mistar.
4. Respon Mahasiswa terhadap Penerapan
Pengembangan Perangkat yang Berorientasi pada Model PBI
Respon mahasiswa secara tertulis terhadap
proses pembelajaran maupun perangkat yang digunakan untuk menanyakan
pada mahasiswa apakah penerapan pengembangan perangkat yang berorientasi pada
model pembelajaran berdasarkan masalah baik atau tidak, sangat baik, cukup atau
tidak baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Data hasil respon
mahasiswa terhadap penerapan perangkat yang telah dikembangkan dapat dilihat
pada grafik 4.1.
Grafik 4.1 Rata-rata Respon Mahasiswa Terhadap Penerapan
pengembangan perangkat yang berorientasi pada model pembelajaran berdasarkan
masalah pada Uji Coba I
Berdasarkan grafik 4.1
terlihat bahwa respon mahasiswa terhadap pengembangan perangkat yang
diterapkan di kelas untuk ketiga aspek respon mahasiswa yaitu implementasi PBI dengan
persentase tertinggi 53,85% dan terendah 5,44%; buku ajar mahasiswa yang
digunakan mahasiswa persentase tertinggi 58,53% dan terendah 6,73%; dan lembar
kegiatan mahasiswa persentase tertinggi 34,24% dan terendah 8,21%.
Jika dilihat dari perbedaan persentase yang signifikan dapat dikatakan
bahwa respon mahasiswa terhadap penerapan PBI, buku ajar mahasiswa dan lembar
kerja mahasiswa cukup baik.
5. Hambatan-hambatan dalam Pengembangan
Perangkat dan Proses Pembelajaran
Kesulitan-kesulitan
dan hambatan yang dihadapi oleh peneliti selama Uji Coba I, dapat dilihat pada
tabel 4.16
Tabel
4.16 Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penerapan pengembangan perangkat
yang berorientasi pada model pembelajaran berdasarkan masalah
Uji Coba
|
RPP
|
Hari/tanggal
|
Hambatan-hambatan
|
Solusi
|
I
|
I
|
Rabu/
21-05-2008
|
1.
Mahasiswa
belum terbiasa dengan PBI
2.
Mahasiswa
belum terbiasa dengan menyusun laporan percobaan
|
1.
Dosen menjelaskan tentang PBI
2.
Dosen
menjelaskan cara membuat laporan yang benar.
|
II
|
Kamis/
22-05-2008
|
Kesulitan pengkondisian waktu untuk percobaan
|
Melakukan pembagian waktu antara teori dengan percobaan
|
|
III
|
Jumat/
23-05-2008
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
BAB V
DISKUSI HASIL PENELITIAN
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
tersedianya perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran
berdasarkan masalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Konsep
Dasar IPA untuk mahasiswa PGSD. Diskusi hasil penelitian membahas lebih lanjut
secara singkat deskripsi hasil penelitian tentang pengembangan perangkat
pembelajaran dan penerapannya pada Uji Coba I di kelas sebagaimana diuraikan
pada Bab IV sebelumnya.
A.
Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Pembahasan hasil
penelitian pengembangan perangkat pembelajaran didasarkan telaah oleh para validator
beserta perangkat pendukungnya. Berdasarkan telaah dan masukan dari para
validator dapat diketahui bahwa secara umum perangkat yang dikembangkan telah
layak digunakan dengan perbaikan seperti yang diuraikan pada tabel 4.1 s.d
tabel 4.5 pada bab IV sebelumnya. Untuk
draft I setelah direvisi berdasarkan telaah oleh para validator
menghasilkan draft II, secara umum seperti penulisan beberapa kata telah
disesuaikan dengan ejaan yang berlaku dan penggantian format untuk rancangan
tabel kisi-kisi soal dan pemberian contoh pada buku ajar mahasiswa serta gambar
yang mendukung.
Berdasarkan masukan dari
peserta simulasi pada RPP 2 dan perangkat pendukungnya diketahui masih ada
beberapa kekurangan pada perangkat terutama yang berkaitan dengan lembar
kegiatan mahasiswa yang masih membutuhkan penjelasan lanjut dari dosen serta
pengelolaan dalam proses pembelajaran pada simulasi tersebut. Hal ini
diakibatkan mahasiswa yang menjadi peserta simulasi belum pernah mengikuti
proses pembelajaran berdasarkan masalah sehingga setelah proses pembelajaran
berakhir dosen memodelkan proses pembelajaran berdasarkan masalah dan
diharapkan mahasiswa tidak canggung dalam proses pembelajaran selanjutnya.
B.
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Hasil analisis
keterlaksanaan sintaks pembelajaran menunjukkan bahwa pada uji coba I, sintaks
pembelajaran berdasarkan masalah dilaksanakan dengan baik oleh dosen, baik pada
RPP 01, RPP 02, maupun RPP 03 sesuai dengan tabel 4.10.
Berdasarkan hasil analisis
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaks pembelajaran berdasarkan masalah
dapat dilaksanakan dengan baik oleh dosen untuk setiap tahapnya. Dalam
pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama.
C.
Aktivitas Mahasiswa di kelas
Pada Uji Coba I,
persentase frekuensi aktivitas mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1
Aktivitas Mahasiswa Pada Uji Coba I
Uji Coba
|
Kelas
|
Berpusat pada Mahasiswa
|
Mendengar/memperhatikan penjelasan dosen
|
I
|
E
|
88,88%
|
10,12%
|
Berdasarkan tabel 5.1 di
atas dapat diketahui untuk aktivitas mahasiswa yang mendengarkan sebesar 10,12%
dan berpusat pada mahasiswa sebesar 88,88%. Dari data ini nampak bahwa
implementasi perangkat untuk RPP 01, RPP 02, dan RPP 03 mampu mengaktifkan mahasiswa.
Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran ini mahasiswa terlibat aktif dalam
penemuan konsep yang baru bagi dirinya melalui langkah-langkah pembelajaran berdasarkan
masalah dengan melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata sesuai dengan materi yang sedang mahasiswa pelajari.
Dari teori perkembangan kognitif sebagai besar ditentukan oleh interaksi aktif
anak dengan lingkungan dan interaktif sosial dengan teman sebaya, khususnya
berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya
memuat pemikiran menjadi logis (Nur,1998).
Berdasarkan kategori yang
diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung menunjukkan langkah-langkah
pembelajaran berdasarkan masalah yang diuraikan dalam langkah-langkah
pembelajaran pada setiap rencana pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana. Hal
ini dapat dilihat reliabilitas instrumen aktivitas mahasiswa pada tabel 4.8.
Dengan demikian secara keseluruhan implementasi perangkat yang dikembangkan ini
mampu mengaktifkan siswa.
D.
Hasil Belajar Mahasiswa
Berdasarkan hasil
pada uji awal dan uji akhir, untuk tes hasil belajar menunjukkan bahwa pada uji
coba I, semua mahasiswa tuntas baik secara individu maupun klasikal pada uji
akhir. Terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar dari 63,81% pada uji
awal menjadi 82,90% pada uji akhir untuk indikator produk, dan peningkatan
persentase dari 70,44% pada uji awal menjadi 91,33% pada uji akhir untuk indikator proses.
Ketuntasan
hasil belajar mahasiswa berdasarkan penelitian ini relevan dengan teori yang
melandasi pembelajaran berdasarkan masalah. Teori pembelajaran konstruktivis
menyatakan bahwa mahasiswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Agar mahasiswa
benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus memecahkan
masalah, menentukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah
dengan ide-ide. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
perangkat yang dikembangkan berorientasi pembelajaran berdasarkan masalah,
mampu mencapai ketuntasan belajar siswa dengan tingkat keberhasilan yang
optimal.
E.
Respon Mahasiswa terhadap Penerapan Pengembangan Perangkat yang
Berorientasi pada PBI
Uji coba I menunjukkan
bahwa penilaian mahasiswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan penerapan perangkat
berorientasi pada pembelajaran beradasarkan masalah yang dikembangkan oleh
peneliti cukup baik. Respon mahasiswa yang tertinggi yaitu penerapan PBI
(53,85%) dan buku ajar mahasiswa (58,53%) untuk respon terendah LKM yang
digunakan (34,24%).
Secara keseluruhan
penerapan PBI dan perangkat yang telah dikembangkan pada RPP 01, RPP 02, dan
RPP 03 direspon dengan baik dan sangat baik oleh mahasiswa. Hal ini diperkuat
oleh antusias mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
F.
Hambatan-hambatan dalam Pengembangan Perangkat dan Proses Pembelajaran
Secara umum hambatan yang ditemui oleh peneliti
dalam mengembangkan perangkat adalah terletak pada format dan struktur perangkat
tersebut baik RPP, buku ajar, LKM, dan lembar pengamatan. Namun semuanya bisa
di atasi, mengingat perangkat yang digunakan dalam penelitian disimulasikan dan
diuji validasi terlebih dahulu. Berkat saran-saran dari pembimbing, peserta
simulasi dan validator perangkat. Berbagai hambatan dalam pengembangan
perangkat dapat di atasi oleh peneliti.
Hambatan yang ditemui selama implementasi
perangkat di kelas seperti ditunjukkan pada tabel 4.16 di antaranya, alokasi
waktu, mahasiswa belum terbiasa dengan PBI dan kelemahan dalam menyusun laporan
percobaan. Namun kesemuanya dapat diatasi berkat kerjasama peneliti dengan
dosen mitra yang mengajar di PGSD.
G.
Kualitas Pembelajaran Konsep Dasar IPA (Fisika)
Kualitas proses pembelajaran adalah tingkat
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang direfleksikan melalui berbagai
indikator dalam proses pembelajaran. Indikator yang dimaksud yaitu,
keterlaksanaan sintaks pembelajaran, pengelolaan kelas, aktivitas mahasiswa
dalam kegiatan pembelajaran, respon mahasiswa selama pembelajaran berlangsung,
dan hasil belajar mahasiswa yang disajikan pada tabel 5.2.
Berdasarkan tabel 5.2 dari sekumpulan indikator
selama proses pembelajaran yaitu keterlaksanaan sintaks pembelajaran, aktivitas
mahasiswa yang tinggi, respon mahasiswa yang sangat baik, serta hasil belajar
mencapai ketuntasan maka implementasi pembelajaran mata kuliah Konsep Dasar IPA
pokok bahasan energi yang berorientasikan pada pembelajaran berdasarkan masalah
yang dilaksanakan di Jurusan PGSD khususnya angkatan 2007, berkualitas.
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan temuan
pada penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi pada
pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan energi dapat disimpulkan
bahwa pengembangan perangkat berorientasikan pada pembelajaran berdasarkan
masalah pokok bahasan energi dikategorikan baik mampu meningkatkan hasil
belajar mahasiswa dan kualitas proses pembelajaran.
B. Saran
1.
Pengembangan
perangkat yang dilakukan oleh seorang dosen sangat perlu untuk divalidasi oleh
pakar atau diujikan terlebih dahulu pada mahasiswa sebelum digunakan.
2. Dalam proses pembelajaran berdasarkan masalah
seorang dosen perlu mengaktifkan mahasiswa untuk melakukan penyelidikan sendiri
dalam menemukan konsp-konsep baru yang berkaitan dengan materi yang dipelajari
di kelas.
3. Seorang dosen harus mengatur waktu dengan tepat
jika menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah di kelas sehingga dicapai
hasil yang maksimum.
Daftar Pustaka
Aiken, L.R. (1997). Psychological
Testing and Assessment. Ninth edition. New York: Mc Graw-Hill Company
Arends, R.I. (1997). Classroom
Instructional Management. New York: Mc Graw-Hill Company
Arikunto,
Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta.
Borich, G.D. (1994). Observation
Skill for Effective Teaching. New York: Macmillan Publishing Company
Dahar, R.W. (1988). Teori-Teori Belajar.
Jakarta: Depdikbud
Depdikbud. (1994). GBPP SD. Jakarta: Depdikbud
Depdiknas. (2004). Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas
Douglas, C. Giancoli. (2001). Jilid 1. Fisika. Jakarta : Erlangga
Halliday,Resnick.
(1987). Fisika. Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Ibrahim, M & Nur, M. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah.
Surabaya: Unesa University press
Jauhartina, A. (2006). Pemodelan teman sebaya sebagai tutor dalam
pembelajaran fisika konsep usaha dan energi di SMAN 2 Sidoarjo. Tesis Magister Pendidikan, UNESA
Kurikulum 2004 SMA. (2003). Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian. Jakarta: Depdiknas
Kurnia. (2004). Meningkatkan
hasil belajar matematika siswa SMU melalui pembelajaran berdasarkan masalah
dengan metode penemuan : studi eksperimen pada SMUN 15 Bandung dan SMU Kartika
Chandra III-2 Bandung. digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1005106-143918/
- 10k -
Laela Sarah, Lia., dkk. (2005). Pengembangan model pembelajaran PBI untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. lialaesa.wordpress.com/2006/11/07/pengembangan-model-problem-based-instruction/
- 11k –
Maimunah, Siti. (2005). Pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan Discovery Inquity
terbimbing terhadap hasil belajar siswa SMP negeri 1 Wonoayu Sidoarjo. Tesis
Magister Pendidikan, UNESA
Nur, M & Wikandari, P.R. (1998). Pendekatan-pendekatan Konstruktivis dalam
Pembelajaran. Surabaya: Unesa University press
Rawi, A. (2005). Implementasi
Model PBI dengan prinsip Kooperatif untuk Mengatasi Kesulitan Siswa dalam
Mengerjakan Soal Bercirikan Keterampilan Proses pada Pokok Bahasan Pencemaran.
Tesis Magister Pendidikan, UNESA
Silaban, B. (1999). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika
SMU Bahan Kajian Gelombang dengan Penerapan Pengajaran Berdasarkan Masalah. Tesis
Magister yang tidak dipublikasikan. Surabaya: UNESA.
Slavin, R.E. (1994). Educational Psychology.
Four Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publishers
Sudibyo, Elok. (2003). Beberapa Model Pengajaran dan Strategi
Belajar dalam Pembelajaran IPA-Fisika. Jakarta: Depdiknas
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Suharto. (2005). Peningkatan
Kualitas Proses Belajar Mengajar Biologi di SMA Bahan Kajian Lingkungan dengan
Model PBI.Tesis Magister Pendidikan, UNESA
Sumardi, Yos, dkk. (1994). Materi Pokok Mekanika. Jakarta:
Universitas Terbuka, Depdikbud
Suparmanto, A. (2004). Penerapan Metode Proyek dalam Seting Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Mengajar Biologi di SMA. Tesis
Magister Pendidikan, UNESA
Zemansky, Sears. (2001). Fisika Untuk Universitas I.
Bandung: Bina Cipta
loading...
No comments:
Post a Comment