loading...
PENDAHULUAN .
Pada bab ini akan diuraikan secara ringkas
tentang Pokok Bahasan Hakikat IPS yang
meliputi; Rasional, Sejarah, Definisi, dan
Tujuan mempelajari IPS serta Sub PB Konsep-konsep Dasar IPS, Ilmu-ilmu Sosial
dan Bidang Studi lain, dalam hubungannya dengan IPS. Namun sebelumnya akan di
perjelas istilah kata hakikat IPS.
Hakikat IPS dapat diartikan sebagai kebenaran, kenyataan yang sebenarnya
(Poerwadarminta, 1985). Jadi IPS adalah suatu kebenaran IPS, atau kenyataan
IPS, dan apa sebenarnya IPS itu.
A. Hakekat IPS itu adalah:
1. Perwujudan dari satu pendekatan
Interdisipliner dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial.
2. Integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial
seperti: Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Ilmu Politik dan
Psykologi sosial.
3. Menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling.
4. IPS bukan Ilmu Sosial walaupun bidang
perhatiannya sama yaitu hubungan timbal balik antara manusia (human relation ship).
5. IPS hanya terdapat pada program pengajaran di sekolah.
6. IPS
merupakan penyederhanaan Ilmu sosial untuk pengajaran.
B. Sejarah lahirnya IPS di Indonesia
IPS merupakan terjemahan dari studi sosial (social studies) yang mulai diterapkan
dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat sejak tahun 1915
setelah perang dunia pertama. Para ahli pendidikan di Amerika Serikat pada
waktu itu berkesimpulan bahwa pengajaran Ilmu-ilmu sosial yang diajarkan secara
sendiri-sendiri dalam bentuk disiplin ilmu, seperti: Sejarah, geografi,
ekonomi, dan lain-lain tidak akan mampu membekali para subyek didik untuk dapat
mengenal dan mengerti masalah sosial yang ada disekitarnya. Dengan demikian diintroduksikannya
social studies yang diharapkan dapat
mengatasi kekurangan.
Kelahiran Bidang Studi
IPS dalam Kurikulum sekolah di Indonesia, banyak-banyak di ilhami oleh
pengajaran social studies di Amerika
Serikat. Bahkan istilah Ilmu pengetahuan
sosial (IPS), adalah terjemahan dari apa yang dinamakan Social studies dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di Amerika
Serikat (N. Daljuni 1981). Pengajaran IPS di Indonesia pertama kali
diperkenalkan oleh pakar IPS pada tahun 1969 yaitu oleh Ibu Prof Dr. Soepartina
Pakasi pada SD PPSP IKIP Malang. Pada
tahun 1971 IPS dimasukkan dalam buku induk Depdikbud. Pada tahun 1972 sudah
ramai diperbincangkan dalam rencana pembaharuan Kurikulum sekolah di Indonesia.
Bidang studi IPS resmi di cantumkan dalam kurikulum pada tahun 1974. Pada tahun
1975 nama bidang studi IPS sudah tercantum dalam kurikulim SD, SMP, SMU.
Pelaksanaannya dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahun 1976. Jadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia kelahirannya bersamaan dengan lahirnya
kurikulum tahun 1975.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, dimana dunia pengajaran sekolah pada umumnya selalu
tertinggal, maka IPS diperlukan sebagai wadah pengetahuan yang mengharmoniskan
laju perkembangan ilmu dan kehidupan dalam dunia pengajaran sekolah. Sebab IPS
mampu melakukan lompatan-lompatan ilmu secara konsepsional untuk kepentingan
praktis kehidupan baru yang sesuai dengan keadaan dan zaman. Maka melihat jenis
dan susunan konsep/topik dalam IPS sungguh sangat banyak bervariasi dari
berbagai ilmu sosial serta dari tuntutan-tuntutan persoalan kehidupan praktis.
C. Pengertian istilah Social studies dan IPS
Oleh karena itu, untuk memudahkan pemahaman
terhadap IPS perlu dikemukakan terlebih dahulu Pengertian Social Studies (IPS) dari beberapa ilmuan Negara-negara maju
seperti berikut:
- Arthur G. Binning and David H.Binning (1982) mengemukakan bahwa: Studi Sosial adalah mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial.
- Edgar B. Wesley (1980), mengemukakan bahwa: Studi Sosial adalah Ilmu-ilmu Sosial yang disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah.
- Willian B. Ragam (1982), menyatakan bahwa: Program Studi Sosial mencerminkan bahan-bahan dari berbagai ilmu Sosial, tetapi ia juga mempergunakan bahan-bahan dari masyarakat setempat.
- John Jarolimek (1967) menyatakan bahwa: Studi Sosial merupakan bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang materi pelajarannya terdiri dari ilmu-ilmu social seperti; Sejarah, Geografi, Ekonimi, Antropologi, Soiologi, Politik, Psykologis Sosial bahkan termasuk Ilmu Filsafat.
Jadi Studi
Sosial dapat pula dikatakan sebagai bagian-bagian dari ilmu sosial yang
diseleksi atau dipilih untuk tujuan pengajaran.
Selanjutnya akan dikemukakan pula
pengertian IPS menurut para pakar Ilmuan Sosial di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Nasution.D,Prof,Dr M.A (1975) merumuskan bahwa
IPS adalah suatu program Pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada
pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam
lingkungan sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial
seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan
psikologi sosial. Dapat juga dikatakan
bahwa IPS pelajaran yang merupakan fusi atau paduan dari sejumlah mata
pelajaran Ilmu-ilmu sosial. Atau IPS merupakan mata pelajaran yang menggunakan
bagian-bagian tertentu dari ilmu-ilmu sosial.
2. Nu’man Sumantri dan kawan-kawan (1973)
merumuskan bahwa, IPS sebagai bahan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan pendidikan di tingkat SD, SLP, dan SLA.
3. IPS adalah suatu bidang studi yang merupakan
paduan sejumlah mata pelajaran Sosial (Departmen P dan K R.I)
4.
A. Kosasi Djahiri (1983) merumuskan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan
ang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya
serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktik untuk
dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Berdasarkan pada uraian tentang pengertianIPS, maka guru IPS diharapkan selain memahami orientasi dan pendekatan
kurikulum, juga memahami konsep-konsep dan generalisasi yang terdapat dalam
kurikulum maupun dari buku paket dan buku teks lainnya yang dianggap tepat
untuk diajarkan. Upaya itu dimaksudkan agar konsep dan generalisasi dapat
diajarkan sebagai jawaban terhadap tuntutan kebutuhan yang beranggapan bahwa
pengajaran fakta selama ini sudah tidak memadai lagi, seperti dikatakan Edwin Fenton (1976) bahwa: fakta semata tidaklah berarti apa-apa untuk dirinya
sendiri. Fakta akan memiliki arti dalam fikiran orang yang mempelajarinya.
Suatu fakta yang sama akan mempunyai arti yang berbeda terhadap dua orang yang
pandangannya berbeda.
Dapat juga dikatakan bahwa pelajaran IPS
ini diharapkan bukan hanya penanaman, pembinaan pengetahuan konsepsional
belaka, melainkan ialah pembinaan pengerian sikap terhadap nilai-nilai praktis
(operasional) dari pada konsep tersebut serta kemahiran penerapannya sebagai
insan sosial. Oleh karena pengajaran IPS bukan sekadar menyedorkan serentetan konsep-konsep saja, melainkan
kemampuan guru dan siswa menarik nilai/arti yang terkandung dalam konsep, serta
bagaimana cara menerapkannya.
Kardiyono Mertodihardjo
(1984) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan gambaran tentang, fakta,
konsep generalisasi dan teori, maka
secara jelas akan Persepsi adalah
pengamatan melalui indra, penafsiran terhadap suatu persepsi dipengaruhi
pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki
seluruhnya oleh seseorang.
Persepsi ini merupakan proses penyaringan berdasarkan pengalaman-pengalaman.
Persepsi merupakan produk mental dari hasil pengalaman ia merupakan bahan
mental untuk berfikir melalui daya persepsi dan daya mengingat, seseorang
mengumpulkan informasi tentang kejadian (fakta) di sekelilingnya.

1. Fakta adalah kejadian, obyek atau
gejala-gejala yang sudah atau dapat dibenarkan oleh indera. Fakta yang
diperoleh berdasarkan observasi tidak mempunyai arti sendiri, ia sekedar alat.
Ilmu dibentuk dari fakta, sebagaimana halnya batu bata sebagai alat pembentuk
gedung. Kumpulan fakta bukan gedung, kumpulan fakta bukan ilmu. Fakta merupakan
data mentah bagi pembentukan konsep. Sebagai contoh: Bumi beredar mengelilingi
matahari, Kuala Lumpur Ibu Kota Negara Malaysia dan sebagainya.
2. Konsep
adalah suatu abstraksi (hanya dalam ingatan dan pikiran) dari fakta dan
persepsi. Merupakan gambaran dikepala (inpresi, visualisasi, representasi
gejala-gejala) konsep memberikan arti keteraturan dan pengalaman. Konsepsi
merupakan pembedaan/pemilikan secara sadar dari pengalaman persepsi yang pernah
dieroleh. Konsep tidak dapat dipelajari tanpa pengalaman yang relevan dengan
gejala/kejadian yang akan di”konsep”kan. Salah konsep (misconception) terjadi karena adanya penghilangan atau penambahan
dari apa yang esensil ada didalam konsep. Akibatnya: kekeliruan dalam penyamaan
terhadap gejala-gejala lain, ini dinamakan “over
generalization”. Jenis konsep yang dikembangkan oleh anak didik terbatas
pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya, konsep berguna untuk
menggolong-golongkan benda, ide, kejadian, konsep harus dapat di abstraksikan,
ini sangat esensiil. Perlu diberikan catatan penting bahwa, Stereotipe ialah
konsep tentang orang/obyek, tempat, kejadian yang belum terwujud berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang cukup. Sedangkan fungsi konsep disini adalah (1)
sebagai unsur respon terhadap sesuatu kejadian atau maksud, (2) sebagai
perantara kejadian dan perbuatan dan perbuatan/kelakuan, (3) membantu kita
untuk membedakan, menggolongkan, memperhitungkan fakta-fakta di sekeliling
kita. Oleh karena itu setiap disiplin ilmu sosial memiliki dan mengembangkan
konsep-konsep masing-masing yang dilakukan oleh para ahlinya seperti
jenis-jenis konsep yang perlu dikembangakan oleh para guru IPS adalah (a) konsep konjungtif, (b) konsep
disjungtif, (c) konsep relasional, (d) kosep infret, dan (e) konsep ideal.
3. Generalisasi adalah merupakan paduan dari dua atau lebih dari konsep-konsep: dapat sederhana
(kian besar keluarga, kian besar biaya), dan dapat kompleks (setiap masyarakat
memiliki kebuadayaan masing-masing). Kumpulan dari generalisasi atau biasanya berupa
prinsip, dalil, hukum, pernyataan dapat membentuk teori. Generalisasi berfungsi
dalam pengajaran IPS antara lain adalah (1) membantu dalam pemilihan bahan
pelajaran, (2) sebagai tujuan umum IPS, (3) mengorganisasi kegiatan belajar
mengajar, (4) membantu dalam membangun hubungan pengertian atau artikulasi
bahan-bahan pengajaran dalam kurikulum IPS. Selain hal tersebut juga
generalisasi memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain (a) generalisasi
menunjukkan hubungan dua konsep atau lebih, (b) generalisasi lebih bersifat
umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan pada keseluruhan dan bukan bagian
atau contoh, (c) generalisasi adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi dan bukan
sekedar konsep, (d) generalisasi didasarkan pada proses. Generalsasi
dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya berdasarkan pengamatan semata
(e) generalisasi berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya,
(f) generalisasi bukanlah sekedar pernyataan yang diverbalkan atau penegasan
pernyataan akan tetapi satu kesatuan pengertian.
4. Teori
adalah bentuk pengetahuan dalam tingkat tertinggi, merupakan salah satu dari
tujuan pokok didalam perkembangan setiap disiplin/ilmu.Terdiri dari suatu
proposisi (generalisasi) yaitu: prinsip, dalil, hukum, dan sebagainya yang
saling berhubungan yang dapat diuji kebenarannya.
Bahan
pelajaran IPS pada konsep-konsep dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti:
sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik psykologi sosial dan ekologi. Disamping
lingkungan alam dan masyarakat sekeliling juga memberikan bahan berupa
fakta-fakta (M. Abduh, 1990). Oleh karena itu guru IPS wajib mengetahui konsep
dasar dari ilmu-ilmu sosial dan fakta-fakta sekitar dengan baik. Ruang lingkup
IPS ialah keseluruhan lapangan ilmu sosial. Dalam pengajaran IPS baik konsep
maupun generalisasi diupayakan agar ditemukan sendiri oleh siswa melalui
pendekatan induktif. Namun untuk kepentingan pengajaran ada baiknya bila guru
sendiri telah memiliki konsep-konsep dan generalisasi, yang dapat digunakan
untuk menguji konsep-konsep dan generalisasi yang ditemukan siswa. Tidak
berarti bahwa rumusan konsep dan generalisasi yang ditemukan siswa harus sama
persis dengan konsep dan generalisasi temuan guru.
Setiap cabang ilmu sosial mempunyai
titik berat perhatian yang berbeda-beda, misalnya: Sejarah sangat memperhatikan
aspek waktu, Geografi sangat memperhatikan aspek keruangan, Ekonomi sangat
memperhatikan aspek kelangkakaan sumber kebutuhan hidup, Sosiologi aspek
masyarakat dan seterusnya. Adanya titik berat perhatian yang berbeda-beda itu,
maka setiap cabang ilmu sosial mengembangkan konsep dan generalisasi
masing-masing sesuai dengan titik berat perhatiannya. Setiap siswa perlu
menguasai pengertian tentang konsep dasar dan generalisasi berbagai cabang ilmu
sosial yang dapat dipergunakan untuk mempelajari persoalan kemasyarakatan,
mencoba menyelami prosesnya dan mencoba ikut memecahkannya. Mempelajari konsep
dan generalisasi IPS sangat penting karena: (a) siswa mudah memahami
proses-proses yang terjadi dalam masyarakat, (b) konsep dan generalisasi tidak
mudah dilupakan, Karena diperoleh melalui pemahaman dan bukan melalui hafalan. (c)
konsep dan generalisasi yang dipahami membuat sesuatu peristiwa menjadi lebih
jelas kaitannya satu dengan yang lainnya.
Pengajaran
IPS sifat menyeluruh penting untuk diketahui dan dipahami, karena IPS menangani
bahan pelajaran dalam hubungan tali temali, kait berkait atau “Integrated” atau “Interdisipliner”.
Program IPS harus mengembangkan; pengertian, sikap, dan keterampilan. Pengertian; menyangkut perkembangan
fakta, konsep dan generalisasi yang merupakan isi dasar IPS. Hal ini dapat
diambil dari ilmu-ilmu sosial dan dari pengalaman dalam masyarakat sendiri. Sikap; menyangkut nilai, apresiasi, dan
ide-ide yang diperoleh anak didik melalui program IPS. Sedangkan keterampilan; menyangkut kemampuan
tehnis dan fisik. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan perlu dikembangkan
pada setiap program IPS sesuai dengan tujuan IPS. Setiap program IPS hendaknya
berorientasi kepada Negara, bangsa dan masyarakat Indonesia sendiri.
Mulyono Tj (1982)
mengemukakan bahwa pengajaran IPS perlu pula memperhatikan bagaimana cara
memilih dan menyusun konsep, agar pelaksanaan dan pengembangan materi pelajaran
tidak bermasalah, artinya tidak terjadi kesalahan dalam memilih konsep atau
salah konsep maka perlu diperhatikan cara memilih konsep hendaknya dipilih berdasarkan
prinsip-prinsip seperti berikut yaitu: (a) perinsip keperluan, (b) perinsip
ketepatan, (c) perinsip mudah dipahami, dan (d) perinsip kegunaan. Sedangkan
cara menyusun konsep adalah: Konsep merupakan abstraksi dari sekumpulan fakta
yang memiliki ciri-ciri yang sama. Konsep itu terwujud dari bentuk konkrit ke
bentuk abstrak. Proses ini dilakukan oleh anak-anak didik berdasarkan latar
belakang pengalamannya.
D. Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan pengajaran IPS ada 3 tujuan
utamanya menurut Edwin fenton (1986) yaitu (a) mempersiapkan anak didik menjadi
warga Negara yang baik, (b) mengajar anak didik berkemampuan berpikir dan (c)
agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya. Sedangkan menurut L.H. Clark
(1983) mengemukakan bahwa titik berat studi sosial adalah perkembangan individu
yang dapat memahami lingkungan sosialnya, serta manusia dengan kegiatan
intraksi antar mereka, dan anak didik diinginkan agar dapat menjadi anggota
yang produktif dan dapat memberikan andilnya dalam masayarakat. Dalam buku Teaching Social studies (1962) dari Departemen
of Instructions Fairfax Country Schools Virginia, mengemukakan bahwa program
studi sosial hendaknya menyajikan kesempatan yang banyak setra beraneka ragam
untuk membentuk warga Negara yang efektif, termasuk kesadaran bahwa hak selalu
disertai oleh kewajiban.
Tujuan pengajaran IPS di Indonesia, M.
Abduh (1990) bertujuan seperti tersebut di atas yang merupakan tujuan yang
bersifat universal yang dapat berlaku bagi anak didik di negara manapun di
dunia ini. Selain tujuan yang umum itu, maka pada setiap Negara mempunyai
tujuan khusus yang khas, berdasarkan filsafat, sejarah, watak, dan keadaan
geografis yang berbeda-beda. IPS di Indonesia merupakan wahana pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Yang harus dimiliki oleh anak didik yaitu: (a)
Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) cerdas dan terampil, (c) berbudi pekerti
yang luhur, (d) memiliki keperibadian yang kuat, dan (e) memiliki semangat
kebangsaan dan cinta tanah air yang tebal. Bagi bangsa Indonesia, karakteristik
warganegara yang baik tentu saja harus mengacu kepada dasar Negara yaitu
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Secara khusus tujuan
pengajaran IPS di sekolah dapat dikelompokkan menjadi empat komponen seperti
berikut:
1. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang
pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan
masa datang.
2. Menolong siswa untuk mengembangkan
keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah informasi.
3. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap
(values) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial.
Keempat tujuan tersebut
tidak terpisahkan atau berdiri sendiri, melainkan merupakan kesatuan dan saling
berhubungan. Keempat tujuan tersebut sesuai dengan perkembangan pendidikan IPS
sampai pada saat sekarang. Chaping, J.R dan Messick, R.G (1992:5).
E. Konsep-konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial.
Bahan pelajaran IPS bersumber dari
masyarakat dan alam sekeliling kita. Bahan tersebut disusun dalam topik-topik
yang berisikan konsep-konsep dan generalisasi yang harus disajikan kepada
siswa-siswa sesuai dengan perumusan arti IPS. Konsep dan generalisasi berasal
dari berbagai cabang ilmu sosial Kadiyono Mertodihardjo (1984). Lingkungan
sosial dan alam siswa perlu pula digunakan berbagai pedoman dalam penyusunan
bahan sehingga apa yang akan disajikan ada kaitannya dengan masyarakat tempat
tinggalnya. Namun perkembangan penduduk yang amat cepat mengakibatkan
pertumbuhan kehidupan masyarakat yang amat kompleks. Perkembangan teknologi dan
ilmu membawa timbulnya beraneka ragam peralatan sehingga pemilihan dan
penyajian bahan peralatan yang tepat merupakan masalah pula. Jelas sekali bahwa
kini makin banyak pengertian yang harus diketahui oleh siswa. Hal ini tidak
akan terlaksana melalui proses tradisional dengan menghafal dan mengingat
meluluh. Proses penguasaan bahan harus dirombak dengan cara penguasaan konsep
dan generalisasi, karena dengan penguasaan konsep dan generalisasi amat penting
dan dapat memudahkan pemahaman siswa tentang masyarakat. Berikut akan diuraikan
satu persatu tentang konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu-ilmu sosial menurut Mulyono
Tj (1982) adalah seperti berikut:
Konsep dasar dari ilmu-ilmu sosial
adalah (a) sejarah, (b) geografi, (c) ekonomi, (d) sosiologi, (e) antropologi,
(f) politik,dan (g) psykologi sosial. Berikut akan diuraikan lebih rinci
tentang pengertian dan bagian-bagiannya, beserta contoh konsep masing-masing
ilmu-ilmu sosial.
1. Konsep Sejarah.
Sejarah adalah: ilmu yang
mengkaji kisah perbuatan-perbuatan manusia pada masa lampau dan masa sekarang.
Unsur pokoknya adalah: manusia, ruang dan waktu. Sifat obyek adalah:
perbuatan/peristiwa-peristiwa terpilih yang mempunyai arti bagi manusia.
Sedangkan sumber bahan adalah bahan tertulis dan bahan tidak tertulis. Konsep
pokok atau main Concepts seperti: perubahan, kontinuitas, waktu, dan lain-lain.
Bahan kajiannya adalah kejadian peristiwa manusiawi yang mempunyai impact
terhadap manusia, bangsa dalam gerak perkembangan atau sejarahnya seperti: (1)
usaha/perjuangan usaha manusia mengatasi tantangan alam, (2) kehidupan
bernegara, (3) kegiatan beragama dan berkebudayaan dengan pasang surutnya, (4)
ide-ide dan paham-paham: feodalisme, imperialisme, kapitalisme, nasionalisme,
Internasionalisme dan sebagainya. Semuanya dipertautkan dengan konsep-konsep,
karakteristik sejarah dan disiplin-disiplin yang lain. Sifat-sifat
karakteristik yang perlu diperhatikan dalam sejarah antara lain adalah (1)
kejadian / data itu bersifat hanya sekali saja terjadi dan tak mungkin terjadi
lagi, (2) perkembangan peristiwa/ kejadian histories itu bersifat kausal, (3) subyektivitas
dalam penilaian dan Interpretasi data.
2. Konsep Geografi
Geografi adalah suatu studi tentang hubungan
keruangan, meliputi aspek-aspek fisik, biotic, dan sosial, tetapi dapat
dibedakan dengan ilmu-ilmu lain karena geografi memusatkan
perhatiannya/studinya pada penyebaran atau distribusi, gejala/penomena serta
hubungan dengan gejala-gejala dengan tempat atau ruang. Contoh konsep-kosep
geografi antara lain: distribusi, ruang, lokasi, wilayah, bentangan alam,
sumber alam, lingkungan hidup, globalisasi, penduduk, sungai, laut, gunung dan
lain sebagainya. Konsep-konsep tersebut dapat terbagi-bagi lagi kepada konsep
yang lebih khusus. Misalnya: bentangan alam dapat berupa konsep tentang gunung,
lembah, sungai dan seterusnya. Pengorganisasiannya dapat diperjelas seperti
berikut:
a. Distribusi keruangan (spatial distribution). Untuk
dapat melihat distribusi keruangan diperlukan ,fakta yang cukup banyak. Fakta
tersebut memiliki tiga unsur yang bersamaan ialah waktu, lokasi, dan kesamaan
ciri-ciri.
b. Wilayah atau region adalah suatu daerah yang
ditandai dengan adanya keseragaman atas satu atau lebih fenomena/kenampakan.
Wilayah dapat dibedakan atas: 1) Wilayah Formal, ialah yang ditandai dengan adanya
asosiasi areal, yang dapat berupa biotik atau physik, 2) Wilayah Fungsional
yang ditandai dengan adanya interaksi ruang misalnya kota sebagai pusat dengan
kota-kota satelit yang mengitarinya yang dihubungkan oleh adanya alat
komunikasi.
c. Asosiasi areal adalah suatu areal yang
memungkinkan terjadi suatu wilayah Formal, misalnya adanya dataran rendah
didaerah pantai, mungkin dapat menjadi daerah rawa.
d. Intraksi keruangan yaitu adanya hubungan
antara fakta dengan fakta lain di dalam satu ruang antar ruang dapat berwujud
intraksi. Dengan adanya intraksi biasanya akan timbul fakta baru. Misalnya: karena
adanya intraksi antara manusia dengan lingkungannya terjadilah disuatu tempat,
sawah, sedang ditempat lain terwujud perkebunan.
3. Konsep Ekonomi dan Koperasi
Ekonomi adalah suatu pelajaran tentang
bagaimana orang dan masyarakat memilih tanpa uang mempekerjakan sumber-sumber
produksi yang langkah, untuk menghasilkan bermacam-macam barang sepanjang waktu
dan mendistribusikannya untuk komsumsi, sekarang dan yang akan datang, diantara
berbagai macam orang dan golongan masyarakat. (Paul Samuelson). Sedangkan
menurut Robert, L, Heilbooner: ekonomi adalah mempelajari bagaimana orang
memecahkan tantangan dalam memenuhi kebutuhannya. Berikut akan di jelaskan
tentang konsep pokok dari Imu ekonomi menurut Prof, Lawrence Senesh
mengemukakan 5 (lima) konsep dasar dari ekonomi seperti berikut:
- Konsep dasar yang sentral dari ilmu ekonomi adalah konsep kelangkaan (Scarcity), bahwa setiap masyarakat dihadapkan pada masalah tentang kebutuhan yang tak terbatas dengan sumber-sumber produksi yang terbatas. Masalah ini dialami oleh masyarakat dengan sisten ekonomi apapun yang dianut. Seperti ekonomi kapitalisme, sosialisme, liberalisme dan komunisme.
- Dari konsep kelangkaan timbullah sekelompok konsep/ide yang baru. Karena kelangkaan sumber-sumber produksi, orang harus mencoba mengembangkan metode-metode produksi baru, untuk menghasilkan lebih banyak dengan waktu yang lebih sedikit, atau lebih banyak hasil yang dihasilkan dengan lebih sedikit bahan dalam waktu yang lebih pendek. Macam-macam spesialisasi diungkapkan agar supaya kita dapat mengatasi pertentangan antara kebutuhan tak terbatas dengan sumber-sumber yang terbatas.
- Adanya spesialisasi kita saling tergantung atau interdependen. Hal tersebut kita membutuhkan suatu sistem monoter dan sistem transportasi.
- Kita harus menemukan suatu mekanisme alokasi hasil-hasil produksi dan sumber-sumber produksi, dan mekanismenya adalah pasar. Harga akan menentukan pada produksi, metode produksi, pembagian pendapatan dan tingkat pengeluaran, komsumsi dan tabungan. Sebaliknya akan menentukan tingkat aktivitas ekonomi secara aggregatif.
- Kebijakan pemerintah atau politik guna mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat, yang pada pokoknya mempunyai tujuan adalah; (1) pertumbuhan ekonomi yang tepat tanpa iflasi, (2) ketentraman ekonomi, (3) kestabilan ekonomi yang diinginkan, (4) kebebasan ekonomi, (5) menciptakan keadilan ekonomi.
Contoh-contoh konsep
ekonomi antara lain adalah: biaya produksi, bentuk-bentuk pasar, kesempatan
kerja, pendapatan masyarakat, komsumsi, tabungan, investasi uang dan
sebagainya. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah (a) prinsip
adanya kelangkaan dari sumber-sumber, (b) kebutuhan manusia yang tidak
terbatas, (c) perlu adanya pemilihan alternatif penggunaan sumber-sumber
produksi, (d) prinsip ekonomi yang menjadi pedoman bagi manusia untuk
menentukan perbuatannya. Sedangkan perkoperasian di Indonesia, perlu
diperhatikan antara lain adalah; Sumber bahan dan pendekatan yang digunakan.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah;
- Sumber bahan yaitu:
- peraturan-peraturan pemerintah dan pembangunan.
- masalah-masalah ekonomi dan keuangan
- lembaga-lembaga ekonomi dalam masyarakat.
- bulletin-bulletin ekonomi
2. Pendekatan yang digunakan yaitu :
- pendekatan secara makro ekonomi.
- pendekatan secara mikro ekonomi.
- pendekatan problema
- pendekatan kemasyarakatan.
4. Konsep Politik atau Pemerintahan
Isi dan ruang lingkupnya
adalah pendidikan kewargaan Negara dan sebagian mengambil bagian dari ilmu politik
yaitu bagian demokrasi politiknya. Secara terperinci konsep demokrasi politik
itu dapat disusun sebagai berikut :
- Kontek ide Demokrasi adalah teori-teori tentang demokrasi politik, teori mayority, minority rights, konsep-konsep demikian dalam masyarakat teori demokrasi dalam pemerintahan.
- Konstitusi Negara adalah sejarah legal status masalah pokok dalam konstitusi Negara, rangkaian krisis dalam nation building, identity, integration, penetration, participation dan distribution.
- Inputs dari sistem politik adalah studi tentang political behavior kebutuhan pokok manusia, tradisi rumah, status sosial, athniegroups, komunikasi, pengaruh rumah, sahabat, dan teman sepekerjaan.
- Partai politik dan pressure group adalah sistem kepartaian, fungsi partai politik, peranan ressure group, dan public relation.
- Pemilihan umum maksudnya adalah pemilu dalam distribusi kekuasaan, sistem pemilu
- Persiden sebagai kepala Negara/administrasi Negara, kedudukan persiden; konstitusi, control lembaga legislative terhadap persiden dan birokrasi pemerintahan, pemerintahan dibawah konsititusi, jasa-jasa pemerintah, organisasi dan management pemerintah.
- Lembaga yudikatif: sistim peradilan dan administrasi peradilan, dan proses peradilan berhubungan dengan badan legislatif, ekskutif dan yudikatif.
- Out put dari demokrasi politik adalah hak individu dan kemerdekaan individu dalam konstitusi, kebebasan berbicara, pers dan mass media, kebebasan akademis, perlindungan yang sama, cara penduduk Negara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraannya.
- Kemakmuran umum dan pertahanan Negara; tugas Negara dan warga Negara dalam mencapai kemerdekaan umum, hak-hak memiliki kekayaan, politik, pajak untuk kemakmuran umum, politik luar negeri dan keselamatan nasional serta hubungan internasional.
- Perubahan sosial dan demokrasi politik: demokrasi politik dan pembangunan masa sekarang, dan bagaimana mengefektifkan dan mengisi demokrasi politik (Marlin .D. Irish).Yang termasuk dalam obyek studi tersebut antara lain adalah: Hak dan kewajiban, cita-cita dan aspirasi, kesadaran, nasionalisme, moral pancasila, etika, agama, tanggung jawab, politik, hukum, pemerintahan dan lain sebagainya.
5. Konsep Sosiologi.
Sosiologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan bersama manusia dengan
sesamanya, yaitu kehidupan sosial atau pergaulan hidup. (Selo S. dkk 1984).
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial (Sulaeman Soemardi, 1984),
Sedangkan (P.J.Boeuman) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan
manusia dalam hubungan kelompok. Adapun konsep intinya antara lain; role,
norma, values, status, society, community, sanotion, interdependence dan
lain-lain.
Sosiologi terdiri dari suatu sistem
konsep-konsep, generalisasi-generalisasi dan teori-teori yang dapat menolong
siswa SD, SMP dan SMA, untuk membuat keputusan berhubungan dengan masalah
sosial, walaupun hanya untuk sebagian teori yang ada dalam sosiologi. Teori-teori
ini terdiri dari banyak dari konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang
dapat membuat siswa-siswa mengerti variabel-variabel yang membentuk tingkah
laku manusia. Sosiologi memusatkan perhatiannya pada tingkah laku kelompok yang
mempengaruhi tingkah laku individu, serta relasi antara kelomok yang berbeda-beda.
Untuk dapat membuat keputusan-keputusan yang sehat terhadap isu-isu sosial,
maka siswa harus mengerti tentang struktur kelompok manusia dan intraksi
diantaranya. Ia juga harus mengenal dengan baik cara-cara yang membentuk
tingkah laku mereka sendiri dalam kelompk dimana mereka bersosialosasi.
6. Konsep Antropologi.
Antropologi
adalah The study of msnkini (Hoebel, 1976).
Maka sesungguhnya manusia dapat dilihat dari dua sudut yaitu sebagai mahluk
manusia dan sebagai mahluk budaya. Kedua aspek tersebut yang dikemukakan diatas
maka antropologi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) antropologi fisik, dan (2)
antropologi budaya, Maksud keduanya adalah :
a. Antropologi fisik adalah mempelajari
sifat-sifat karakteristik biologis dari manusia yang tertua mendiami bumi ini
sampai kepada yang termuda. Dapat pula dikatakan bahwa antropologi fisik adalah
suatu pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia
dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, seperti warna kulit, bentuk rambut,
entex tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan frekuensi
golongan darah.
b. Antropologi budaya adalah ilmu yang
mempelajari sifat-sifat karakteristik tingkah laku manusia itu sendiri sebagai
hasil budi dan dayanya atau kebudayaannya, baik masa lampau, sekarang dan masa
akan datang. (Hoebel 1976) Antropologi budaya dibagi atas sub bagian yaitu
arkeologi, etnografi, etnologi, antropologi sosial dan linguistik
Contoh konsep antropologi
antara lain adalah: culture, diffusion, acculturation, tradition, culture area.
Cultural relativism, cultural universalism, dan lain-ain sebagainya. Wesley
memberikan tekanan dan membedakan ilmu-ilmu sosial (IIS) dengan ilmu
pengetahuan sosial (IPS) ialah bahwa IPS itu adalah bagian-bagian dari ilmu sosial
yang dipilih untuk tujuan pendidikan. Di samping dipilih, juga disederhanakan
sesuai dengan tingkat kematangan siswa, hingga siswa dapat memahami tingkah
laku sosial manusia. Adapun pokok-pkok materi yang diambil dari antropologi
untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah seperti berikut: Kebudayaan,
Aspek-aspek kebudayaan, Unsur-unsur kebudayaan, Dinamika kebudayaan,
Ethnocentrism, Akulturasi, Asimilasi, Nilai budaya, Norma, Sikap modernisasi,
Pembentukan kebudayaan dan perubahan kebudayaan, Aneka ragam budaya, peranan
kebudayaan bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
Tugas I .
Kerjakanlah
soal-soal dibawah ini jelas dan benar.
1.
Jelaskan pengerian masing-masing dari
konsep-konsep dasar IPS.
2.
Tuliskan Fokus perhatian dari konsep-konsep dasar IPS.
3.
Jelaskan tentang Hirarkis konsep dan hubungannya dengan generalisasi.
4.
Jelaskan pengertian tentang konsep Konjungtif, disjungtif, Relasional, dan
Ideal.
5.
Berikan Contoh-contoh konsep tersebut pada butir 4.
6.
Jelaskan pengertian IPS menurut :
a. John Jarolimek,
b. Edgar B. Wesley,
c. S. Nasution,
d. Kosasi Djahiri,
e. Numan Sumantri.
f. Muliyono Tj., dan
g. Departemen P & K.
7. Jelaskan secara singkat tentang sejarah
lahirnya IPS di Indonesia, dan bagaimana perkembangannya sampai sekarang.
loading...
No comments:
Post a Comment