loading...
1.1
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam
menjadikan manusia yang berilmu, berbudaya, bertakwa serta mampu menghadapi
tantangan masa datang. Dengan pendidikan tersebut juga akan melahirkan peserta
didik yang cerdas serta mempunyai kompetensi dan skill untuk dikembangankan
ditengah-tengah masyarakat.Untuk mewujudkan hal demikian tidak terlepas dari
faktor penentu dalam keberhasilan peserta didik dalam pendidikan. Salah satu
faktor utamanya adalah kemampuan guru mengunakan metode dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran di SDN No.208/IV Telanaipura,
guru menggunakan metode ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab.Guru mengajar
mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan,menggunakan bahan ajar yang
sesuai dengan materi pelajaran dan media yang menunjang proses pembelajaran.Diharapkan
dengan proses pembelajaran tersebut,siswa dapat berperan aktif dan indicator
yang diharapkan dalam KTSP dapat tercapai.
Selama proses pembelajaran berlangsung,siswa kelas V mengikuti
pelajaran dengan baik,tetapi siswa kurang merespon materi yang diberikan oleh
guru.Siswa mempelajari materi pelajaran hanya di sekkolah saja dan tidak
diulang ketika di rumah,siswa juga tidak memahami konsep pembelajaran sehingga
ketika diujikan kembali jawaban siswa tersebut rancu.Selain itu siswa kurang
mau terlibat dalam proses pembelajaran,contohnya tidak menjawab pertanyaan yang
diajukan guru saat proses pembelajaran berlangsung.Permasalahan tersebut
mengganggu jalannya proses pembelajaran dan terkesan siswa pasif serta kurang
mau berpikir kritis dan tidak kreatif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan berbagai
permasalahan yang mengganggu proses pembelajaran yaitu siswa tidak mengerjakan
tugas/PR ,siswa kurang aktif saat proses pembelajaran, siswa keluar masuk
selama proses pembelajaran,dan siswa kurang bersemangat dalam KBM serta siswa
rebut saat proses pembelajaran.
Masalah yang dipilih untuk diteliti adalah siswa kurang
aktif saat proses pembelajaran.Ditemukan masalah ternyata 10 orang siswa kelaas
V SDN No 208/ IV Telanai Pura kurang aktif selama proses pembelajaran.Indikator
masalah tersebut adalah siswa tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
guru,siswa tidak mau bertanya tentang materi yang belum dipahami dan saat
diberi kesempatan bertanya,dan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru pada
saat proses pembelajaran.serta siswa sering tidak tuntas mengerjakan
tugas/latihan sedangkan jam pelajaran telah habis.Tindakan yang akan dilakukan
adalah menggunakan metode kerja kelompok yang bermakna saat proses
pembelajaran.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan :
Bagaimana
meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa
Kelas V SDN No.208/IV Telanai Pura melalui metode kerja kelompok yang bermakna?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui
apakah dengan menerapkan metode kerja kelompok yang bermakna,keaktifan belajar
siswa di kelas V SDN No.208/IV Telanai Pura dapat ditingkatkan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan di SDN No. 208/IV Telanai Pura memiliki
beberapa manfaat,yaitu :
1.Bagi
Peneliti,penelitian ini menjadi pengalaman,sebagai masukan sekaligus sebagai
pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan keaktifan siswa di kelas
melalui metode kerja kelompok yang bermakna
2.Bagi Guru,jika
hasil penelitian dirasakan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para guru
agar dapat menerapkan metode kerja kelompok sebagai usaha meningkatkan
keaktifan belajar siswa.
3.Bagi Siswa,
dengan penelitian ini diharapkan keaktifan belajar siswa di kelas meningkat
4.Bagi
Pembaca,penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian berikutnya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TENTANG KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
2.1.1
Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata
belajar. “Keaktifan memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar
atau berusaha” (Ratmi, 2004). Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja
yang dilakukan dengan giat dalam belajar.
Ciri-ciri Keaktifan Belajar
Ada
empat ciri keaktifan belajar siswa yaitu
1) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,
2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam
kegiatan baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar,
3) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam
menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai
keberhasilannya, 4) Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas
tanpa tekanan guru atau pihak lain
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar,
Nana Sudjana (dalam Ratmi,04) menyatakan bahwa ada lima hal yang mempengaruhi keaktifan belajar,
yakni:
1) stimulus belajar,
2) perhatian dan motivasi,
3) respon yang dipelajarinya,
4) penguatan,
5) pemakaian dan pemindahan (I Wayan Gde
Wiradana,S.Pd)
2.1.2
Pentingnya Upaya Guru dalam Mengembangkan
Keaktifan Belajar Siswa
Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di
dalam kelas. Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para siswa
belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam konteks ini
Nana Sudjana yang dikutip Cece Wijaya dan A. Tabrani mengemukakan sebagai berikut:
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting terhadap
proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru
perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang
baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar
dengan efektif.
Dalam menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatya mengemukakan bahwa “proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut.”
Selanjutnya tingkat keaktifan belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran juga merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran itu sendiri.Mengenai hal ini E. Mulyasa mengatakan bahwa: Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.Agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka.
Dalam menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatya mengemukakan bahwa “proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut.”
Selanjutnya tingkat keaktifan belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran juga merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran itu sendiri.Mengenai hal ini E. Mulyasa mengatakan bahwa: Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.Agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka.
Sehubungan dengan pentingnya upaya guru dalam membangkitkan
keaktifan siswa dalam belajar, R. Ibrahim dan Nana Syaodih mengemukakan bahwa:
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka hendaknya guru merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya, serta bermanfaat bagi masa depannya.
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka hendaknya guru merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya, serta bermanfaat bagi masa depannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam pembelajaran
upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting. Sebab
keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang
dilaksanakan.
2.1.3
Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan
Keaktifan Belajar Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar
siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi siswalah
yang menjadi pelaku kegiatan belajar. Demikian pula dalam pembelajaran, agar
siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya
mengondisikan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam melakukan kegiatan
belajar.
Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta menggunakan media dalam pembelajaran.
Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta menggunakan media dalam pembelajaran.
1.Meningkatkan minat siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya
minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya
terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat seseorang tidak mungkin akan melakukan
sesuatu. Siswa yang memiliki minat yang besar terhadap suatu pelajaran akan
lebih aktif untuk mempelajarinya dan sebaliknya, siswa akan kurang keaktifannya
dalam mempelajari pelajaran yang kurang diminatinya. Oleh karena itu, William
Jams, seperti di kemukakan Moh. Uzer Usman, yang melihat bahwa minat siswa
merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. jadi,
minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar.
Selanjutnya minat siswa juga berhubungan dengan perhatian siswa.Perbedaannya
adalah minat sifatnya lebih menetap sedangkan perhatian sifatnya lebih
sementara dan adakalanya menghilang. Dalam proses belajar siswa, perhatian
memegang peranan penting.
Thomas M. Risk yang dikutip Zakiah Daradjat mengemukakan
“no learning takes place without attention.” Dari pernyataan tersebut dapat
dikatakan bahwa suatu pelajaran tidak akan berlangsung tanpa adanya perhatian
dari siswa.
Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan lancar bila siswa memiliki minat yang besar yang menimbulkan perhatiannya dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran.
Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan lancar bila siswa memiliki minat yang besar yang menimbulkan perhatiannya dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran.
(
http:/abangilham. wordpress. com/feed/ )
2.2 TINJAUAN TENTANG MATA
PELAJARAN IPA DI SD
2.2.1 Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah
dijelaskan diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physicalsciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang
termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi,
meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi,
zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi.
IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau
meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh
dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam
itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan
Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar.
Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan
" Sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang
berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal
menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi
(komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains
(the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the
meaning of technology).
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra,
1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam
dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang
berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.Mata pelajaran ini pula di
gunakan dalam UN dan UASBN
2.2.2 Sains dalam kurikulum Sekolah Dasar
Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Obyek, menggunakan
metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus
paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang
menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah.
Usman Samatowa (2006) menegemukakan empat Alasan sains dimasukan dikurikulum Sekolah
Dasar yaitu:
- Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.
- Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.
- Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
- Mata pelajaran ini mempunyai: nilai – nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/ MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik
dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK
dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. (
Wikipedia.com )
2.3.TINJAUAN TENTANG
METODE KERJA KELOMPOK YANG BERMAKNA
Metode berasal dari
Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh.
Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode
berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.Pengetahuan tentang metode-metode
mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya
siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan
oleh guru.( Oemar Hamalik : 2001 ).
Salah satu bentuk metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah
metode kerja kelompok. Kerja kelompok merupakan salah satu metode mengajar yang
diterapkan pada hampir semua bentuk pembelajaran. Kerja kelompok dilakukan
sebagai pendekatan pembelajaran, karena:
- Melatih bekerja dalam kelompok (teamwork)
- Melatih keterampilan berkomunikasi
- Pembagian kerja
- Melatih kemampuan bertanggung jawab
- Melatih keterampilan sosial (kepemimpinan, sikap positif)
Untuk menjadikan kerja kelompok bermakna dan bukan hanya
sekedar sebagai metode yang diharapkan dilaksanakan, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
- Pengelolaan Kerja Kelompok
1. Anggota kelompok tidak boleh lebih dari 6 karena
dapat mengganggu komunikasi.
2. Untuk SD/SMP sebaiknya setiap kelompok diberi
nama (misalnya nama binatang, bintang, ilmuwan)
3. Setiap kelompok harus mempunyai pembicara,
penulis, yang diatur secara bergantian
4. Anggota kelompok harus saling mengenal satu sama
lain
- Pembentukan kelompok dilakukan oleh siswa sendiri namun guru dapat mengubah sesuai dengan situasi kelas.
6. Kelompok-kelompok harus mengetahui apa yang akan
dilakukan dan dapat mengatur posisi kerja kelompok.
7. Perintah harus diberikan kepada siswa dalam
bentuk tertulis sebelum siswa bekerja sehingga setiap anggota kelompok
mengetahui apa yang menjadi tugasnya.
8. Guru harus menentukan waktu untuk kegiatan kerja
kelompok.
9. Pembicara kelompok harus melaporkan hasil
kelompok kepada kelas. Hasil observasi serta hasil lain harus ditulis di papan
tulis.
10. Sementara siswa bekerja guru berkeliling untuk
membantu siswa yang menemui kesulitan. Harus diingat bahwa guru hanya membantu
bila diperlukan.
2.
Memformulasi petunjuk untuk bekerja kelompok
Untuk memperoleh hasil kerja kelompok seperti yang diharapkan
maka petunjuk-petunjuk harus dirumuskan secara cermat dan dengan memperhatikan
tingkat kesukaran serta disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, terutama
jika di SD.
- Petunjuk tentang peraga, alat-alat,
bahan eksperimen, dan lain-lain harus sederhana. Ini untuk menjaga supaya
setiap orang berbicara tentang hal yang sama. Petunjuk ini dapat berupa:
Amatilah..., Deskripsikan/Uraikan..., Apa yang kamu temukan.?..., dll. - Berikan pertanyaan yang menantang, yang memerlukan aktivitas keterampilan proses, komunikasi, serta kerja sama antar anggota kelompok.
- Formulasikan petunjuk yang mendorong pemecahan masalah
- Menurut pengalaman seharusnya instruksi tidak boleh lebih dari 3 hal. (Hadi Suwono : 2004)
2.4 KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan
uraian di atas, maka terdapat secara teori hubungan
langsung sebab akibat antara variabel dependent dan variabel independent, bahwa
metode kerja kelompok yang bermakna diperkirakan dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Hubungan antara variabel dependen dan
independent dapat digambarkan dengan diagram berikut ini :
2.5 HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan uraian teori dan kerangka berpikir maka
hipotesis penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
Keaktifan siswa selama proses pembelajaran dalam
pembelajaran IPA akan meningkat dengan menggunakan metode kerja kelompok yang
bermakna.
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1
SUBJEK PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 208/IV Telanai.
Subjek penelitian adalah siswa kelas 5. Kelas lima berjumlah 32 orang; dua puluh orang
siswa laki-laki dan dua belas orang siswa peremuan. Siswa kelas lima berumur rata-rata
antara 10 tahun sampai 12 tahun. Siswa kelas lima SDN 208/IV Telanai Pura memiliki kecerdasan
menengah dengan nilai rata-rata kelas 6 untuk pelajaran IPA. Siswa kelas 5 berasal
dari keluarga prasejahtera. Pendidikan orang tua siswa rata – rata hanya lulusan SD.
3.2
PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan selama
tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat fase; perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
3.2.1 PERENCANAAN
Dalam tahap perencanaan peneliti melakukan 6 kegiatan
utama; meneliti kelas untuk menentukan dan merumuskan masalah penelitian, mentukan
tindakan, membuat Rencana Pelakasanaan Pembelajaran Perbaikan, membuat lembaran
observasi, menentukan jadwal penelitian, dan membuat matrik metodologi
penelitian.
- Meneliti kelas
Dalam tahapan pertama ini, peneliti menemukan beberapa masalah;
ü siswa tidak mengerjakan tugas/PR ,
ü siswa kurang aktif saat proses pembelajaran,
ü siswa keluar masuk selama proses pembelajaran,
ü siswa kurang bersemangat dalam KBM
ü siswa ribut saat proses pembelajaran.
Berdasarkan
masalah-masalah tersebut peneliti mengambil
salah satu masalah yaitu ; 10 orang siswa kelas 5 dari 32 orang siswa SDN
208/IV Telanai Pura Bangko Pintas tidak aktif selama proses pembelajaran IPA.
- Menentukan tindakan
- Metode mengajar yang digunakan adalah metode kerja kelompok yang bermakna.
- Memberikan latihan-latihan
- Membuat RPP Tindakan
Penelitian
tindakan kelas ini berlangsung selama 3 siklus.
RPP
tindakan atau perbaikan terlampir.
d.
Membuat lembaran observasi
Masalah yang diteliti adalah keaktifan siswa dalam mata
pelajaran IPA. Keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA akan dilihat dalam hal faktor;
(1)perhatian siswa sewaktu guru menerangkan materi (2)keberanian dalam bertanya
sewaktu guru menerangkan pelajaran, (3)kehadiran siswa, (4) keberanian siswa
dalam menjawab pertanyaan guru (5) jawaban siswa pada buku tugas(6)siswa
mengerjakan tugas yang diberikan guru ( 7) ketuntasan siswa dalam melakukan
tugas dengan waktu yang diberikan guru
Lembaran observasi yang disiapkan dapat dilihat pada
lampiran 2.
e. Membuat
jadwal penelitian
Jadwal
penelitian yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan jadwal pelajaran IPA.
f.Membuat
matriks penelitian
3.2.2 PELAKSANAAN TINDAKAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN No.208/IV Telanai Pura semester I
tahun ajaran 2010/2011.
3.2.3 OBSERVASI
Observasi
dilaksanakan waktu penelitian,teknik yang dilakukan adalah tekhnik obervasi
terstruktur.Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan pedoman berupa
angket siswa dan lembaran obervasi.
Observasi
ini dilakukan selama penelitian berlangsung agar data yang didapatkan valid.
3.2.4 REFLEKSI
Kegiatan penelitian dilaksanakan secara sistematis,
yaitu penelitian dilakukan tahap demi tahap untuk mengetahui tingkat kemampuan
siswa setelah perbaikan dilakukan
Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Menganalisa data.
Untuk data tentang aktivitas siswa dianalis dengan cara
penilaian setiap siswa diberikan penilaian 1 untuk yang memenuhi/sesuai dengan
indikator sedangkan yang tidak memenuhi indikator diberikan skor nol,
selanjutnya skor masing-masing siswa dicari melalui jumlah skor yang didapat
siswa dibagi dengan jumlah skor maksimal yaitu 20 dikalikan dengan 100,
selanjutnya dikonversi kedalan pedoman konversi berikut.
A = Sangat
baik ( 80 – 100 )B = Baik ( 70 – 79 )C
= Cukup ( 60 – 69 )
D = Kurang
( 50 – 59 )E = Sangat kurang ( 50 kebawah )
Untuk data tentang prestasi belajar siswa dianalisis
dengan memberikan skor 5 pada setiap item soal, sedangkan prestasi
masing-masing siswa di dapat dari jumlah item soal benar dikalikan dengan 5,
selanjunya baru dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk
mata pelajaran IPA kelas V yaitu 60 untuk menentukan apakah siswa tersebut
sudah tuntas atau belum.
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini
dapat ditetapkan sebagai berikut.
Aktivitas siswa dikatakan berhasil jika kualifikasinya berkatagori
baik atau dengan nilai paling rendah 70.
Prestasi belajar siswa dikatakan berhasil jika nilai rata-rata yang
diperoleh siswa lebih besar dari KKM yaitu 60.
Tanggapan siswa dikatakan positif jika 75% siswa setuju dengan
penerapan metode kerja kelompok yang bermakna
b. Menyajikan hasil analisis.
Setelah dilakukan analisis data, maka peneliti
menyajikan hasil penelitian dalam bentuk proposal yang dibuat secara sitematis.
c. Menginterprestasikan hasil analisis.
Apabila hasil siklus I belum seperti yang
diharapkan,berdasarkan hasil refleksi peneliti mengadakan perbaikan pada Daur
2.
3.2.5 MATRIKS
METODE PENELITIAN
Judul :
Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA Siswa SDN No.208/ IV Telanai Pura melalui
metode kerja kelompok yang bermakna.
Nama Peneliti : HARTINA
No
|
Rumusan Masalah
|
Variabel yang di amati
|
Defenisi operasional variabel
|
Instrumen
|
Sumber data
|
Cara pengambilan data
|
Analisis
|
1.
|
Bagaimana meningkatkan keaktifan belajar
IPA siswa Kelas V SDN No.208/IV
Telanai Pura melalui metode kerja kelompok yang bermakna?
|
Keaktifan
belajar siswa
|
Siswa kelas V
|
3.2.6 JADWAL PENELITIAN
No
|
Kegiatan
|
Minggu
ke
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Perencanaan
|
√
|
|||||||||||
2
|
Proses
pembelajaran
|
√
|
√
|
√
|
|||||||||
3
|
Evaluasi
|
√
|
|||||||||||
4
|
Pengumpulan
data
|
√
|
√
|
||||||||||
5
|
Analisis
Data
|
√
|
√
|
||||||||||
6
|
Penyusunan
Hasil
|
√
|
√
|
||||||||||
7
|
Pelaporan
Hasil
|
√
|
DAFTAR
PUSTAKA
Oemar
Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta
: 2001 : Bumi Aksara
Ratna
Willis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta
Ratmi, Ni Wayan,
2004. Implementasi metode demonstrasi dan beberapa media belajar untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran matematika pada siswa
kelas III semester II tahun pelajaran 2003/2004 di sekolah dasar nomor 13
sesetan kecamatan denpasar selatan. Skripsi (tidak diterbitkan) IKIP Negeri
Singaraja.
Sugiono. 2009 .Metode
Penelitian Pendidikan ( pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D ) . Bandung : CV.Alfabeta.
Wardhani,IGAK.& Wihardit,Kuswaya. 2008 . Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta
: Universitas Terbuka.
http://abangilham.wordpress.com/2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-dalam-mengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/
www.Wikipedia.com
www.disdikklungkung.net
loading...
No comments:
Post a Comment