loading...
1. Pendahuluan
Sumber daya alam di Indonesia dari waktu ke waktu
mengalami penurunan, bahkan ada yang mengalami kerusakan akibat
pemanfaatan sumber daya yang tidak
terkendali, seperti terjadinya kebakaran hutan, banjir, dan kekeringan pada
saat kemarau panjang. Kondisi seperti ini membawa dampak pada sektor pertanian
sehingga sektor ini tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan pangan. Dampak lanjutannya adalah harus mengimpor
berbagai kebutuhan pangan dari negara lain.
Keadaan seperti ini perlu disadari oleh masyarakat Indonesia, khususnya
mereka yang mempelajari geografi semenjak SD sampai Perguruan Tinggi. Dengan
demikian, materi pelajaran geografi di
sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku di setiap jenjang pendidikan harus
diperbaiki agar tumbuh kesadaran untuk memelihara dan memperbaiki lingkungan.
Kenyataan ini perlu dilakukan, mengingat pengamatan penulis terhadap
kurikulum pendidikan geografi di sekolah
mengenai sumber daya dan lingkungan, lebih banyak menekankan pada aspek
kognitif semata. Adapun materi sumbe daya alam dan lingkungan lebih banyak
menekankan pada jenis, proses terjadinya dan sebaran sumber daya alam di Indonesia. Hal ini tampak memberikan kebanggaan terhadap siswa bahwa Indonesia kaya akan sumber daya
alam. Namun, dalam kenyataannya sampai
saat ini sumber daya alam tidak mampu mensejahterakan rakyat Indonesia, bahkan
perekonomian Indonesia sampai dengan tahun 2003 ini masih tetap terpuruk.
Kebanggaan semu yang sering disampaikan di sekolah melalui pengajaran sumber daya alam dan lingkungan,
seperti: “ lautnya diibaratkan
sebagai kolam susu, tongkat kayu ditanam tumbuh menjadi tanaman subur”, ternyata tidak mampu terangkat oleh sumber
daya alam yang dimiliki. Oleh karena itu, pengajaran geografi khususnya pada
sumber daya alam dan lingkungan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
perlu menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Materi pelajaran geografi mengenai sumber daya alam dan
lingkungan di SD, SLTP dan SMU perlu ditanamkan 10 konsep dasar geografi yaitu
: (1) konsep lokasi, (2) konsep jarak, (3) konsep keterjangkauan, (4) konsep
pola, (5) konsep morfologi, (6) konsep aglomerasi, (7) konsep nilai kegunaan,
(8) konsep interaksi/interdependensi, (9) konsep deferensiasi areal, dan (10)
konsep keterkaitan keruangan (Suharyono dan Amin, 1994). Konsep ini akan
memberi arahan yang sangat jelas mengenai sumber daya alam dan lingkungan yang
berkaitan dengan persebarannya di Bumi Indonesia serta keuntungan dan kerugian
dengan adanya sumber daya tersebut. Pengajaran geografi dalam menanamkan
kesadaran lingkungan perlu diintensifkan
mengingat lingkungan abiotik, biotic, dan budaya (ABCEnvironment) semakin lama semakin merosot kualitasnya (Soeryani,dkk 1987;
Otto Soemarwoto 1994). Sehingga dalam menanamkan kesadaran lingkungan dimulai
dari guru, kemudian siswa dan terus
bergulir di lingkungan masing-masing, agar lingkungan yang sehat dan
serasi menjadikan manusia yang terdapat di dalamnya dapat hidup serasi dengan lingkungan, sehingga
kerusakan lingkungan dapat diminimalkan sedini mungkin Oleh karenanya penamanan
kesadaran lingkungan dimulai dari diri sendiri dengan konsep “atur diri
sendiri” kemudian ditularkan melalui siswa di kelas sesuai dengan jenjang
pendidikan (Otto Soemarwoto, 2001).
Bidang kajian geografi
meliputi muka bumi dan proses-proses yang membentuknya, hubungan antara manusia
dengan lingkungan, serta pertalian antara manusia dengan tempat-tempat (Arthur
& Alan Strahler, 1989). Geografi juga memadukan dimensi-dimensi alam dan
manusia di dunia, dalam menelaah manusia dan lingkungannya
Kajian geografi mengembangkan pemahaman
tentang organisasi spasial, masyarakat, tempat-tempat, dan lingkungan pada muka
bumi (Bintarto dan Surastopo, 1989). Geografi memberikan pemahaman tentang
proses fisik yang membentuk pola-pola
muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di muka bumi, sehingga
manusia menciptakan wilayah untuk menyederhanakan kompleksitas muka bumi, dan
memberi makna terhadapnya. Dengan demikian kebanggaan yang sering diungkapkan
dalam pembelajaran geografi di sekolah
melalui materi sumber daya dan lingkungan akan memunculkan kepedulian
lingkungan dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas lingkungan pada masa kini dan masa depan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, tulisan
ini bertujuan untuk mengkaji kompetensi dasar geografi, pembelajaran geografi dan menumbuhkan kesadaran lingkungan melalui
pembelajaran geografi. Tulisan ini bermanfaat bagi pengajar geografi dalam
menumbuhkan kesadaran lingkungan bagi siswanya.
2.
Pembahasan
2.1
Kompetensi Dasar
Geografi
Geografi menekankan pada wilayah-wilayah
yang memiliki persamaan ataupun perbedaan, sehingga di antara wilayah tersebut
akan terjadi interaksi yang menyebabkan terjadi suatu ketergantungan , misalnya
suatu wilayah surplus akan sumber daya tertentu, tetapi kekurangan akan sumber
daya yang lain, sehingga adanya kekurangan ini akan menyebabkan terjadinya
saling melengkapi berbagai kebutuhan. Dalam hal ini persamaan wilayah dapat
saja berupa wilayah agraris, tetapi berbeda dalam hal jenis sumber dayanya atau
produk yang dihasilkan. Pandangan persamaan dan perbedaan wilayah ini harus
ditekankan pada sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan, yang berarti suatu wilayah yang memiliki persamaan dan perbedaan
dengan wilayah lain akan menimbulkan hubungan manusia denhgan lingkungan yang
semakin intens dalam memberikan hidup dan beraktivitas guna memenuhi
kebutuhannya.
Pemanfaatan dan kerusakan lingkungan sebagai
akibat dari aktivitas manusia, menyebabkan kualitasnya menjadi turun, sehingga usaha untuk memperbaikinya
tidak hanya pada satu bidang saja tetapi memerlukan penanganan dari berbagai
pihak yang saling terkait, dan memerlukan waktu yang relatif lama. Kerusakan
lingkungan ini bukan saja disebabkan oleh kebakaran hutan, atau bencana alam
lainnya, bahkan salah penangananpun akan berakibat suatu lingkungan tidak
sesuai dengan peruntukannya, misalnya suatu wilayah sesuai
untuk pertanian, namun kemudian diubah menjadi wilayah industri, akibatnya terjadi
pencemaran, produk pertanian tidak ada lagi (Sudarmadji, 1995). Bahkan sebutan
Indonesia sebagai negara yang subur dan makmur, tidak tampak lagi. Keadaan
seperti ini perlu dijelaskan kepada siswa, sesuai dengan pokok bahasan dan
jenjang pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku agar betul-betul memahami bahwa pemeliharaan
sumber daya dan lingkungan itu penting.
Geografi mengkaji tentang aspek ruang dan
tempat pada berbagai skala di muka bumi. Penekanan bahan kajiannya adalah
gejala-gejala alam dan kehidupan yang membentuk lingkungan dunia dan tempat-tempat. Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang
sebagai hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang
dapat memberi dampak kepada makhluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi
(Michael A Summerfield, 1991). Untuk menjelaskan pola-pola gejala geografis
yang terbentuk, dan mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi,
peta, dan tampilan geografis lainnya (Puskur, 2002). Kompetensi dasar geografi
merupakan gambaran kompetensi yang seharusnya dipahami, diketahui, dan
dilakukan peserta didik sebagai hasil pembelajaran geografi.
Terkait dengan hal tersebut di atas, kajian
geografi berfungsi untuk (a) mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola
keruangan dan proses yang berkaitan, (b)
mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi,
mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi, dan (c) menumbuhkan
sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya serta
toleransi terhadap keragaman social budaya masyarakat (Ach. Amirudin, 2003).
Dengan memperhatikan fungsi tersebut, khususnya kesadaran dan kepedulian
terhadap lingkungan, maka pembelajaran
geografi dapat menumbuhkan kesadaran lingkungan.
Tujuan kajian geografi meliputi tiga aspek,
yaitu: aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Aspek pengetahuan adalah (a)
mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan
proses-prosesnya, (b) mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan
keterbatasannya untuk dimanfaatkan, dan (c) mengembangkan konsep dasar geografi
yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan wilayah negara atau dunia. Aspek
keterampilan meliputi (a) mengembangkan keterampilan, mengamati lingkungan
fisik, lingkungan social dan lingkungan binaan, (b) mengembangkan keterampilan
mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek
keruangan, (c) mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan dan
hasil-hasil dan interaksi berbagai gejala geografis. Terakhir aspek sikap
adalah (a) menumbuhkan kesadaran
terhadap perubahan fenomena geografi yang terjadi di lingkungan sekitar, (b)
mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan,
(c) mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya,
(d) mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaaan social dan budaya, dan
(e) mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa (Ach.Amirudin, 2003).
Selanjutnya kompetensi dasar geografi adalah
kompetensi yang harus dikuasai melalui proses pembelajaran geografi, yaitu: (a)
menafsirkan proses-proses fisik yang membentuk kenampakan dan pola-pola
permukaan bumi, (b) menganalisis interaksi antara lingkungan fisik dan social
budadya wilayah tertentu, (c) menggunakan peta untuk mendapatkan, memproses,
dan melaporkan informasi fisik dan social dalam kontek keruangan (Puskur,
2002).
2.2
Pendekatan Pembelajaran
Geografi
Pengajar geografi diharapkan memiliki paling
tidak empat kompetensi dasar, yaitu penguasaan substansi materi yang diajarkan,
metodologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta performance
mengajar (Dikdasmen, 2000). Pembelajaran geografi memperhatikan aspek
keruangan, kelingkungan dan kewilayahan. Pengorganisasian materi dimulai dari
pengenalan fenomena geografis dan memanfaatkan bentang alam sekitarnya sebagai
sumber informasi geografis.
Pengorganisasian materi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang semakin meluas (Expanding
community approach) yaitu mulai dari lingkungan terdekat sampai pada
lingkungan yang terjauh, dan dari materi yang bersifat konkrit menuju pada
materi yang bersifat abstrak (Amirudin, 2003)
Bersamaan dengan kemajuan teknologi
informasi, geografi mengembangkan sistem informasi dari yang konvensional ke
dalam penyajian mutakhir dalam bentuk teknologi Sistem Informasi Geografi
(SIG). Dalam pembelajaran geografi diharapkan
melakukan penyesuaian dalam penyajian informasi geografi mulai dari
mendeskripsikan dan menggambarkan ulang dengan bantuan berbagai alat, sehingga
mampu menuangkan gagasan dalam bentuk peraga (Setiawan, 2001).
Dalam pembelajaran geografi, lapangan
merupakan sumber materi dan sekaligus media belajar langsung. Lapangan sebagai
sumber informasi merupakan tantangan yang penuh dengan permasalahan yang
menuntut jawaban dan penyelesaiannya. Untuk memahami fenomena geografis,
mahasiswa diajak melakukan kontak langsung dengan lapangan dalam kegiatan kerja
lapangan. Tahapan yang perlu diperhatikan dalam kerja lapangan dan yang sesuai
dengan ciri telaah geografi antara lain dengan merumuskan permasalahan geografi,
memperoleh informasi geografi, menata informasi geografi, mengnalisis informasi
geografi, dan akhirnya menjawab permasalahan geografi.
Untuk memperluas wawasan dalam mempelajari konsep-konsep geografi,
pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran sangat dimungkinkan misalnya
untuk menyimpan dan menyajikan informasi, mengunakan file data geografi,
memperoleh informasi dari internet, menggunakan e-mail dalam bertukar
informasi, memanfaatkan perangkat pengolah data untuk menganalisis hubungan
gejala geografis, dan menyajikan informasi geografis dalam situs internet.
Pengajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber belajar sudah barang
tentu harus dipilih, disaring, dan diselaraskan dengan tujuan pengajaran yang
ingin dicapai. Dalam hal ini laboratorium geografi memegang peranan yang sangat
vital.
2.3
Penanaman Kesadaran Lingkungan
Kesepakatan tentang definisi geografi hasil
seminar dan Lokakarya yang diselenggarakan oleh IKIP Semarang tahun 1989,
mendorong untuk melirik lingkungan dan memberikan kewajiban moral untuk
mempedulikannya (Lembaran Ilmu Pengetahuan, 1989). Dalam pelaksanaan, kesadaran
terhadap lingkungan tidak begitu saja tumbuh dalam masyarakat, melainkan harus
ditanamkan melalui beberapa cara yang
salah satu di antaranya adalah melalui pembelajaran geografi.
Bertolak dari definisi geografi, pemahaman lingkungan harus dimulai dari objek
geografi yaitu landschaft yang artinya
“daerah yang mempunyai individualitas tersendiri berbeda dengan
daerah-daerah lain, dengan bagian-bagian yang berhubungan akan berbeda pula
baik dalam arti fisis maupun sosial” (Bintarto,1987). Dengan demikian, suatu
daerah yang telah diubah oleh manusia
akan mempunyai pengaruh terhadap wilayah lain, suatu lingkungan yang
mengalami gangguan akan berpengaruh terhadap lingkungan lain yang berhubungan.
Karena itu, baik atau buruknya perlakuan terhadap lingkungan dipengaruhi sikap
manusia terhadap lingkungannya.
Sikap peduli terhadap lingkungan ditanamkam
melalui proses belajar. Penanaman sikap ini dilakukan dengan berulang-ulang
dengan konteks yang berbeda agar tidak terjadi suatu pengulangan materi dan
disertai dengan bukti hasil perlakuan manusia terhadap lingkungannya, sehingga
siswa sebagai penerima materi geografi
akan merasa memiliki kewajiban untuk memelihara lingkungan agar tidak berakibat
buruk terhadap manusia lain. Sikap demikian seperti yang dikemukanan oleh
Allport (dalam Sears, 1988) ialah “keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya”. Sikap
peduli terhadap lingkungan akan muncul apabila ada motivasi. Motivasi akan
muncul dengan hadirnya minat dan perhatian terhadap adanya bukti-bukti yang
jelas dari perlakuan manusia terhadap lingkungan, setelah siswa melihat,
mendengar, mengamati bukti tersebut, baik dalam bentuk gambar, klipping maupun
pengalaman pengajaran di luar kelas.
Pembelajaran geografi yang berisi penanaman
sikap terhadap lingkungan dapat diintegrasikan ke dalam pokok-pokok bahasan
yang berkaitan dengan kependudukan,
sumber daya alam, iklim, geomorgologis dan pokok bahasan lain yang berhubungan
dengan aktivitas manusia dengan lingkungan. Guru sebagai pendidik dituntut
kreatif dalam mengolah materi pelajaran dengan memasukkan unsur-unsur
lingkungan ke dalamnya, sedangkan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
keseimbangan lingkungan pada siswa dapat dilakukan melalui pengajaran geografi
di luar kelas, dengan membawa siswa ke tempat-tempat yang berhubungan dengan
hasil perlakuan buruk manusia terhadap lingkungan. Jika hal ini tidak dapat
dilakukan, maka guru dapat memberikan tugas-tugas pada siswa untuk membuat kliping yang berhubungan dengan pencemaran
lingkungan, pemanfaatan sumber daya yang berlebihan, bencana alam yang
diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Untuk mengetahui hasil penanaman sikap,
dapat dilakukan test yang paling sederhana, seperti essay dan siswa menjawab
secara ideal dalam menghadapi kerusakan lingkungan dan pengukuran skala sikap.
Penanaman sikap juga banyak dipengaruhi oleh
guru dan lingkungan sekolah sebagai tempat utama kegiatan belajar mengajar.
Perilaku guru akan dilihat oleh siswa yang kemungkinan akan dijadikan contoh
dalam menghadapi masalah lingkungan. Oleh karena itu, guru harus hati-hati
dalam bertindak dan mengajar, seperti membuang sampah sembarangan, cara
berpakaian dan lain-lain. Keadaan kelas yang bersih sebelum guru mengajar akan
memberikan semangat untuk belajar,
karena kelas merupakan contoh yang paling awal dalam menanamkan kesadaran akan
kepedulian lingkungan. Dengan demikian, motivasi kesadaran terhadap lingkungan
akan muncul dari keadaan lingkungan sendiri, karena motivasi merupakan segi
dinamis untuk mencapai tujuan, yaitu peduli terhadap lingkungan, maka guru
mutlak untuk mengembangkan motivasi terhadap lingkungan dari masing-masing
siswanya
Pengajaran geografi yang diberikan di kelas
berdasarkan GBPP tidak akan cukup untuk membentuk kesadaran terhadap lingkungan
apabila tidak disertai dengan kesediaan dan kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan pengetahuan geografi. Oleh karenanya, tugas guru geografi tidak
saja menyampaikan aspek kognitif dari materi pelajaran, namun juga aspek
afektif, sehingga dapat membentuk sikap peduli terhadap lingkungan. Usaha ini
merupakan jalan membentuk individu yang bertanggungjawab atas keseimbangan
lingkungan, yang dimulai dari lingkungan yang terdekat.
Pembelajaran geografi di setiap jenjang
pendidikan dapat mengenalkan dan memberi
pemahaman bahwa geografi bukanlah mata pelajaran yang semata-mata ilmu
pengetahuan berdasarkan buku dan kegiatan motorik belaka, tetapi dapat membangkitkan motivasi untuk peduli
terhadap lingkungan pada setiap orang yang mempelajarinya. Menanamkan sikap
peduli terhadap lingkungan bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan melibatkan
siswa sebagai bagian dari lingkungan dan berperan dalam ekosistem, diharapkan
tumbuh kesadaran terhadap lingkungan, sehingga ia dapat menyadari setiap
perbuatannya terhadap lingkungan sebagai pemelihara lingkungan.
3. Penutup
Kesadaran
lingkungan yang telah tertanam pada
mereka yang telah mempelajari geografi di setiap jenjang pendidikan,
diharapkan dapat meminimalkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh banjir, atau bencana alam lainnya tidak perlu terjadi, dan
sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran masyarakat bangsa
dan negara, apabila orang telah sadar untuk menjaga lingkungannya.
Untuk memelihara
dan menjaga lingkungan, banyak faktor yang perlu disertakan, di antaranya
adalah pembelajaran geografi dengan pendekatan kelingkungannya di dalam kelas.
Namun, pelajaran geografi saja tidak
cukup, karena banyak mata pelajaran lain yang materinya berhubungan dengan
lingkungan. Untuk itu, perlu dintegrasikan materi-materi yang berkaitan dengan
lingkungan, sehingga kesadaran lingkungan dapat ditumbuhkan, dan pada saatnya
nanti bencana alam yang terjadi setiap tahun dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ach.
Amiruddin. 2003. Kurikulum dan pendekatan pembelajaran geografi.Ke Depan. Makalah.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Geografi dan Kelembagaannya
tanggal 25-27 Maret 2003 Batu Malang.
Arthur
N Strahler, Alan H. Strahler. 1989. Elements of Physical Geography. New
York : John Wiley & Sons.
Bintarto,
Surastopo Hadisumarno, 1989. Metode Analisa Geografi. LP3ES: Jakarta.
Bintarto.
1987. Beberapa Aspek Geografi.
Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.
Iwan
Setiawan, 2001. Sistem Informasi Geografis: Perkembangan dan Pemanfaatannya.
GEA Vol 1 No.1 April 2001 ISSN 1412-0313.
Lembaran
Ilmu Pengetahuan. Edisi Khusus: Upaya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi
di Indonesia (Hasil Seminar dan Lokakarya, 12-13 Maret 1988 dan 29 Februari-1
Maret 1989. IKIP Semarang.
Michael
A Summerfield. 1991. Global Geomorphology: An Introduction to the Study of
Landforms. New York : John Wiley
& Sons.
Sears,
David O, Jonathan L Freedman dan L Anne Peplau. Alih Bahasa oleh Michael
Adryanto dan Savitri Soekisno 1991 Psikologi Sosial, Jilid 1 dan 2. Jakarta : Erlangga.
Sudarmaji.
1995. Pencemaran dan Proteksi Lingkungan. Yogyakarta : Fakultas
Pascasarjana UGM.
Suharyono
dan Moh. Amin, 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta : Proyek
Pembinaan dan peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Soeryani,
Moh Rafiq Ahmad dan Rozy Munir. 1987. Lingkungan Sumber daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Otto
Soemarwoto. 2001. Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Atur Diri Sendiri dalam
Era Otonomi Daerah. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Dilema
Penerapan Otonomi Daerah dalam Pengelolaan Sumber daya Alam Berwawasan
Lingkungan 9-10 Agustus 2001 di PPS UGM Yogyakarta. Yogyakarta : PPS UGM.
………………
1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan.
Puskur,
Balitbang Depdiknas. 2000 Kurikulum Masa Depan: Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur.
Puskur,
Balitbang Depdiknas.2002 Kurikulum dan Hasil belajar, Kompetensi dasar mata
pelajaran Geografi SMU dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Puskur.
loading...
No comments:
Post a Comment