loading...
Definisi yang kita kenal sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang memiliki
charisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat
Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This Is Teaching
(hlm. 10): “Teacher is professional person who conducts classes.” (Guru adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan
menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc. Clare dalam Foundation of Teaching, An
Introduction to Modern Education, hlm 141: “Teacher are those persons who
conciously direct the experiences and behavior of an individual so that
education takes places.” (Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan
pengalaman dan tingkah laku dari seseorang individu hingga dapat terjadi
pendidikan).
Jadi, guru adalah orang dewasa yang secara sadar
bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik. Orang
yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar p[eserta didik dapat
belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan
akhir dari proses pendidikan (Uno 2007: 15)
B. Hakekat Profesi Guru
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu
jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan
oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih
terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan.
Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat
menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara
professional, yaitu sebagai berikut :
- Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagi media dan sumber belajar yang bervariasi.
- Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didi untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
- Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas peserta didik.
- Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah diketahuai oleh peserta didik (kegiatan apersepsi) agar peseta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
- Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit plajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelasa.
- Guru wajib memikirkan dan memperhatiakan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
- Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
- Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
- Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta
menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat
melakukan perbaikan dan pengembangan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah
demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi,
tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motifator dan pembimbing
yang lebih banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan
mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus
dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar seperti
telah diuraikan.
C. Guru Sebagai Contoh (Suri Teladan)
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan
oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru
mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik.
Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri
teladan) bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari
sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat
menjadi teladan, yang dapat digugu dsan ditiru.
Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
yang dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya. Untuk itu, apabila seseorang
ingin menjadi guru yang professional maka sudah seharusnya ia dapat selalu
meningkatkan wawasan [engetahuan akademis dan praktis melalui jalur pendidikan
berjenjang ataupun up grading dan/atau pelatihan yang bersifat in service
training dengan rekan-rekan sejawatnya.
Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan
melalui peningkatan kemampuan mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang
efektif dapat segera terdeteksi dan perlahan-lahan dihilangkan. Untuk itu, maka
perlu adanya perubahan kebiasaan dalam cara belajar siswa, diantaranya sebagi
berikut :
- Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa puas dalam mengajar apabila banyak menyajikan informasi (ceramah) dan terlalu mendominasi kegiatan belajar peserta didik.
- Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang mendapatkan kesulitan belajar, dan pencipta kondidsi yang merangsang dan menantang peserta untuk berpikir dan bekerja (melakukan).
- Mengubah dari sekadar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru.
- Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling memberi danmenerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
D. Kompetensi dan Tugas Guru
Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan
dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar
(kariman, 2002). Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan
kompetensi professional akan menerapkan “Pembelajaran dengan melakukan” untuk
menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya
mendengarkan.
Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif
dilibatkan dalam memecahkan masalah, mengolah sumber informasi, data evaluasi,
serta menyajikan dan memperthankan pandangan hasil kerja mereka kepada teman
sejawat dan lainnya.sedangkan para guru dapat bekerja secara intensif dengan
guru lainnya dalam merencanakan pembelajaran, baik individual maupun tim,
membuat kurikulum, dan partisipasi dalam proses penilaia. Berikut akan
diuraikan tentang kompetensi professional yang harus menjadi andalan guru dalam
melaksanakan tugasnya.
1. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional seorang guru adalah
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat
melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru, terdiri dari 3 (tiga), yaitu kompetensi pribadi,
kompetensi sosila dan kompetensi professional. Keberhasilan guru dalam
menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh ketiganya dengan penekanan pada
kemampuan mengajar. Selanjutnya akan diuraikan masing-masing pembahasan tentang
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu sebagai berikut.
a. Kompetensi Pribadi
Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan sebagai makhluk Tuhan. Ia wajib menguasai pengetahuan yang akan
diajarkannya kepada peserta didik secara benar dan bertanggung jawab. Ia harus
memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi fisiologis, psikologis, dan
pedagogis dari para peserta didik yang dihadapinya.
Beberapa kompetensi pribadi yang semestinya ada pada
seorang guru, yaitu memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran
yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu, mempunyai pengetahuan tentang
perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan mereka secara
individual.
b. Kompetensi Sosial
Berdasrkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan
makhluk etis. Ia harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan
bertujuan agar tercapai optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta
didik. Ia harus memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistic yang
beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan belajar yang
ada pada diri peserta didik tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani mereka
sesuai kebutuhan mereka masing-masing. Kompetensi sosial yang dimiliki seorang
guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi denganpeserta didik dan
lingkungan mereka (sepert orang tua, tetangga, dan sesame teman)
c. Kompetensi Profesional Mengajar
Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses
pembelajaran, harus memiliki kemampuan :
1. Merencanakan system pembelajaran
1. Merencanakan system pembelajaran
- Merumuskan tujuan
- Memilih prioritas materi yang akan diajarkan
- Memilih dan menggunakan metode
- Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada
- Memilih dan menggunakan media pembelajaran
2. Melaksanakan system pembelajaran
- Memilih bentuk pembelajaran yang tepat
- Menyajikan urutan pembelajaran yang tepat
3. Mengevaluasi system pembelajaran
- Memilih dan menyususn jenis evaluasi
- Melaksanakn kegiatan evaluasi sepanjang proses
- Mengadministrsikan hasil evaluasi
4. Mengembangkan system pembelajaran
- Mengoptimalisasi potensi peserta didik
- Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri
- Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut
Sedangkan kompetensi guru yang telah dibakukan oleh
dirjen Dikdasmen Depdiknas (1999) sebagai berikut.
- Mengembangkan kepribadian
- Menguasai landasan kependidikan
- Menguasai bahan pelajaran
- Menyusun program pengajaran
- Melaksanakan program pengajaran
- Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan
- Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
- Menyelenggarakan program bimbingan
- Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
- Menyelenggarakan administrasi sekolah
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
guru professional yang memiliki akuntabilitas dalam melaksanakan ketiga
lompetensi tersebut, dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap
calon guru atau guru untuk mewujudkannya.
2. Seperangkat Tugas Guru
2. Seperangkat Tugas Guru
Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus
dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas
guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Secara garis besar,
tugas guru dapat ditinjau dari tugas-tugas yang langsung berhubungan dengan
tugas utamanya, yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan
tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses
pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi guru yang andal dan
dapat diteladani.
Menurut Uzer (1990) terdapat tiga jenis tugas guru,
yakni yugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan. Uraian dari penjelasan Uzer dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik
dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampian pada peserta didik. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa
guru disekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta
didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai makhluk bermain
(homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai makhluk
berpikir/ dewasa (homosapiens). Membantu peserta didik dalam mentransformasikan
dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu peserta dalam
mengidentifikasikan diri peserta itu sendiri.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih
terhormat di lingkungannya karena dari seseorang guru diharapkan masyarakat
dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan
bangsa Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Sedangkan secara khusus tugas
guru dalam proses pembelajaran tatap muka sebagai berikut.
1. Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran
a. Tugas manajerial. Menyangkut fungsi administrasi
(memimpin kelas), baik internal maupun eksternal.
- Berhubungan dengan peserta didik
- Alat perlengkapan kelas (material)
- Tindakan-tindakan professional
b. Tugas edukasional. Menyangkut fungsi mendidik,
bersifat :
- Motivasional
- Pendisiplinan
- Sanksi sosial (tindakan hukuman)
c. Tugas intruksional. Menyangkut fungsi mengajar,
berifat :
- Penyampaian materi
- Pemberian tugas-tugas pada peserta didik
- Mengawasi dan memeriksa tugas
2. Tugas pengajar sebagai pelaksana (executive
Teacher)
Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran
adalah menyediakan dan memggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi
bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar menacapai hasil yang baik.
Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang bersifat menantang dan
merangsang peserta untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam
mencapai tujuan.
Sedangkan secara khusus, tugas guru sebagai pengelola
proses pembelajaran sebagai berikut.
- Menilai kemajuan program pembelajaran
- Mampu menyediakan kondusi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja (learning by doing)
- Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar
- Mengkoordinasi, megarahkan dan memaksimalkan kegiatan kelas
- Mengomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik
- Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu
- Bertindak sebagai manusia sumber
- Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari
- Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru)
- Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal
E. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Tatap Muka
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap
muka yang dikemukakan oleh Moon (1989), yaitu sebagai berikut.
1. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer of
Instruction)
Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram
bahan pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didi pada suatu
waktu tertentu. Di sini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan
PBM tersebut dengan memperhatikan berbagai komponen dalam system pembelajaran
yang meliputi :
- Membuat dan merumuskan TIK
- Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif, sistematis, dan fungsional efektif.
- Merancang metode yang disesuaikan situasi dan kondisi siswa
- Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran
- Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memperhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif dan efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.
Jadi, dengan waktu yang sedikit atau terbatas
tersebut, guru dapat merancang dan memperesiapkan semua komponen agar berjalan
dengan efektif dan efisien. Untuk itu, guru harus memiliki kemampuan yang cukup
memadai tentang prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.
2. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran(Manager or Instruction)
2. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran(Manager or Instruction)
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan
tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar
dan bekerja, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing
pengalaman sehari-hari kea rah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya
sendiri. Salah satu cirri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya
kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya
pada guru hingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan
pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga
memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik mengendalikan
pelaksanaan pengajaran dan pencapai tujuan.
3. Guru Sebagai Pengarah Pembelajaran
3. Guru Sebagai Pengarah Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam
hubungan ini, guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan
kegiatan belajar mengajar. Empat hala yang dapat dikerjakan guru dalam
memberikan motivasi adalah sebagai berikut.
- Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar
- Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran
- Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapain prestasi yang lebih baik di kemudia hari.
- Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Pendekatan yang dipergunakan oleh guru dalam hal ini
adalah pendekatan pribadi, di mana guru dapat mengenal dan memahami siswa
secara lebih mendalam hingga dapat membantu dalam kesekuruhan PBM, atau dengan
kata lain, guru berfungsi sebagai pembimbing . sebagai pembimbing dalam PBM,
guru diharapkan mampu untuk :
- Mengenal dan memahami setiap peserta didik, baik secara individu maupun secara kelompok
- Membantu tiap peserta didik dalam mengatasi masalah pribadi yang dihadapinya
- Memberikan kesempatan yang memadai agar tiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya
- Mengevaluasi keberhasilan Rancangan Acara Pembelajaran dan langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
Untuk itu, guru hendaknya memahami prinsip-prinsip
bimbingan dan menerapkannya dalam proses pembelajaran.
4. Guru Sebagai evaluator (Evaluator of Student Learning)
4. Guru Sebagai evaluator (Evaluator of Student Learning)
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat
keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu,
untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Dalam
fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara
terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari
waktu ke waktu. Informasi yang telah diperoleh melalui informasi ini akan
menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan
titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan
demikian, proses pembelajaran akan terus-menerus ditingkatkan untuk memperoleh
hasil yang optimal.
5. Guru Sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia
diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang trjadi dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar :
- Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya.
- Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam0macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang
dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya.
Semua hal itu akan memberi pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan
dengan orang lain, terutama siswa.
6. Guru Sebagai Pelaksana Kurikulum
6. Guru Sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat pengalaman belajar yang
akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan.
Secara resmi sebenarnya kurikulum meruapakan sesuatu yang diidealisasikan atau
dicita-citakan (Ali, 1985 : 30). Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ungin
dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang
guru. Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan
segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan
pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun
berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan
pribadi guru.
Untuk pernyataan tersebut terdapat beberapa alasan,
yaitu:
- Guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum di suatu kelas
- Gurulah yang bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran, karena ia melakukan tugas sebagai berikut.
- Menganalisis tujuan berdasarkan apa yang tertuang dalam kurikulum resmi
- Mengembangkan alat evaluasi berdasarkan tujuan
- Merumuskan bahan yang sesuai dengan isi kurikulum
- Merumuskan bentuk kegiatan belajar yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam melaksanakan apa yang telah diprogramkan
- Gurulah yang langsung menghadapi berbagai permasalahan yang muncul sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum di kelas
- Tugas gurulah yang mencarikan upaya memecahkan segala permasalahan yang dihadapi dan melaksanakan upaya itu.
Sehubungan dengan pembinaan dan pengembangan kurikulum, permasalahan yang sering kali muncul dan harus dihadapi oleh guru yaitu :
- Permasalahan yang berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil yang diharapkan dari suatu lembaga pendidikan
- Permasalahan yang berhubungan dengan isi/materi/bahan pelajaran dan organisasi atau cara pelaksanaan dari kurikulum
- Permasalahan dalam hubungan dengan proses penyusunan kurikulum dan revisi/perbaikan kurikulum
Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan
pengembangan kurikulum secara aktif dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Dalam perencanaan kurikulum
Kurikulum di tingkat nasional dirancang dan dirumuskan oleh para pakar dari berbagai bidang disiplin ilmu yang terkait, sedangkan guru-guru yang sudah berpengalaman biasanya terlibat untuk memberikan masukan berupa saran, ide, dan/atau tanggapan terhadap kemungkinan pelaksanaannya di sekolah.
b. Dalam pelaksanaan di lapangan
Para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan kurikuluim, baik secara keseluruhan kurikulum maupun tugas sebagai penyampaian mata pelajaran sesuai dengan GBPP yang telah dirancang dalam suatu kurikulum.
c. Dalam prose penilaian
Selama pelaksanaan kurikulum akan dinilai seberapa jauh tingkat ketercapaiannya. Biasanya guru diminta saran atau pendapat maupun penilaian kurikulum yang sedang berjalan guna melihat kebaikan dan kelemahan yang ada, dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek filosofis, sosiologis, dam metodologis.
d. Pengadministrasian
Guru harus menguasai tujuan kurikulum, isi program (pokok bahasan/subpokok bahasan) yang harus diberikan kepada peserta didik. Misalnya pada kelas dan semester berapa suatu pokok bahasan diberikan dan bagaimana memberikannya. Biasanya dengan menyusun suatu bagan analisis tugas pembelajaran dan rencana pembelajaran
e. Perubahan kurikulum
Guru sebagai pelaku kurikulum mau tidak mau tentua akan selalu terlibat dalam pembaruan yang sedang dilakukan sebagai suatu usaha untuk mencari format kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman. Masukan sebagai input berupa saran, ide dan kritik berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh guru sangat besar artinya bagi perubahan dan pengembangan suatu kurikulum.
Sebagai kesimpulan dapat dijelaskan bahwa seorang guru haruslah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum, selain tugas utamanya sebagai pembina kurikulum. Ini berarti bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru demi penyempurnaan praktik pendidikan dan praktik pembelajaran pada khususnya. Hal ini harus dilakukan agar hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Untuk itu, seorang guru harus menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik bukan sebagai barang mati, sehingga apa yang terdapat dalam kurikulum dapat dijabarkan oleh guru menjadi suatu materi yang menarik untuk disajikan pada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
JABATAN PROFESIONAL DAN TANTANGAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
a. Dalam perencanaan kurikulum
Kurikulum di tingkat nasional dirancang dan dirumuskan oleh para pakar dari berbagai bidang disiplin ilmu yang terkait, sedangkan guru-guru yang sudah berpengalaman biasanya terlibat untuk memberikan masukan berupa saran, ide, dan/atau tanggapan terhadap kemungkinan pelaksanaannya di sekolah.
b. Dalam pelaksanaan di lapangan
Para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan kurikuluim, baik secara keseluruhan kurikulum maupun tugas sebagai penyampaian mata pelajaran sesuai dengan GBPP yang telah dirancang dalam suatu kurikulum.
c. Dalam prose penilaian
Selama pelaksanaan kurikulum akan dinilai seberapa jauh tingkat ketercapaiannya. Biasanya guru diminta saran atau pendapat maupun penilaian kurikulum yang sedang berjalan guna melihat kebaikan dan kelemahan yang ada, dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek filosofis, sosiologis, dam metodologis.
d. Pengadministrasian
Guru harus menguasai tujuan kurikulum, isi program (pokok bahasan/subpokok bahasan) yang harus diberikan kepada peserta didik. Misalnya pada kelas dan semester berapa suatu pokok bahasan diberikan dan bagaimana memberikannya. Biasanya dengan menyusun suatu bagan analisis tugas pembelajaran dan rencana pembelajaran
e. Perubahan kurikulum
Guru sebagai pelaku kurikulum mau tidak mau tentua akan selalu terlibat dalam pembaruan yang sedang dilakukan sebagai suatu usaha untuk mencari format kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman. Masukan sebagai input berupa saran, ide dan kritik berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh guru sangat besar artinya bagi perubahan dan pengembangan suatu kurikulum.
Sebagai kesimpulan dapat dijelaskan bahwa seorang guru haruslah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum, selain tugas utamanya sebagai pembina kurikulum. Ini berarti bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru demi penyempurnaan praktik pendidikan dan praktik pembelajaran pada khususnya. Hal ini harus dilakukan agar hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Untuk itu, seorang guru harus menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik bukan sebagai barang mati, sehingga apa yang terdapat dalam kurikulum dapat dijabarkan oleh guru menjadi suatu materi yang menarik untuk disajikan pada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
JABATAN PROFESIONAL DAN TANTANGAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Jabatan guru merupakan jabatan profesional yang
menghendaki guru bekerja secara profesional. Bekerja sebagai seorang
profesional berarti bekerja dengan keahlian, dan keahlian yang hanya dapat
diperoleh melalui pendidikan khusus. Guru tentu telah mengikuti pendidikan
keahlian melalui lembaga kependidikan. Keahlian dalam pendidikan ditandai
dengan diberikannya sertifikat atau akta mengajar. Pertanyaannya, apakah sudah
benar guru bekerja secara profesional? Bagaimana sebenarnya guru yang
profesional dalam pembelajaran? Uraian berikut memberikan pemahaman tentang
tugas profesionalisme guru dalam pembelajaran.
B. Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Banyak sekali kegiatan yang dapat dipilih. Sayangnya
tidak ada rumus sederhana untuk mencocokkan kegiatan dengan sasaran. Apa yang
dianggap baik untuk seorang pengajar atau sekelompok siswa bisa saja jadi tidak
memuaskan dalam situasi lain. Anda perlu mengetahui berbagai pilihan bagi anda,
manfaatnya, dan juga berbagai bahan penunjang yang kemungkinan diperlukan.
Kemudian, anda dapat memilih pilihan yang menurut anda dapat mencapai sasaran
yang telah anda tetapkan, baik dari segi ciri siswa maupun dari segi persiapan
mereka.
Kita perlu menyiapkan landasan bagi pengambilan
keputusan secara memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan belajar yang
efektif. Ini perlu untuk menjalian agar sebagian besar siswa dapat menguasai
sasaran pengajaran pada tingkat pencapaian yang dapat diterima, dalam jangka
waktu yang sesuai.
Pola Pembelajaran yang Efektif
Ada banyak jalur untuk belajar. Anda pasti mengenal
metode mengajar dan kegiatan belajar yang umum digunakan. Biasanya guru
menyajikan informasi pada sejumlah siswa dengan menggunakan metode ceramah,
berbicara dengan informal, menulis di papan tulis, memperagakan, dan
menggunakan bahan pandang dengar.
Siswa belajar sendiri sesuai dengan kecepatannya
dengan cara membaca, mengerjakan tugas pada lembar kerja, memecahkan masalah,
menulis laporan praktikum, dan barangkali menonton film serta menggunakan bahan
pandang dengar lain. Interaksi antar guru dengan siswa dan antar siswa terjadi
melalui tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil, tugas yang harus
diselesaikan, dan laporan.
Ketiga pola ini, (penyajian di kelas, belajar mandiri,
dan interaksi guru-siswa) adalah kategori yang mengelompokkan sebagian besar
metode pengajaran dan pembelajaran. Setiap kegiatan pengajaran, apakah yang
ditentukan oleh guru atau yang diperuntukkan untuk siswa untuk belajar mandiri,
ada hubungannya dengan salah satu dari ketiga pola ini. Kita yidak dapat
menggunakan ketiga pola ini dengan sembarangan ketika merencanakan program
pengajaran, mengapa? Ada beberapa alasan.
Pertama, dari pengetahuan tentang gaya belajar, kita
tahu bahwa, baik metode kelompok maupun metode mandiri harus dugunakan. Banyak
siswa dapat belajar mandiri sementara siswa lainnya lebih senang belajar dalam
situasi pengajaran yang beraturan dan terpimpin. Perbedaan diantara siswa ini
mengharuskan kita menggnakan berbagai metode pengajaran yang berbeda pula.
Kedua, kondis dan asas belajar menyebabkan kita
tanggap akan perlunya memilih metode yang memberi peluang untuk peran serta
yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar.
Ketiga, jika kita siap menggunakan teknologi
pengajaran yang baru (TV, komputer, dll) penekanan biasanya diberikan kepada
penyajian kelompok, atau pada kegiatan belajar mandiri. Pada kedua jenis
penyajian ini, tidak ada kesempatan berinteraksi antar guru-siswa secara tatap
muka. Menyediakan bahan pengajaran yang cukup bagi kelompok kecil haruslah
diperhatikan.
Keempat, ada persoalan dalam keefisienan dalam
menggunakan waktu guru dan waktu siswa, sarana, dan peralatan. Untuk tujuan
tertentumungkin lebih efisien apabila guru menyajikan informasi kepada seluruh
kelas secara serempak (dengan jumlah siswa berapa saja) daripada menguasai siswa
dengan mempelajari bahan secara mandiri. Pengajaran kelompok yang demikian
tidak hanya menghemat waktu, tetapi dapat juga mengurangi rusaknya peralatan
dan bahan yang disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan. Pengajaran semacam
itu juga memberikan guru waktu maksimal untuk bertatap muka dengan siswa, untuk
bimbingan dan konsultsi perseorangan, serta untul merencanakan pengajaran.
Secara keseluruhan, metode penyajian kelompok dan
belajar mandiri, paling berhasil mencapai sasaran dalam ranah afektif dan
psikomotor. Cara terbaik untuk mencapai sasaran dalam ranah afektif adalah
melaui kelompok kerja sama. Ketika menerima dan mengemukakan pendapat dalam
diskusi, siswa dapat terdorong untuk belajar, membantu menajamkan pertimbangan,
dan mengembangkan kemampuan untuk berdebat.
Alasan di atas dan alasan lainnya menyebabkan hal
berikut diperlukan untuk merencanakan pengajaran denga berhasil: pemahaman
terhadap pola belajar mengajar, manfaatnya dan kelemahannya, serta teknik yang
dapat diterapkan di dalam setiap kategori. Sebelum meneliti ketiga pola ini,
terlebih dahulu kita akan memperlihatkan beberapa rampatan yang dapat diterima
secara umum yang berasal dari psikologi belajar.
Kondisi dan asas belajar tertentu dapat diterapkan
dengan berhasil pada pengembangan sejumlah kegiatan pada sejumlah kegiatan pada
setiap pola belajar mengajar.
C. Kondisi dan Asas Belajar yang Berhasil
Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya
proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan berlangsung apabila seseorang
sekarang dapat mengetahui atau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
diketahui atau dapat dilakukan olehnya. Jadi, hasil belajar akan terlihat
dengan adanya tingkah laku baru dalam tingkat pengetahuan berpikir atau
kemampuan jasmaniah. Dikarenakan tugas perancangan pengajaran adalah membentu
proses terjadinya belajar, anda harus menyadari dan memanfaatkan kondisi dan
asas yang telah terbukti mendukung proses belajar tersebut dengan baik. Berikut
ini disajikan suatu pemerian tentang kondisi dan asas belajar yang lebih
penting dan lebih bermanfaat diertai pembahasan cara penerapan setiap kondisi
dan asas tersebut dalam perencanaan pengajaran.
1. Persiapan Sebelum Mengajar
Siswa harus lulus dengan memuaskan dalam pelajaran
prasyarat sebelum memulai sesuatu program atau satuan program tertentu. Kalau
hasil belajar sebelumnya tidak cukup dikuasai, pelajarannya selanjutnya menjadi
kurang berarti dan dipelajari dengan menghafal saja tanpa terjadinya perubahan
tingkah laku apa pun.
2. Sasaran Belajar
Besar kemungkina bahwa proses belajar akan berhasil
dengan baik apabila sasaran dinyatakan dengan jelas, dan pada awal pokok
bahasan atau satuan pelajaran, siswa diberi tahu tentang sasaran khusus yang
akan dicapai. Siswa dapat memperoleh informasi yang lebih banyak dan mengingatnya
dengan jangka waktu yang lebih lama apabila sasaran belajar ditulis dengan
cermat dan disusun secara bersistem.
3. Susunan Bahan Ajar
Proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar
atau tata cara yang akan dipelajari tersususn dalam urutan yang bermakna.
Kemudian, bahan tersebut harus disajikan pada siswa dalam beberapa bagian,
banyak sedikitnya bagian tergantung urutan, kerumitan, dan kesulitannya.
Susunan dan tata cara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan
memadukan pengetahuan atau proses secara pribadi.
4. Perbedaan Individu
Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang
berbeda-beda. Pelajaran kelompok memang menguntungkan untuk tujuan tertentu dan
lebih disukai oleh beberapa siswa. Akan tetapi, bukti menunjukkan bahwa
sebagiab siswa dapat mencapai sasaran yang dipersyaratkandengan cara yang
paling memuaskan apabila mereka, dengan menggunakan bahan yang tepat,
diperbolehkan belajar menurut kecepatan masing-masing.
5. Motivasi
Seseorang mau belajar apabila memang terjadi proses pembelajaran.
Keinginan untuk belajar mempersyaratkan adanya motivasi. Keinginan seperti ini
akan timbul apabila (a) pengajaran dipersiapkan dengan baik sehingga dirasakan
penting dan menarik untuk siswa, (b) tersedia berbagai pengalaman belajar, (c)
siswa mengetahui bahwa bahan yang akan dipelajari akan digunakan sesegera
mungkin, dan (d) pengakuan tentang keberhasilan belajar diberikan untuk
mendorong upaya belajar selanjutnya.
6. Sumber Pengajaran
Jika bahan pengajaran, termasuk media seperti gambar
dan rekaman video, dipilih dengan hati-hati dan dipadukan secara bersistem
untuk menunjang berbagai kegiatan dalam program pengajaran, akan terlihat
dampak yang berarti dalam prestasi siswa. Sumber seperti itu meluweskan
pengajaran dan meningkatkan kesempatan untuk menyesuaikan pengajaran dengan
kebutuhan perseorangan. Dengan demikian, meningkatkan produktivitas, baik pada
pihak siswa maupun guru.
7. Keikutsertaan
Agar proses pembelajaran berlangsung, siswa harus
menghayati informasi dan tidak hanya disuapi saja.mengikuti kegiatan secara
aktif lebih disukai daripada mendengar dan menonton secara pasif berjam-jam.
Keikutsertaan berarti siswa ikut memberikan respons dalam pikiran mereka atau
menunjukkannya melalui kegiatan jasmani, yang disisipkan secara strategis selama
berlangsungnya penyajian pengajaran atau peragaan.
8. Balikan
Motivasi untuk belajar dapat dilanjutkan atau
ditingkatkan apabila siswa diberi tahu secara berkala tentang kemajuan mereka.
Balikan memperkuat pemahaman dan kinerja yang benar, memberitahukan kesalahan,
dan memperbaiki proses belajar yang salah. Untuk memperoleh hasil belajar yang
memuaskan terdapat hubungan yang erat antara balikan dan penguatan.
9. Penguatan
Dengan memperoleh penegasan (balikan) tentang jawaban
yang dipandang berhasil, siswa terdorong untuk meneruskan kegiatan belajarnya.
Kegiatan belajar yangdidorong oleh keberhasilan menimbulkan kepuasan dan
percaya diri. Tanggapan yang mendapat tanggapan positif cenderung akan timbul
berulang-ulang apabila siswa dapat menghadapi suasana yang mirip atau sama.
10. Latihan dan Pengulangan
Agar suatu fakta atau keterampilan menjadi bagian yang
kuat dari dasar pengetahuan siswa maka dibutuhkan lebih dari satu pengajaran.
Sambil meneruskan asas keikutsertaan, balikan dan penguatan seperti diterangkan
terdahulu, maka penyelesaian latihan tertulis, latihan berulang-ulang dalam
suasana nyata, atau latihan beruntun untuk maksud menghafal, akan dapat
mencapai tahap kelebihan belajar. Hasilnya adalah kemampuan mengingat dalam
jangka panjang. Latihan menjadi sangat efektif apabila dilakukan dalam jangka
waktu tertentu.
11. Urutan Kegiatan Belajar
Tugas atau tata cara yang rumit dapat dipelajari
dengan lebih efektif apabila peragaan dan latihan diberikan secara terpadu.
Pelatihan dimaksudkan untuk melatihkan bagian-bagian dari tugas atau tata cara
tersebut. Cara yang memuaskan untuk memadukan peragaan dengan latihan, antara
lain (a) memperagakan seluruh tata cara langsung atau dari film atau video, (b)
memperagakan kembali bagian pertama, (c) memberi kesempatan pada siswa untuk
melatih bagian pertama tata cara tersebut, (d) memperagakan bagian kedua, (e)
memperagakan bagian ketiga, (f) memberi kesempatan untuk melatih bagian
pertama, kedua, dan ketiga, dan seterusnya. Disarankan untuk memberikan ujian kemampuan
akhir mengenal keseluruhan tugas yang diselesaikan.
12. Penerapan
Hasil penting dari kegiatan belajar adalah
meningkatnya kemampuan siswa untuk menerapkan atau memindahkan apa yang telah
dipelajarinya kepada masalah atau situasi baru. Apabila siswa tidak dapat
melakukan hal ini berarti pemahaman yang mendalam belum diperoleh siswa
tersebut. Pertama, siswa harus telah terbantu menemukan rampatan (konsep,
kaidah, asa) yang berhubungan dengan pokok bahasan atau tugas. Kedua,
Kesempatan harus diberikan kepada siswa untuk bernalar dengan menerapkan
rampatan ke berbagai jenis tugas atau masalah nyata yang baru. Agar dapat
menggunakan asas ini, harus ditulis, dicari, atau diciptakan masalah dan
situasi nyata yang belum dikenal siswa atau berbeda dalam beberapa hal dengan
digunakan selama pengajaran dan pelatihan. Kemudian, setiap menghadapi situasi
baru , siswa harus mengenali unsur yang mirip dengan yang ditemukan dalam
rampatan tersebut dan mengambil tindakan yang sesuai.
13. Sikap Mengajar
Sikap positif yang diperlihatkan pengajar dan asisten
terhadap mata ajar yang disajikan pada siswa dan terhadap metode pengajaran
yang digunakan, dapat mempengaruhi motivasi dan siswa terhadap suatu program
pengajaran, memperlihatkan kegairahan, kerja sama, kesediaan menolong, dan
minat minat terhadap bahan ajar. Apabila siswa merasakan atau benar-benar
melihat ungkapan atau sikap positif seperti itu, siswa akan lebih cenderung
bertingkah laku positif. Hasilnya dapat sangat mendukung keberhasilan program
pengajaran tersebut.
14. Penyajian di Depan kelas
Dalam mengguanakan pola penyajian kelompok, pengajar
memberitahukan, menunjukkan, memperagakan, menguraikan dengan cara mengesankan,
atau menyebarkan bahan ajar kepada sekelompoksiswa. Pola ini dapat digunakan di
kelas, di aula,atau berbagai tempat dengan menggunakan radio, telepon yang
dilengkapi pengeras suara, transmisi sirkuit pendek, atau komunikasi satelit.
Guru dapat berbicara di depan kelas. Ia dapat pula menggunakan bahan media
pandang seperti bening, rekaman, slide, film, atau rekaman video. Penyajian
dapat pula berlangsung tanpa guru, misalnya slide yang diikuti rekaman dalam
kaset atau dalam format video. Semua kegiatan ini menggambarkan alih informasi
satu arah daroi guru kepada siswa, sering untuk jangka waktu tertentu (biasanya
satu jam pelajaran berlangsung selama 40-50 menit). Pada kelas kecil terjadi
komunikasi dua arah antara guru dengan siswa, namun sering sekali siswa
mendengarkan dengan pasif dan menonton saja.
loading...
No comments:
Post a Comment