loading...
Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perkembangan sejak
periode sebelum tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006 yang berlaku sampai
akhir tahun 2012 lalu. Selama proses pergantian Kurikulum tidak ada tujuan lain
selain untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan
pembelajaran yang ada di sekolah. Menurut beberapa pakar, perubahan kurikulum
dari masa ke masa, baik di Indonesia maupun di negara lain, disebabkan karena
kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zamanyang cenderung berubah. Perkembangan kurikulum dianggap sebagai penentu masa
depan anak bangsa. Oleh karena itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapkan
dapat dilaksanakan di Indonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak
bangsa yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.
Setiap kurikulum yang telah berlaku di Indonesia dari periode
sebelum tahun 1945 hingga kurukulum tahun 2006, memiliki beberapa perbedaan
sistem. Perbedaan sistem yang terjadi bisa merupakan kelebihan maupun
kekurangan dari kurikulum itu sendiri. Kekurangan dan kelebihan tersebut dapat
berasal dari landasan, komponen, evaluasi, prinsip, metode, maupun model
pengembangan kurikulum. Untuk memperbaiki kekurangan yang ada, maka disusunlah
kurikulum yang baru yang diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
tuntutan zaman. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia akan senantiasa
berkembang maupun berubah sesuai yang disebutkan sebelumnya.
Dalam analisis ini, penulis hanya akan menganalisis taksonomi
bloom yang ada pada KTSP IPS SD dan kurikulum 2013 IPS SD. Selain itu, analisis
ini pun bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari komponen KTSP
IPS SD dan Kurikulum 2013 IPS SD.
1.2 Rumusan Masalah
1. Analisis
KTSP IPS SD dan KURIKULUM 2013 IPS SD
2. Kelebihan
dan Kelemahannya
1.3 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian akan
disajikan dalam bab-bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Pada
bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
sistematika penulisan dan manfaat penulisan.
Bab II Tinjauan
Pustaka. Pada bab ini akan membahas mengenai pengertian kurikulum, fungsi
kurikulum, dan taksonomi bloom..
Bab III Pembahasan. Pada bab ini berisi mengenai
penjelasan pengertian kurikulum, fungsi kurikulum, analisis KTSP dan
kurikulum2013, kelebihan dan kelemahannya, perbandingan KTSP dan kurikuum 2013
Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini berisi
hasil penelitian yang disimpulkan dan sekaligus diberikan saran-saran yang
perlu diperhatikan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Menambah wawasan kelompok kami.
2.
Menambah pengalaman kelompok kami
sebelum membuat skripsi.
3.
Isyaallah bermanfaat bagi pembaca dan
kita semua.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Kurikulum dan KTSP
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan,
sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di
dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh
dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan
pendidikan (Dr. Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.
2.2
Fungsi
Kurikulum
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, berarti bahwa sebagai alat
pendidikan kurikulum memiliki komponen-komponen penting dan sebagai penunjang
yang dapat mendukung operasinya secara baik. Komponen-komponen pembentuk ini
satu sama lainnya saling berkaitan. Adapun komponen-komponen pengembangan
kurikulum, yaitu komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen
evaluasi. Komponen satu sama lain ini saling berkaitan. Adapun uraian dari
masing-masing komponen tersebut ialah sebagai berikut:
1)
Komponen Tujuan
Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang
berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari
kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat tujuan yang pasti, hal tersebut
akan membantu dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu
dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
a.
Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan
nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
b.
Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
sebagai berikut:
1)
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2)
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3)
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
c.
Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran.
d.
Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan
kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak
didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu
dalam satu kali pertemuan.
2)
Komponen Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.
Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program
dari masing-masing bidang studi tersebut.
3)
Komponen Metode
Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup
penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut
menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat
tercapai atau tidak. Dalam prakteknya, seorang guru seyogyanya dapat
mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi
yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara
aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau
pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat
haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin
dicapai.
4) Komponen
Evaluasi
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan
untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin
diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang
lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum
secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum
yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah
dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita
dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode
yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat
hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki
kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah
baik atau berhasil.
2.3 Taksonomi Bloom
Taksonomi
Bloom merujuk pada taksonomi
yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin
S. Bloom pada tahun 1956.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga
domain, yaitu:
1. Cognitive
Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective
Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor
Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama
dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa.
Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Untuk menganalisis KTSP dan KURIKULUM tersebut, menggunakan
Taksonomi Bloom dari setiap ranah tersebut dibagi menjadi beberapa kategori,
yaitu:
1) Ranah
Kognitif
F Pengetahuan (kemampuan mengingat hal-hal baru yang condong
berbentuk konsep
F Pemahaman (pengolahan makna yang telah didapat atau
dikenal)
F Penerapan/Aplikasi (melakukan tindakan dari hal baru yang
telah dikenal)
F Analisa (mampu mengintegrasi hal-hal baru dengan hal-hal
yang telah diketahui sebelumnya)
F Sintesa (hasil dari integerasi pada proses analisa sehingga
akan menghasilkan solusi)
F Evaluasi (melakukan tinjauan ulang dari yang telah
dilakukan)
2) Ranah
Afektif
F Penerimaan
F Partisipasi
F Penilaian/Penentuan Sikap
F Organisasi
F Pembentukan Pola
3) Ranah
Psikomotor
F Persepsi
F Kesiapan
F Gerakan terbimbing
F Gerakan terbiasa
F Gerakan kompleks
F Penyesuaian pola gerakan
F Kreativitas
3.3 Analisis KTSP IPS SD dan
KURIKULUM 2013 IPS SD
3.3.1 KTSP IPS SD
Setelah
kami analisis pada SK dan KD kelas 1 sampai 6 ini bawah
terdapat semua ranah yang ada pada Taksonomi Bloom. Dan semua kategori yang
terdapat dalam ketiga ranah tersebut. Yaitu dalam SK dan KD tersebut bahwa
siswa harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
F
Pada
Ranah Kognitif, sbk: Pengetahuan ,Pemahaman , Penerapan/Aplikasi ,Analisa , Sintesa
dan Evaluasi.
F
Untuk
Ranah Afektif, sbk: penerimaan , partisipasi, Penilaian/Penentuan Sikap, organisasi, dan pembentukan pola.
F
Untuk Ranah
Psikomotor, sbk: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, Penyesuaian pola gerakan, kreativitas.
Untuk lebih jelas ada pada file KTSP IPS SD. Atau klik
..\ktsp\ktsp\campuran.doc
3.3.2 KURIKULUM
2013 IPS SD
Sesuai dengan pernyataan diatas
bahwa di kurikulum pun pada KI dan KD kelas 1 sampai 6 terdapat Taksonomi
Bloom, namun di kurikulum ini lebih menitikberatkan pada Ranah Kognitif serta
afektifnya. Mengapa begitu; karena setelah dianalisis hasilnya menunjukan hal
tersebut. Untuk lebih jelas lihat di file KURIKULUM 2013 IPS SD atau klik ..\kurikulum 2013 IPS SD.doc
3.4 Kelebihan dan kelemahannya
3.4.1
Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 2013
Berdasarkan ulasan di atas, kami berpendapat bahwa ada
beberapa kelebihan dari rancangan kurikulum 2013 dibandingkan kurikulum
sebelumnya, diantaranya adalah:
1) Melatih anak lebih peka terhadap lingkungan (alam dan
sosial), karena belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di
lingkungan sekolah dan masyarakat.
2) Membiasakan anak berfikir lebih kreatif dan kritis
dengan menggunakan daya nalarnya, mengingat dalam proses pembelajarannya yang
semula ditekankan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, namun
dalam rancangan kurikulum 2013 dilengkapi lagi dengan proses mengamati,
menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
3) Adanya keterbukaan dan transparansi dalam penilaian
oleh guru kepada anak melalui penilaian otentik.
Dengan demikian, kami mencermati ada beberapa
kelemahan yang akan menjadi kendala dalam implementasinya, diantaranya:
1. Kurikulum
2013 menuntut kompetensi dan skill guru yang baik, terutama dalam memadukan
berbagai keterampilan (soft skill dan hard skill) dalam setiap
pembelajaran, keterampilan dalam memgembangkan matapelajaran berdasarkan
kompetensi yang ingin dicapai, melakukan penilaian otentik, dan yang paling
utama adalah keterbukaan dari guru.
2. Mengintegrasikan
Matapelajaran IPS ke dalam matapelajaran Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan
di SD sudah dapat dipastikan akan terjadi pendangkalan pemahaman materi IPS
pada anak lulusan SD. Dalam hal ini pasti ada beberapa materi IPS di SD yang
akan direduksi atau dihilangkan sama sekali.
3. Masih
terkait kelemahan No.2. Pengintegrasian tersebut dikhawatirkan menimbulkan
beberapa miskonsepsi dari guru dan siswa, mengingat banyak istilah-istilah yang
berbeda antara mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan Matapelajaran IPS. Juga
dikhawatirkan akan terjadi pengabaian materi-materi tertentu (terutama yang
terkait konsep IPS) oleh guru jika guru tersebut merasa tidak menguasai konsep
IPS tentang bahasan yang sedang di bahas dalam matapelajaran Bahasa Indonesia,
dan guru lebih menekankan Bahasa Indonesia nya dibandingkan IPS-nya, yang seharusnya
lebih proporsional.
4. Beberapa
sekolah (dalam hal ini SD) yang tidak menerapkan guru kelas, tetapi guru
matapelajaran pada kelas IV sampai kelas VI (terutama sekolah-sekolah swasta
favorit), tentu saja akan kesulitan menerapkan kurikulum 2013, sebab guru
Bahasa Indonesia yang sudah bertahun-tahun mengajarkan satu matapelajaran
tesebut, tiba-tiba harus juga menguasai IPA dan IPS. Bagaimana sekolah-sekolah tersebut
mengantisipasinya? Jika itu bisa diantisipasi dengan memberikan tambahan
keterampilan penguasaan materi IPA dan IPS pada guru tersebut, lalu bagaimana
dengan guru IPA dan IPS yang sudah diangkat sebagai guru tetap? Apakah
pemerintah akan mewajibkan (dalam tanda petik memaksa) sekolah-sekolah dasar
tersebut menerapkan “guru kelas”? Jika ini terjadi, rasanya ironis sekali
dengan apa yang selama ini didengungkan adanya otonomi pendidikan di sekolah
dan otonomi pembelajaran bagi guru di kelas.
6. Anggaran yang cukup besar dalam mempersiapkan
guru akan menjadi sia-sia jika tidak dirancang secara matang. Siapa yang akan
melatih, bagaimana dengan kompetensi instruktur yang akan memberikan pelatihan,
lembaga mana yang akan ditugasi untuk mengelola pelatihan guru, dan banyak
lagi. Mengingat, diklat-diklat yang selama ini dilakukan nampaknya tidak efektif
mengahasilkan guru yang profesional, keratif, dan inovatif. Transformasi dari
paradigma teacher center ke student center selama ini tidak
berjalan sesuai harapan.
7. Pemilihan
calon instruktur, harus benar-benar dilakukan secara transparan dan terseleksi
melalui seleksi kompetensi (tidak asal comot karena pertemanan). Pemilihan
instruktur untuk melatih guru seperti ini memerlukan waktu yang tidak singkat,
mengingat harus ada seleksi awal dan seleksi akhir.
3.4.2
Kelebihan dan Kelemahan KTSP
Kelebihan KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan)
a.
Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk
kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman
kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan,
dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
b.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak
manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
c.
KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi
kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu
yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata
dapat mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan
hidup.
d.
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat
padat. Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak.
e.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada
sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
f.
Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan
pengembang kurikulum.
g.
Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi
sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.
h.
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan
pekerjaan masyarakat sekitar.
i.
Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan
individu, baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
j.
Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada
dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian,
sebagai pemekaran terhadap potensi- potensi bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
k.
Pengembangan kurikulum di laksanakan secara
desentralisasi (pada satuan tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan
masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam
kurikulum.
l.
Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk
menyususn dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat
mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta
kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
m.
Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan
lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar siswa.
n.
Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan
berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
o.
Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya
kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi
peserta didik.
p.
Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses
dan hasil belajar.
q.
Berpusat pada siswa.
r.
Menggunakan berbagai sumber belajar.
s.
kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan
menyenangkan
Kelemahan dari kurikulum KTSP adalah
a.
Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
b.
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
c.
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara
komprehensif baik kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
d.
Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam
pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru.
3.5 PERBANDINGAN KTSP DENGAN KURIKULUM 2013
Setelah kami
analisis dari kedua kelemahan dan kelebihan kurikulum tersebut dapat kami
bandingkan bahwa KTSP lebih menitik beratkan terhadap ranah kognitif, afektif
dan psikomotor,dari keseluruhan ranah tersebut semuanya seimbang akan tetapi
kurangnya faktor yang mendukung tetap terlaksananya KTSP tersebut yaitu masih terdapat beberapa kelemahan yang ada
pada KTSP yang belum terpenuhi ketika proses pembelajaran.
Sedangkan
dalam kurikulum 2013 melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis kompetensi
yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap (Afektif),
pengetahuan (Kognittif), dan keterampilan (Psikomotor) secara terpadu.
BAB
V
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan,
sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di
dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh
dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan
pendidikan (Dr. Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.
Setelah
kami analisis pada SK dan KD kelas 1 sampai 6 ini bawah
terdapat semua ranah yang ada pada Taksonomi Bloom. Dan semua kategori yang
terdapat dalam ketiga ranah tersebut. Yaitu dalam SK dan KD tersebut bahwa
siswa harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
F
Pada
Ranah Kognitif, sbk: Pengetahuan ,Pemahaman , Penerapan/Aplikasi ,Analisa ,
Sintesa dan Evaluasi.
F
Untuk
Ranah Afektif, sbk: penerimaan , partisipasi, Penilaian/Penentuan Sikap, organisasi, dan pembentukan pola.
F
Untuk Ranah
Psikomotor, sbk: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, Penyesuaian pola gerakan, kreativitas.
Setelah
kami analisis dari kedua kelemahan dan kelebihan kurikulum tersebut dapat kami
bandingkan bahwa KTSP lebih menitik beratkan terhadap ranah kognitif, afektif
dan psikomotor,dari keseluruhan ranah tersebut semuanya seimbang akan tetapi
kurangnya faktor yang mendukung tetap terlaksananya KTSP tersebut yaitu masih terdapat beberapa kelemahan yang ada
pada KTSP yang belum terpenuhi ketika proses pembelajaran.
Sedangkan dalam kurikulum 2013
melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis kompetensi yang telah dirintis pada
tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap (Afektif), pengetahuan (Kognittif),
dan keterampilan (Psikomotor) secara terpadu.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan tinjauan pustaka yang dikemukakan
pada bab terdahulu, mengemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Guru :
a. Terus meningkatkan wawasan dan
pengetahuan yang akan memantapkan
keprofesionalan guru di Sekolah Dasar yang dapat dijadikan bahan
atau alat untuk penambahan pengajaran
yang akurat, praktis/ pengajaran yang
aktif, relevan dan dapat dipertanggung jawabkan.
b. Agar dapat meningkatkan kemampuan
mengajar dengan mengoptimalkan
pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk memotivasi siswa serta
melakukan pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
c. Dalam proses belajar mengajar guru
menjadikan model pembelajaran inkuiri sebagai suatu alternative dalam
pembelajaran IPS. Untuk selanjutnya hendaknya mempertimbangkan sebagai bahan
pemikiran untuk menyusun strategi yang tepat agar pendekatan pembelajaran ini
benar-benar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan aktivitas siswa dalam
proses belajar lebih meningkat.
d. Guru harus berani menggunakan
pendekatan pembelajaran yang baru digunakan dan membiasakan siswa dengan
model-model pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan pemahaman siswa pada suatu
konsep dengan cara diberi kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide pemikirannya
yang dimilikinya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal.
e. Penggunaan alat peraga yang dipakai
harus sesuai dengan materi pelajaran, dan mudah digunakan oleh siswa karena
dalam pendekatan model inkuiri dibutuh alat peraga yang konkrit yang dapat
diadaptasi secara langsung oleh siswa dan sesuai dengan situasi pembelajaran
saat itu.
2. Bagi Kepala Sekolah :
Hendaknya memberi bimbingan dan kesempatan kepada para guru untuk
menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat,
aktivitas dan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Intasi / Dinas
Pendidikan :
Hendaknya melaksanakan pelatihan tentang KTSP dan Kurikulum 2013 dengan
baik untuk para guru.
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.um.ac.id/zakydroid88/2011/11/26/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/
http://suaidinmath.files.wordpress.com/2012/12/ki-strand-kd-indikator-ips-sd-revisi-dg-bu-lili-di-grand-tropic-19-22-nov.docx
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/pengertian-kurikulum-dan-ktsp.html
loading...
No comments:
Post a Comment