loading...
Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Banda Aceh menolak buku pelajaran Jasmani Olahraga dan Kesehatan karena di dalamnya memuat materi berisi tata cara pacaran yang baik dan benar.
Buku yang diperuntukkan untuk siswa kelas XI ini memuat beberapa halaman yang mengajarkan siswa cara berpacaran yang baik. Pada halaman 129 terdapat empat poin yang menjelaskan cara pacaran yang benar seperti sehat fisik dan juga tidak ada kekerasan. Selanjutnya dituliskan sehat emosional yang dimaksudkan keduanya saling pengertian dan keterbukaan.
Selain itu, sehat sosial yaitu tidak menghabiskan waktu seharian penuh untuk berpacaran. Pada poin terakhir disebutkan dalam berpacaran tidak melakukan hal-hal yang berisiko, apalagi melakukan hubungan seks.
Kepala SMU 1 Banda Aceh, Khairurrazi, mengatakan buku yang baru sampai sepekan lalu itu belum sempat dibagikan kepada para pelajar di sekolahnya. Pasalnya, dalam buku tersebut memuat tata cara berpacaran sehingga seolah-olah pelajar diperbolehkan pacaran.
“Padahal kita tau dalam agama saja pacaran itu tidak dibolehkan,” kata Khairurrazi kepada wartawan, Senin (13/10/2014).
Pihak sekolah, kata Khairrurazi, sudah memutuskan untuk tidak membagi buku yang dibeli dengan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada siswa. Selain itu mereka juga berencana mengembalikan buku tersebut. Apalagi Dinas Pendidikan Banda Aceh sudah menyetujui buku itu dikembalikan karena tidak layak untuk anak didik di Aceh.
“Di dalam buku ini terdapat beberapa halaman yang menjelaskan tentang pacaran yang baik dan sehat,” jelasnya.
Menurut Khairurrazi, lolosnya buku ini diduga karena tidak dilakukan uji publik sebelum diedarkan ke sekolah-sekolah. “Sehingga buku yang beredar tidak sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah,” ungkap Khairurrazi.
Hasil
Ujian Tengah Semester (UTS) yang dilaksanakan seminggu lalu baik tingkat SD,
SMP, dan SMA se-Kota Tangerang anjlok. Sejumlah guru tingkat SD mengeluhkan
kondisi ini. Sejatinya pelaksanaan ujian tersebut sekaligus sebagai evaluasi
pelaksanaan kurikulum 2013.
Guru SD
di Kecamatan Benda Kota Tangerang, Titin mengungkapkan, secara umum hasil ujian
anak jauh dari kata memuaskan bahkan dibawah standar kelulusan yang sudah
ditargetkan pihak dewan guru. Dirinya menilai pelaksanaan kurikulum 2013
sebagai faktor penyebab anjloknya nilai anak didiknya.
Salah
satu alasannya yakni dikarenakan keterlambatan distribusi buku yang
mengakibatkan proses pembelajaran tidak optimal, dan pemahaman guru yang belum
maksimal dalam penerapan kurikulum 2013. Hal itu ditambah lagi dengan sarana
pendidikan yang kurang memadai dan siswa yang belum terbiasa dengan kurikulum
baru tersebut, serta kesulitan siswa belajar di dalam rumah.
"Saya
jadi mempertanyakan pelaksanaan kurikulum yang baru ini, bukan meningkatkan
hasil evaluasi siswa malah menambah anjlok," katanya.
Senada
disampaikan guru SD di Kecamatan Karawaci Kota Tangerang, Tatang mengungkapkan,
hasil pembelajaran kurikulum 2013 dianggap belum berhasil. Karena hasil ujian
siswa masih dibawah rata-rata standar kelulusan.
Ia menambahkan,
sekolahnya yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai, anak didiknya
masih memperoleh nilai yang tidak memuaskan.
"Bagaimana
dengan anak-anak yang berada di sekolah yang sarana prasarana yang kurang
memadai? Kami saja yang lengkap dengan sarana dan prasarana masih kewalahan,
dan nilai anak masih anjlok, bagaimana yang lain. Lantas apa yang salah dari
kurikulum yang baru ini," keluhnya.
Dia
meminta kepada pemerintah, dinas terkait, serta praktisi pendidikan untuk
melakukan evaluasi bersama agar pelaksanaan kurikulum yang baru ini bisa
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan aturannya.
"Hasil
ujian ini harus menjadi perhatian khusus bagi kita sebagai praktisi pendidikan,
karena sebagai evaluasi pembelajaran yang akan digunakan setelah UTS ini.
Selain itu, masih banyak yang harus diselesaikan dari kurikulum ini," tegasnya.
Dosen
Pengembangan Kurikulum STAINU, Muhayar Ibnu Abdul Muqim mengungkapkan, hasil
ujian ini membuktikan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 masih menjadi wacana dan
belum bisa diaplikasikan secara menyeluruh.
"Bisa
jadi, hasil ujian yang anjlok ini dikarenakan anak yang belum memiliki kesiapan
dengan jumlah soal yang cukup banyak. Kemungkinan lain, anak merasa kesulitan
belajar karena sistem tematik yang diterapkan membuat konsentrasi anak buyar
dan tidak fokus ke salahsatu pelajaran dalam belajar," paparnya.
Muhayar
menambahkan, butuh tahapan yang matang untuk merealisasikan kurikulum bari ini.
Diawali dengan pematangan tenaga pendidik untuk dilakukan pelatihan-pelatihan, selanjutnya
sarana prasarana pendukung, dan pelaksanaannya bertahap.
"Tengah
semester ini menjadi evaluasi bersama, masih layak kah kurikulum 2013 ini
diterapkan? Masih membutuhkan kajian lebih mendalam dan intensif," pungkasnya
loading...
No comments:
Post a Comment